Jusuf Kalla Tanggapi Trump Soal Relokasi Warga Gaza Ke Indonesia: Tidak Mungkin

Sedang Trending 6 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com, Jakarta - Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla namalain JK menanggapi pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump melalui utusannya untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, nan menyebut bahwa Indonesia menjadi salah satu letak nan dipertimbangkan untuk menampung pengungsi dari Gaza, Palestina. 

“Saya kira itu sesuatu nan tidak mungkin,” tutur Jusuf Kalla di Gedung Pengurus Pusat DMI, Matraman, Jakarta Timur, Senin (27/1/2025).

Jusuf Kalla percaya Presiden Prabowo Subianto pun tidak bakal setuju dengan wacana tersebut. Terlebih, untuk merekonstruksi Gaza justru dibutuhkan tenaga dalam negeri.

“Kalau rekonstruksi justru dibutuhkan orang, dibutuhkan tenaga kerja, dan mereka orang-orang Palestina kuat-kuat bekerja. Coba bayangkan, Gaza sendiri bisa membangun 450 kilometer terowongan di tengah kota. Bayangkan itu keahlian teknologi daripada pihak Palestina sendiri,” jelas dia.

Jika penduduk Palestina dipindahkan, maka tentu dibutuhkan pekerja dari asing nan apalagi kemampuannya mungkin tidak setara dengan masyarakat Gaza itu sendiri.

“Jadi jika mereka dipindahin siapa lagi nan membangun negerinya. Dibutuhkan lagi orang-orang dari Afrika alias dari China untuk membangun negeri itu, tidak tentunya. Orang Palestina di mana-mana bekerja, bekerja di Timur Tengah dan lain sebagainya,” ungkap Jusuf Kalla.

Indonesia saja untuk membangun terowongan proyek Mass Rapid Transit alias MRT memerlukan support Jepang. Sementara Palestina sukses membikin 450 kilometer terowongan sendiri.

“Jadi tidak betul Itu Amerika untuk pindahkan ke Indonesia dua juta orang, itu pasti kita menolak, Presiden menolak, dan semua orang menolak,” Jusuf Kalla menandaskan.

Wamenlu Tegaskan Tak Ada Pembicaraan soal Relokasi Warga Gaza ke Indonesia

Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Anis Matta menanggapi rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump nan mau merelokasi warga Palestina ke Indonesia. Menurut dia, hingga sekarang pemerintah belum membicarakan soal relokasi penduduk Gaza ke Indonesia.

"Pada dasarnya sampai sekarang tidak ada pembicaraan soal itu," kata Anis kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (22/1/2025).

 Menurut dia, Indonesia tak bisa menerima relokasi warga Gaza dari Palestina. Anis menilai rekonstruksi tak dapat dijadikan argumen untuk merelokasi penduduk Gaza dari negaranya.

"Pada dasarnya kan kita tidak bisa menerima relokasi penduduk Gaza dari Gaza. Karena rekonstruksi bukan jadi kendala, bukan jadi argumen untuk melakukan relokasi," jelasnya.

Dia menuturkan pemerintah berencana menyalurkan support kemanusiaan ke Gaza.

"Kita sekarang tetap koordinasi teknis mengenai dengan penyaluran support kemanusiaan. Itu saja nan kita kerjakan," ujar Anis.

Di sisi lain, Anis menuturkan bahwa Presiden Prabowo Subianto bakal melakukan kunjungan ke sejumlah negara di Timur Tengah dalam waktu dekat ini.

"Presiden bakal melakukan perjalanan ke luar negeri dalam waktu dekat. Insya Allah ke beberapa negara di Timur Tengah," pungkas Anis.

Sebelumnya, Tim transisi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, nan menyebut bahwa Indonesia menjadi salah satu letak nan dipertimbangkan untuk menampung pengungsi dari Gaza.

Adapun berita Indonesia jadi salah satu letak relokasi sejumlah penduduk Gaza beredar dari pemberitaan NBC mengutip utusan Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.

"Utusan Presiden terpilih Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, kemudian mengusulkan untuk merelokasi sebagian masyarakat Gaza ke Indonesia saat proses pembangunan kembali dimulai," demikian laporan NBC mengutip utusan tersebut pada hari Minggu (19/1/2025).

"Pertanyaan tentang gimana membangun kembali Gaza termasuk ke mana sekitar 2 juta penduduk Palestina dapat direlokasi sementara ini. Indonesia, misalnya, adalah salah satu letak nan sedang dibahas untuk relokasi sejumlah dari mereka," kata pejabat tim transisi Donald Trump itu.

Gagasan Relokasi Sangat Kontroversial

Gagasan relokasi dianggap sangat kontroversial di kalangan penduduk Palestina dan sesama penduduk Arab. Banyak nan meyakini bahwa relokasi bakal menjadi langkah pertama Israel untuk memaksa mereka meninggalkan tanah mereka.

Serangan Israel di Gaza selama satu separuh tahun terakhir telah menewaskan lebih dari 45.000 orang di Gaza, nan sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, menurut pejabat kesehatan Palestina. Pengeboman tersebut juga telah menghancurkan sistem kesehatan wilayah kantong itu dan mendorong orang-orang keluar dari rumah mereka dan masuk ke kamp-kamp tenda nan kumuh.

Selengkapnya