ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Sejumlah klub melakukan protes dan mempertanyakan kualitas wasit Indonesia Basketball League (IBL) 2025. Pihak operator kejuaraan pun meresponsnya.
Kontroversi memang menjadi perihal nan wajar terjadi dalam setiap pertandingan olahraga, apalagi nan melibatkan manusia sebagai pengadil namalain human error. Ini juga nan terjadi kejuaraan teratas liga bola basket Tanah Air, IBL 2025.
Sejak awal musim, beberapa kejadian mengakibatkan timbulnya protes dari pihak klub nan dirugikan dalam pertandingan. Mulai dari "shot clock" nan salah hitung, paling plural adalah "bad call" dari para pengadil di lapangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua di antaranya terjadi pada pekan ke-14 IBL 2025. Pertama ada protes dari pembimbing RANS Simba Bogor, Tony Garbelotto, usai pertandingan melawan Hangtuah Jakarta, Jumat (9/5/2025). RANS menang 86-70.
"Satu-satunya kekecewaan dari (kemenangan pada) pertandingan hari ini adalah pengusiran Devon (van Ostrum). Aneh saya memandang dari tayangan ulang bahwa nan dilakukan Devon adalah double intentional foul," kata Garbelotto usai pertandingan.
Sehari berselang, giliran Hangtuah nan melakukan protes terhadap kepemimpinan wasit usai kalah 82-90 dari Dewa United. Hal itu berangkaian dengan pelanggaran Gelvis Solano nan dianggap sebagai pelanggaran biasa padahal dalam situasi dia adalah orang terakhir nan menjaga lawan.
Pada pertandingan di Dewa United Arena itu, Solano melanggar Adonys Henriquez nan tengah berlari ke ring. Awalnya, wasit menjatuhi hukuman unsportsmanlike foul kepada Solano, tapi di-down grade usai memandang tayangan ulang (IRS).
"Jika dari para perseorangan referee tidak memandang (memimpin pertandingan) ini sebagai pekerjaan, saya kira bakal begini-begini saja dan bisa merugikan tim-tim mini seperti kami (dalam perihal pengambilan putusan)," ucap Wahyu Widayat Jati selaku pembimbing Hangtuah dalam bertemu pers usai pertandingan.
Munculnya sejumlah protes ini memang menjadi sorotan keras karena pada awal musim, IBL selaku operator telah melakukan penataran wasit. Dengan adanya penataran itu diharapkan kualitas dan keahlian wasit meningkat, tetapi rupanya tidak bisa mengurangi kontroversi nan terjadi di lapangan.
Sebelum dua laga nan melibatkan Hangtuah, kontroversi juga terjadi di dua laga nan melibatkan Tangerang Hawks, menghadapi Satria Muda Pertamina Jakarta (5 Maret) nan berujung kekalahan 95-99 dan menghadapi Prawira Bandung (10 Mei) nan juga berhujung kekalahan 74-77.
Tanggapan IBL soal kepemimpinan wasit IBL 2025
Menanggapi keluhan tersebut, Direktur Utama IBL, Junas Miradiarsyah, mengatakan pihaknya berbareng PERBASI selaku federasi selalu mengevaluasi keahlian wasit. Jika ada nan melakukan kesalahan, maka bakal ada hukuman nan menunggu mereka.
Meski diakui, bahwa bakal selalu ada keputusan-keputusan nan dianggap tidak menguntungkan tim di setiap pertandingan. Dia berambisi ke depannya tidak ada lagi kejadian serupa.
"Oke, dengan pertandingan nan ada, pasti ada call nan istilahnya bad call, ada nan good call. so far good call lebih banyak. Tapi, dari bad call memang, kita lihat situasinya macam-macam, ada nan cukup signifikan, ada nan tidak signifikan, tapi kita percaya semua tim mau nan terbaik," ujar Junas dalam perbincangan dengan detikSport, Minggu (11/5/2025) malam WIB.
"Tapi, ini bukan sesuatu nan istilhannya disengaja, kita percaya wasit mau melakukan nan terbaik, tapi belum sesuai ekspektasi. kita sadari itu. Apa nan dilakukan liga ada prosedurnya, ada evaluasi. Kita tahun ini berbareng PERBASI, mempunyai tim untuk pengawasnya, untuk evaluasi. IBL itu sendiri bukan pemilik wasit, wasit ada di federasi, kita menggunakannya saja untuk pertandingan," sambungnya.
"Upaya apapun kudu dilakukan bersama-sama IBL dan PERBASI, termasuk tadi pertimbangan sestelah pertandingan. Jika ada kasus nan cukup signifikan maka bakal ada tindakan, kita udah pernah ada nan dapat sanksi, ada nan kita istirahatkan sementara. Bahkan tahun lampau ada nan sampai cukup fatal, ada tindakan keras dari federasi. Tapi jika kita terus-terusan norma secara non aktif, gak bagus juga, malah tidak ada wasit, jadi wasit tidak ada pengalaman (memimpin pertandingan), jadi susah juga."
(mrp/adp)