Kopdes Merah Putih Tak Bisa Seragam, Harus Sesuai Potensi Tiap Desa

Sedang Trending 7 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Ekonom dari dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menilai idealnya Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih didasarkan pada potensi ekonomi nan bisa digerakkan di daerah. Hal ini lantaran tiap desa punya kapabilitas nan berbeda-beda.

"Ada desa-desa nan memang berbasis komoditi pertanian, alias ada desa-desa nan memang konsentrasi pada perdagangan misalnya sembako dan sebagainya. Tetapi ada juga desa nan masuk ke upaya simpan pinjam. Ini beragam bisnisnya, lantaran jika semua perihal dilakukan, itu butuh kecakapan nan luar biasa," kata Tauhid kepada detikaicom, Sabtu (19/4/2025).

Tauhid menjelaskan, seperti halnya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan koperasi desa nan ada saat ini, tetap tidak mudah bagi mereka dapat bergerak di semua lini meskipun disediakan modal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Misalnya, dalam setahun itu seingat saya Rp 100 juta-Rp 200 juta. nan betul-betul BUMDes-nya sukses itu tetap relatif sedikit, dibandingkan total seluruh perihal itu memang kerjanya adalah mengoptimalkan potensi desa untuk aktivitas ekonomi. Di koperasi itu belajar dari BUMDes, walaupun ini adalah untuk personil nan terlibat," terangnya.

Menurut Tauhid, perihal itu menjadi dasar atas pilihan-pilihan upaya nan bisa dilakukan oleh Kopdes Merah Putih. Bisa jadi beragam sektor mulai dari pertanian, perdagangan, simpan-pinjam.

"Tetapi juga nan sifatnya mungkin jasa, ada beberapa contoh jasa wisata desa, kemudian penyewaan alat, dan sebagainya. Itu mungkin nan bakal tergantung kelak penggeraknya dari koperasi desa. Karena ini tidak mudah untuk nan self-sufficient menjadi jiwa bisnis," ujarnya melanjutkan.

"Ini (Kopdes Merah Putih) butuh orang-orang, butuh pengurus nan memang punya jiwa wirausaha level tinggi," tandasnya.

(fdl/fdl)

Selengkapnya