ARTICLE AD BOX
detikai.com, Jakarta - Tradisi ziarah kubur atau 'nyekar' saat Lebaran telah menjadi bagian tak terpisahkan dari seremoni Idul Fitri di Indonesia. Masyarakat mengunjungi makam family dan kerabat untuk mendoakan mereka nan telah meninggal, sekaligus mempererat silaturahmi. Kegiatan ini, nan dilakukan sebelum alias sesudah hari raya, melibatkan seluruh personil keluarga, seringkali menjadi momen berkumpulnya sanak kerabat nan tersebar di beragam daerah.
Ziarah kubur bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga sarat makna sosial dan kultural. Tradisi ini menjadi sarana mengingat kematian (dzikr al-maut), mengingatkan kita bakal kefanaan hidup di dunia. Setelah pembacaan doa, banyak nan menaburkan kembang di atas makam sebagai simbol kasih sayang dan penghormatan. Hal ini menunjukkan gimana Islam bisa beradaptasi dengan kearifan lokal tanpa kehilangan prinsip ajarannya.
Menurut beberapa ulama, seperti nan dikutip dari kitab "30 Fatwa Seputar Ramadan" dan pendapat senada dari Ustaz Khalid Basalamah, kunjungan kubur merupakan sunah Rasulullah SAW dan diperbolehkan kapan saja, termasuk saat Lebaran. Namun, krusial untuk menjaga niat nan benar, ialah mendoakan nan meninggal dan mengambil pelajaran dari kematian, bukan meminta pertolongan alias berkah dari mereka. Tradisi ini juga menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan Allah SWT, sesama manusia, dan leluhur.
Silaturahmi dan Mengenang Leluhur
Lebaran menjadi momen tepat untuk mempererat silaturahmi keluarga. Ziarah kubur menjadi agenda wajib bagi banyak keluarga, khususnya nan personil keluarganya tersebar di beragam wilayah. Momen ini menyatukan kembali keluarga, mengenang jasa dan kebaikan para leluhur, serta mendoakan mereka agar mendapat ketenangan di alam baka. Tradisi ini juga memperkuat ikatan family nan mungkin renggang lantaran kesibukan masing-masing personil keluarga.
Dalam konteks Indonesia nan majemuk, tradisi kunjungan kubur menunjukkan kekayaan budaya dan keberagaman. Di beragam daerah, tradisi ini mempunyai karakter tersendiri, baik dalam pelaksanaannya maupun maknanya. Namun, inti dari tradisi ini tetap sama: penghormatan kepada leluhur dan pengingat bakal kematian.
Kegiatan kunjungan kubur juga memberikan kesempatan untuk merenungkan makna kehidupan dan kematian. Hal ini sejalan dengan aliran Islam nan menekankan pentingnya merenungkan kematian sebagai pengingat untuk selalu melakukan baik dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian, tradisi ini mempunyai makna spiritual nan mendalam.
Pandangan Ulama tentang Ziarah Kubur
Para ustadz menekankan pentingnya niat nan betul dalam berkunjung kubur. Ziarah kubur bermaksud untuk mendoakan orang nan telah meninggal dan mengambil hikmah dari kematian, bukan untuk meminta pertolongan alias berkah. Beberapa etika nan perlu diperhatikan antara lain: mengucapkan salam, membaca Al-Quran dan doa, tidak menduduki alias menginjak makam, tidak melakukan tawassul nan berlebihan, dan menjaga kebersihan area pemakaman.
Mereka juga mengingatkan untuk menghindari praktik-praktik nan dapat mengarah pada kesyirikan, seperti meminta pertolongan langsung kepada nan telah meninggal alias meyakini bahwa arwah dapat memberikan faedah dan mudarat. Meskipun tidak ada waktu unik nan diwajibkan untuk berkunjung kubur, tradisi saat Lebaran tetap diperbolehkan selama sesuai tuntunan syariat.
Penting untuk diingat bahwa kunjungan kubur saat Lebaran bukanlah tanggungjawab agama, melainkan bagian dari kearifan lokal nan telah berakulturasi dengan nilai-nilai Islam. Tradisi ini dapat menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperkuat silaturahmi, selama sesuai tuntunan hukum dan tidak bertentangan dengan iktikad Islam.
Perpaduan Harmonis
Tradisi kunjungan kubur saat Lebaran merupakan perpaduan selaras antara nilai-nilai Islam dan kearifan lokal Nusantara. Meski bukan kewajiban, ritual ini mempunyai makna spiritual dan sosial nan mendalam bagi masyarakat Muslim Indonesia. Tradisi ini menjadi pengingat bakal pentingnya silaturahmi, refleksi diri, dan persiapan menghadapi kematian. Dengan pemahaman nan tepat, tradisi ini dapat terus memberikan faedah positif bagi masyarakat.