ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Nama 'Sister Hong' alias 'Uncle Red' tengah viral di media sosial. Pasalnya, laki-laki paruh baya nan berdandan seperti wanita itu sukses mengelabui 1.691 laki-laki untuk berasosiasi intim dengannya.
Pria 38 tahun bermarga Jiao itu menggunakan wig cokelat, riasan, dan baju wanita untuk memikat para korbannya. Tidak hanya nan tetap lajang, laki-laki nan tertarik dengannya juga sudah ada nan bertukar cincin alias mempunyai istri.
Tanpa mereka sadari, segala aktivitas intim mereka direkam dan diperjual belikan oleh Jiao. Wajah para korbannya tersebar di internet.
Masalahnya, publik tetap bertanya-tanya tentang gimana para korban terjebak dengan penampilan Jiao, nan sebenarnya tetap terlihat seperti pria. Apa alasannya mereka bisa terpikat dengan Jiao?
Alasan Para Korban 'Tertipu' Pesona 'Sister Hong'
Dikutip dari laman Mothership, beberapa korban Jiao dilaporkan menulis di Weibo (media sosial di China). Mereka menceritakan momen saat mereka mengetahui bahwa Jiao adalah seorang pria.
Mereka berpikir lantaran semuanya sudah melangkah sejauh ini, bakal sia-sia jika tidak menyelesaikan apa nan telah dimulai. Muncul frasa nan secara harfiah berfaedah 'karena saya sudah ke sini, lebih baik saya menyelesaikannya'.
Sensasi 'harga nan murah' mungkin menjadi salah satu argumen para korban memilih jasa nan ditawarkan Jiao. Mereka hanya perlu datang ke rumah Jiao dengan membawa barang-barang, seperti buah-buahan, minyak kacang, hingga susu.
Namun, banyak juga nan mengatakan bahwa kelembutan nan luar biasa dalam setiap kata dan aktivitas Jiao membikin para korban merasa nyaman. Melalui klip video nan bocor, orang-orang memandang karakter Jiao nan sangat sabar.
"Saya bisa merasakan bahwa (dia) sungguh penyayang dan sabar," tulis warganet.
Pendiam dan toleran, Jiao secara efektif memberikan korbannya jarak dari penghakiman keras bumi luar. Menurut pendapat warganet, itu tampak seperti 'zona aman' untuk pengobatan emosional.
Orang lain juga menganalisis bahwa Jiao cukup 'perhatian' untuk berkedudukan sebagai wanita nan sedang dalam kesulitan. Hal ini memungkinkan pelanggannya, seperti dari kalangan mahasiswa, melihatnya sebagai seorang 'pahlawan'.
Jiao juga membiarkan para kliennya menjadi orang lain, meski hanya sesaat. Kliennya mungkin awalnya mencarinya untuk mendapat kelegaan bentuk nan cepat, tetapi juga menemukan sensasi nan berbeda dalam penegasan dan kenyamanan emosional nan Jiao tawarkan.
'Sister Hong' memungkinkan kliennya berfantasi menjadi pemberi nafkah dan pelindung. Pulang ke rumah kepada seorang wanita nan menghujaninya dengan kasih sayang dan perhatian.
(sao/kna)