Masih Dikemas, Bansos Beras 10 Kg Akan Disalurkan Akhir Bulan Ini

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan namalain Zulhas mengatakan pemerintah bakal menyalurkan support sosial (bansos) pangan berupa beras 10 kilogram (kg) untuk dua bulan, Juni dan Juli 2025. Total sasaran bansos ini adalah 18,3 juta family penerima faedah (KPM).

Menurutnya bansos pangan dengan total anggaran Rp 16,6 triliun ini dapat kembali digelontorkan pemerintah setelah pada Februari 2025 kemarin program support tersebut dihentikan sementara.

"Bantuan pangan kita memang sudah punya persediaan dari Bulog, nan simpan di Bulog. Sudah diselesaikan oleh Kementerian Keuangan sebanyak Rp 16,6 triliun. Sekarang baru dikeluarkan, dipakai untuk 2 bulan," kata Zulhas usai rapat koordinasi terbatas dengan kementerian/lembaga di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (12/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut dia mengatakan penyaluran bansos beras ini dilakukan serentak dengan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) sebesar Rp 200 ribu. Dalam pelaksanaannya kelak kedua bansos bakal diberikan sekaligus, sehingga setiap KPM masing-masing bakal menerima sebanyak 20 kg beras dan Rp 400 ribu.

"Berarti 20 kg kali 18,3 juta. Jadi sudah disepakati, tindak lanjut daripada Ratas nan dikeluarkan Bapak Presiden nan lalu. Di samping nan Rp 400.000 kali 18,3 juta dalam corak bansos," terangnya.

Dalam kesempatan nan sama, Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menyebut penyaluran bansos beras 10 kg tetap dalam tahap pengemasan oleh Bulog. Rencananya penyaluran support pangan ini bakal terlaksana pada akhir Juni hingga Juli nanti.

"Akhir Juni, Juli, kita perlu persiapan untuk packaging 10 kg, kali 2," terangnya.

Lebih lanjut dia mengatakan penyaluran bansos ini bakal diutamakan untuk wilayah-wilayah nan mengalami lonjakan nilai beras. Hal ini terjadi khususnya di wilayah Indonesia Timur.

"Menyasar nan utama adalah daerah-daerah nan memang saudara-saudara kita perlu duluan, Indonesia Timur, Papua. Makanya paling bagus one shot agar kita bisa efisien biayanya," kata Arief.

(igo/fdl)

Selengkapnya