Kata Sri Mulyani Dunia Berubah, Dolar As Tak Dipercaya 100% Lagi

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Dolar Amerika Serikat nan selama ini dianggap para penanammodal alias pelaku pasar finansial sebagai aset aman, terutama saat ekonomi bumi tengah bergolak maupun menuju krisis, sekarang teracuhkan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, para penanammodal apalagi tak lagi percaya 100% terhadap dolar AS. Tercermin dari terus merosotnya indeks dolar (DXY Index) saat terus naiknya volatilty index (VIX Index).

DXY index adalah ukuran nilai dolar AS terhadap mata duit utama bumi lainnya seperti euro, yen Jepang, maupun poundsterling Inggris. Sedangkan VIX Index adalah parameter dunia nan mengukur volatilitas pasar secara keseluruhan.

"Jadi kepercayaan 100% terhadap dolar juga mulai menurun sementara VIX Index meningkat," kata Sri Mulyani dalam aktivitas Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Jakarta, Kamis (10/4/2025).

Menurunnya kepercayaan penanammodal secara dunia terhadap dolar AS juga diikuti dengan semakin tingginya kemungkinan Amerika Serikat terdorong ke lembah resesi. Sri Mulyani mengatakan, dari beragam perkiraan lembaga investasi dunia, kemungkinan AS resesi meningkat ke level 60%.

Makin tingginya potensi AS resesi terjadi seusai Presiden AS Donald Trump mengeluarkan kebijakan perang jual beli terhadap semua negara, dengan menerapkan tarif perdagangan nan tinggi, seperti Indonesia terkena tarif retaliasi 32%.

"JP Morgan, Goldman Scahs, semuanya mengatakan bahwa Amerika kemungkinan masuk ke resesi. Probabilitasnya sekarang naik ke 60% dari tadinya di bawah 50%," tutur Sri Mulyani.

Di tengah tingginya akibat resesi Amerika Serikat, akibat resesi Indonesia justru kecil.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, probabilitas resesi nan dihadapi Indonesia dengan makin tak kondusifnya ekonomi dunia itu hanya sebesar 5%, sama dengan Malaysia. Jauh lebih rendah dari potensi resesi Jepang nan mencapai 30%, Meksiko 54%, Jerman 50%, Kanada 48%, dan Rusia 25%.

"Probability risk recession meningkat, namun Indonesia tetap relatif rendah di 5%," kata Airlangga dalam aktivitas Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Jakarta, Selasa (8/4/2025).


(arj/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Amankan Rupiah, BI Berjaga di Pasar Dengan Triple Intervention

Next Article Rupiah-IHSG Kompak Loyo, Ini Ternyata Penyebabnya!

Selengkapnya