Lindungi Rupiah, Bi Siap Intervensi Agresif Di Pasar Spot, Dndf Dan Sbn

Sedang Trending 3 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com-Bank Indonesia (BI) menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk merespons situasi gejolak pada pasar finansial imbas dari kebijakan tarif resiprokal nan diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 7 April 2025 memutuskan untuk melakukan intervensi di pasar off-shore (Non Deliverable Forward/NDF) guna stabilisasi nilai tukar rupiah dari tingginya tekanan global," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso dalam siaran pers, dikutip Selasa (8/4/2025)

Kebijakan tarif AS dan respons oleh pemerintah China membawa gejolak pada pasar finansial global. Arus modal keluar mengalir deras dan nilai tukar banyak mata duit negara jatuh, khususnya negara berkembang.

Dilansir dari Refinitiv, pada Senin (7/4/2025) pukul 10:43 WIB, nilai tukar mata duit Garuda telah mencapai Rp17.261/US$ alias merupakan posisi terendah sepanjang sejarah.

Nilai tukar rupiah di pasar NDF jauh lebih lemah dibandingkan pada penutupan perdagangan reguler terakhir sebelum libur Lebaran, Kamis (27/3/2025) rupiah berada pada posisi Rp16.555/US$ .

Ramdan menjelaskan, Intervensi di pasar off-shore (Non Deliverable Forward / NDF) dilakukan secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York.

"Bank Indonesia juga bakal melakukan intervensi secara garang di pasar domestik sejak awal pembukaan tanggal 8 April 2025 dengan intervensi di pasar valas (Spot dan DNDF) serta pembelian SBN di pasar sekunder," jelasnya.

BI juga bakal melakukan optimasi instrumen likuiditas Rupiah untuk memastikan kecukupan likuiditas di pasar duit dan perbankan domestik. Menurut Ramdan, langkah tersebut ditujukan untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah serta menjaga kepercayaan pelaku pasar dan penanammodal terhadap Indonesia.


(mij/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Lesu, BI Pastikan Fundamental Ekonomi RI Masih Baik

Next Article Dolar AS Tembus Rp16.300, Begini Penjelasan Bos BI!

Selengkapnya