ARTICLE AD BOX
Medan, detikai.com --
Dinas Kesehatan (Dinkes) Medan mencatat terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus balang di ibu kota provinsi Sumatera Utara (Sumut) tersebut.
Dari Januari - Mei 2025, kasus balang mencapai 127 kasus. Jumlah itu meningkat jika dibandingkan Tahun 2024 sebanyak 104 kasus.
"Ada peningkatan kasus balang di Medan. Sepanjang Januari - Mei 2025 saja kasus balang sebanyak 127 kasus," kata Kadis Kesehatan Kota Medan, Yuda Pratiwi Setiawan melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Pocut Fatimah Fitri di Medan, Kamis (3/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pocut memaparkan Campak merupakan penyakit akibat jangkitan virus Morbillivirus nan ditandai dengan demam, sakit tenggorokan, dan ruam di seluruh tubuh. Infeksi balang berasal dari saluran pernapasan nan kemudian menular melalui percikan air liur.
"Virus ini dapat menular dengan mudah melalui droplets alias percikan liur dari mulut dan hidung penderita campak, nan keluar ketika batuk, bersin, alias berbicara," kata Pocut.
Menurut Pocut salah satu aspek pemicu meningkatnya kasus balang lantaran minimnya cakupan imunisasi, khususnya di kalangan anak-anak usia sekolah dasar. Pocut menyebut rendahnya partisipasi pada program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) turut berkontribusi terhadap lonjakan kasus.
"Faktor nan sangat berpengaruh terhadap KLB ini adalah minimnya partisipasi imunisasi pada program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)," jelasnya.
Campak sejatinya dapat dicegah melalui vaksinasi Campak-Rubella. Untuk itu, Dinkes Medan memperkuat penyelenggaraan program BIAS di tingkat sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah sebagai upaya pencegahan nan berkelanjutan.
"Program BIAS digelar dua kali dalam setahun ialah Agustus - November dilaksanakan Imunisasi Campak-Rubella untuk siswa kelas 1 SD (usia sekitar 7 tahun). Lalu pada November dilaksanakan imunisasi DT (difteri-tetanus) dan Td (tetanus difteri) untuk kelas 2 SD (usia sekitar 8 tahun). Kemudian November - Agustus dilaksanakan Vaksinasi HPV bagi siswi kelas 5 SD (usia sekitar 11 tahun)," sebutnya.
Untuk mengatasi lonjakan kasus, Dinkes Medan telah menjalankan sejumlah langkah strategis di antaranya meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada orang tua tentang pentingnya imunisasi.
"Mengidentifikasi wilayah zero dose, ialah anak-anak nan belum pernah mendapatkan imunisasi dasar, mengaktifkan kembali jasa imunisasi di seluruh puskesmas dan fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) hingga melakukan imunisasi aktif dan jemput bola di daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah," ungkapnya.
Setiap anak, tambah Pocut, mempunyai kewenangan atas perlindungan dari penyakit nan dapat dicegah melalui imunisasi (PD3I). Pocut menekankan vaksin nan digunakan dalam program imunisasi nasional telah terbukti kondusif dan efektif dalam menekan nomor kesakitan dan kematian akibat PD3I.
"Selain memperkuat imunisasi, Dinkes juga mendorong penguatan sistem surveilans PD3I untuk memantau upaya eliminasi dan eradikasi penyakit nan dapat dicegah dengan vaksinasi. Keberhasilan imunisasi memerlukan support kolektif dari semua pihak - pemerintah daerah, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, tenaga kesehatan, hingga media massa," tutupnya.
(fnr/kid)
[Gambas:Video CNN]