Korsel Bekuk 14 Orang Pelaku Jaringan Deepfake Pornografi Terbesar

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com

Jumat, 24 Jan 2025 12:14 WIB

Korsel sukses membongkar sebuah jaringan kejahatan pornografi deepfake di Telegram nan mengeksploitasi lebih dari 234 orang, termasuk 159 anak, sejak 2020. Kepolisian Seoul Korea Selatan sukses membongkar sebuah jaringan kejahatan pornografi deepfake di Telegram nan telah mengeksploitasi lebih dari 234 orang, termasuk 159 anak di bawah umur, sejak 2020. Ilustrasi. (Foto: istockphoto/Userba011d64_201)

Jakarta, detikai.com --

Kepolisian Seoul Korea Selatan sukses membongkar sebuah jaringan kejahatan pornografi deepfake di Telegram nan telah mengeksploitasi lebih dari 234 orang, termasuk 159 anak di bawah umur, sejak 2020.

Kasus ini diyakini sebagai salah satu kasus kejahatan seksual digital terbesar di Korsel

Unit Investigasi Kejahatan Dunia Maya Badan Kepolisian Metropolitan Seoul telah menangkap 14 personil jaringan tersebut, termasuk laki-laki berumur 33 tahun nan diduga admin nan membentuk grup Telegram tersebut dan memimpin aktivitas pelecehan di ratusan ruang obrolan terenkripsi di Telegram.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"14 orang tersebut termasuk pemimpin golongan nan menggunakan nama panggilan 'pendeta' ditangkap pada 14 Januari," kata pejabat Badan Kepolisian Metropolitan Seoul, Oh Kyu Shik, seperti dikutip dari The Straits Times, Kamis (23/1).

Menurut penyidik, 73 orang tambahan telah diidentifikasi mengenai kasus tersebut. Mereka menyediakan konten pornografi tiruan dari kenalan mereka menggunakan teknologi deepfake. Sebanyak 40 orang dari mereka sedang dalam penyelidikan kriminal, satu orang telah ditangkap, sisanya tetap menjadi buronan.

Adapun dari 234 korban selama empat tahun terakhir, 159 telah diidentifikasi sebagai remaja ialah 57 laki-laki dan 102 perempuan. Polisi mengatakan sepuluh korban remaja diperkosa, difilmkan dan menjadi sasaran bentuk-bentuk kekejaman lainnya oleh pemimpin jaringan tersebut.

"Tidak seperti kebanyakan kejahatan seks nan menargetkan golongan usia alias jenis kelamin tertentu, kejahatan golongan tersebut ditujukan terhadap korban random dari beragam kelompok," kata polisi.

Jaringan tersebut mendekati sasaran mereka di Telegram lampau memperoleh info pribadi mereka. Mereka kemudian menakut-nakuti bakal mendistribusikan info tersebut jika mereka tidak mematuhi instruksi.

Kasus ini mirip dengan kasus nan dikenal luas sebagai "Nth Room" di mana 73 wanita dipancing melalui Telegram dan kemudian menjadi sasaran beragam tindakan pelecehan seksual pada Mei 2019 hingga Februari 2020.

Dalangnya, Cho Joo-bin, nan dijuluki "Dokter," saat ini menjalani balasan penjara 42 tahun.

(fby/rds)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya