ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan sasaran pertumbuhan ekonomi bisa menyentuh nomor 8%. Tidak hanya mengandalkan konsumsi rumah tangga, investasi diarahkan berkedudukan sebagai motor utama penggerak pertumbuhan demi mengejar sasaran tersebut.
Secara bertahap, investasi diharapkan terus meningkat dan menyentuh nomor Rp 13.032 triliun dalam lima tahun ke depan. Karpet merah juga disiapkan pemerintah dalam menyambut para investor, seperti pemberian insentif tax holiday, tax allowance, hingga beragam kemudahan berupaya lainnya.
Namun di tengah upaya itu, tantangan justru datang dari pecahnya perang jual beli imbas kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya ketidakpastian dunia dan memaksa penanammodal kudu menghitung ulang rencana investasi mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, Indonesia bersaing ketat dengan negara tetangga seperti Vietnam nan sama-sama berkompetisi mendatangkan investasi. Lantas, gimana strategi pemerintah menjemput investasi dan menjadikan Indonesia sebagai destinasi menarik di mata penanammodal global?
Hal itu dikupas tuntas dalam wawancara eksklusif detikaicom berbareng Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Todotua Pasaribu dalam Indonesia Investment Talk berjudul Jurus Indonesia Mengejar Investor Dunia. Berikut petikan wawancara selengkapnya.
Kalau kita lihat situasi global, ini lagi perang dagang. Kalau di mata Bapak ini gimana sih perang jual beli efeknya untuk suasana investasi secara dunia sekarang?
Oke, memang dengan adanya kebijakan resiprokal nan dilakukan oleh pemerintah Donald Trump, Amerika Serikat ini memang tentunya punya akibat secara global. Jadi mungkin terlebih dulu saya mau buka prolog bahwa seperti tadi pembukaan nan Mbak sampaikan, bahwa memang betul pemerintahan sekarang ini kita memang mempunyai sasaran pertumbuhan ekonomi menuju 8% dalam 5 tahun ke depan.
Jadi di situ juga sektor investasi ini adalah merupakan sektor nan betul-betul diharapkan untuk bisa mengokang terhadap realisasi pertumbuhan menuju ke 8% tersebut. Ini nomor ambisius, tetapi jika kita memandang info di tahun 2024, salah satu negara tetangga kita itu Vietnam, itu sekarang sudah masuk ke nomor pertumbuhan ekonomi mereka di nomor 7,04%. Dan itu signifikan sumbangsihnya berasal daripada arus investasi nan masuk di negara mereka.
Di tahun 2024, dari US$ 240 miliar nan masuk di wilayah area Asia Tenggara, itu kontribusi nan masuk ke Vietnam itu sekitar US$ 156 miliar. Kita hanya kebagian sekitar US$ 39 miliar. Artinya apa? Artinya ini menunjukkan bahwa peran sektor investasi ini sangat berpengaruh sekali dengan pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara.
Karena itu bakal terjadi banyak multiplier effect nan di situ. Kembali kepada pertanyaan tadi, perang jual beli jika kita lihat kan penetapan tarif impor nan Amerika berikan ini, nan kita sebut dengan resiprokal. Apa efeknya? Ini pertama kita lihat, selain secara dunia ini kan sebenarnya head to head antara Amerika dan China. Dan ini kita terus monitoring.
Pemerintah saat ini kita melalui koordinasi di Kementerian Perekonomian, kita memonitoring ini, kita coba melakukan negosiasi dan lain-lain, dan kita juga secara internal juga melakukan persiapan-persiapan antisipasi, menyikapi terhadap trade war ini. Efeknya apa secara global? nan pasti secara dunia ini ketidakpastian, peningkatan ketidakpastian. Banyak strategi rencana investasi dan trade setelah terjadi tarif resiprokal ini menjadi adjustment.
Kemudian nan kedua, secara dunia pun ini bakal berefek signifikan terhadap situasi rantai pasok. Rantai pasok global, kita berbincang gimana mengenai kebutuhan konsumen, sektor-sektor utama nan kita monitor nan bakal signifikan kena ini seperti sektor otomotif, kemudian bahan-bahan kimia, petrochemical, elektronik, dasar kaki dan lain-lain. Dan ini juga terjadi apa namanya pengalihan strategi perdagangan, strategi investasi nan juga kaitannya sangat besar terhadap rantai pasok dunia itu sendiri.
Kemudian nan ketiga, tentunya juga pasti berakibat terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara nan berkembang, ini juga pasti bakal terjadi pengaruh terhadap itu. Dampak kita secara sektoral tentu iya, lantaran dalam catatan kami, khususnya Amerika Serikat ini, kita memang plus secara trade.
Tetapi investasi juga di sini Amerika juga merupakan posisi negara nan cukup signifikan, level nan berinvestasi di Indonesia. Dan ini memang dalam beberapa sektor komoditi, sektor elektronik nan saya sebutkan tadi, otomotif, furniture, dasar kaki dan lain-lain ini tentu bakal adjustable.
Karena produk kita nan selama ini menjadi sasaran ekspor kita ke Amerika dengan pengenaan tarif saat ini tentu bakal menjadi punya daya saing nan tidak kompetitif untuk masuk ke Amerika. Dan ini juga pasti bakal berakibat terhadap sektor-sektor investasi nan ada di negara kita. Itu sih nan kurang lebih dampaknya nan bakal kita lihat saat ini.
Baik, bakal terus dimonitor ya. Kalau kita lihat bocoran untuk triwulan pertama, seperti itu realisasi investasi Indonesia tetap cukup terjaga ya? Tapi dengan ketegangan geopolitik nan meningkat ini, menurut Bapak apakah bakal mempengaruhi arus modal nan masuk ke negeri kita?
Tahun 2024 dengan sasaran realisasi investasi sebesar Rp 1.650 triliun, Alhamdulillah itu kita sudah bisa masuk lebih daripada itu, sekitar 4 persenan di atasnya. Kita achieve dengan nomor Rp 1.700 triliun. Dan kemudian perihal nan juga nan cukup menggembirakan dan cukup membikin kita aman, untuk triwulan pertama, kita mencetak dari bulan Januari sampai Maret April ini, tahun ini kan kita diberikan sasaran realisasi investasi 2025 itu sebesar Rp 1.905 triliun. Kalau kita bagi ke dalam 4 kuartal kurang lebih sekitar Rp 450- 460 triliun setiap triwulan.
Dan alhamdulillah memang berasas monitoring nan kita lihat, di triwulan pertama ini kita bisa achieve dengan nomor sekitar Rp 465 triliun realisasi investasi. Ini nan 1-2 hari nan lampau setelah Pak Menteri (Rosan Roeslani) kami menghadap Pak Presiden melaporkan nomor ini, setelah itu beliau langsung melakukan konvensi pers tentang realisasi investasi di triwulan I.
Sebenarnya angka-angka ini nan mencerminkan adanya level of trust, baik secara bumi internasional maupun dalam negeri kita sendiri, untuk melakukan investasi di negara kita. Nah, berbincang terhadap aliran modal Asia nan masuk ke Indonesia, ini tentunya juga bakal cukup berpengaruh. Karena Amerika sendiri itu adalah salah satu one of the big market, konsumen.
Kita juga untuk wilayah Asia dengan populasi 280 juta penduduk, adalah salah satu negara nan memang merupakan destinasi demand konsumen itu sendiri. Namun memang kita lihat juga perang jual beli ini, ini juga kita kudu memandangnya dengan suatu semangat nan positif. Karena perang jual beli ini kita juga memandang adanya kesempatan untuk kita bisa meningkatkan pertumbuhan investasi.
Karena Indonesia ini satu secara jumlah populasi demand, kita 280 juta mungkin menuju 300 juta penduduk. Kemudian wilayah strategis kita menghubungkan antara timur dan barat dunia, utara dan selatan, ini wilayah nan strategis. Kondisional nan ada di wilayah timur dan barat, kondisional nan ada di wilayah utara dan selatan bumi ini, tentunya Indonesia ini secara wilayah geografis juga merupakan suatu strategic country nan bisa sebagai destination daripada investasi itu sendiri.
Maka kita sekarang ini memang di bawah payung Kemenko Perekonomian dan juga Kementerian Luar Negeri, Keuangan, Kementerian Perdagangan dan Perindustrian, dan juga Kementerian BUMN, dan juga Danantara itu sendiri, kita melakukan suatu konsolidasi besar dalam corak task force nan untuk kita memandang secara trade dan investment ini, kesempatan nan kita kudu ambil positioning-nya memandang situasi perang tarif.
Ini nan kita lagi godok terus, kita koordinasi lintas kementerian, dan ini kita terus intens juga melaporkan kepada Menko Perekonomian untuk strategi negosiasi kita keluar, dan apa-apa nan kudu kita persiapkan di dalam negeri dalam rangka perang tarif ini. Karena kami memahami bahwa perang tarif ini bakal cukup signifikan dalam mengubah konstelasi perdagangan bumi dan juga bakal merubah konstelasi ekonomi secara dunia keseluruhan.
Ya, meskipun tadi mempengaruhi konstelasi perekonomian global, perdagangan global, termasuk juga suasana investasi, tapi Bapak katakan juga kita tidak perlu terlalu khawatir, tidak perlu terlalu takut juga ya? Kalau Bapak lihat di Indonesia sektor mana saja nan justru berkesempatan tumbuh dan mungkin bakal menarik investor?
Ada tiga perihal sebenarnya nan menjadi kekuatan bagi negara Indonesia itu. Satu adalah we have a lot of resources dengan ragam resources nan banyak. Kita punya sumber daya alam mineral nan cadangannya cukup signifikan, baik itu bisa kita bicara nikel, kita adalah pemilik persediaan nikel terbesar di dunia, kita ada bauksit, timah, copper, emas, banyak variabelnya di sini.
Bahkan iron sand sekarang nan mulai populer, apalagi sampai kepada mineral-mineral strategik lainnya, itu satu. Di sektor batubara kita juga punya persediaan nan itu bisa merupakan suatu kekuatan daya kita. Kita juga punya sourcing oil and gas nan cukup signifikan. Di luar komoditi itu, dalam sektor perkebunan, pertanian, apalagi perikanan. Bicara kekuatan ini, ini adalah kekuatan nan sebenarnya tidak perlu kita khawatirkan.
Kemudian kekuatan kita nan kedua, kita adalah negara dengan demand salah satu nan terbesar. 280 menuju 300 juta populasi. Saya sebutkan juga tadi, dalam sektor strategis area, kita positioning nan sangat strategis. Nah, berbincang terhadap itu, sektor-sektor apa saja, satu nan pasti adalah daya terbarukan. Potensial daya terbarukan, baik itu kita berbicara, kita punya persediaan potensial geothermal nan sangat luar biasa.
Kemudian sebagai negara geografis juga kita punya kekuatan untuk men-develop pembangkit listrik daya terbarukan dari sinar matahari, pembangkit listrik tenaga surya. Angin juga kita punya potensial di sini. nan pasti satu adalah daya terbarukan. Konsolidasi kita punya potensi sampai sekitar 3.600 gigawatt untuk ini.
Sektor nan kedua adalah sektor hilirisasi. Sektor hilirisasi ini macam-macam nan saya bilang tadi, bahwa kita sudah mempunyai suatu roadmap alias peta jalan terhadap hilirisasi itu. Sektor komoditi mineral, batu bara, oil and gas, perkebunan, agrikultur pertanian, perikanan. Dan ini sudah kita hitung bahwa ini ada potensi sekitar US$ 618 miliar dolar nan bisa kita develop di sini.
Yang ketiga adalah ketahanan pangan. Negara kita punya kekuatan agrikultur nan sangat luar biasa. Baik itu komoditi pangan mulai dari beras, kemudian juga komoditi buah-buahan dan lain-lain. Kita punya kekuatan nan sangat besar di situ. Berbicara terhadap itu sendiri, dengan persediaan mineral kita, strategi kita nan kuat ini juga, kita juga punya potensi dalam sektor semikonduktor.
Kita punya pasir silika, kita punya timah dan lain-lain nan untuk men-support industri semikonduktor. Kemudian juga Indonesia secara posisi strategi juga ada potensi untuk men-develop data center. Data center ini salah satu keyword-nya adalah kekuatan men-supply daya nan murah bagi industri info center itu. Dengan kita punya kekuatan persediaan batu bara nan banyak, kita juga punya level of confidence untuk bisa main dalam industri itu.
Kita punya potensi 3 sampai 5 giga untuk di industri data center. Sektor-sektor lainnya seperti sektor kesehatan, sektor pendidikan. Sektor pendidikan juga ini adalah perihal nan menarik lantaran andaikan sektor pendidikan vokasi dengan populasi manusia ini, kita ini ke depannya sudah memandang juga untuk strategik gimana kita menciptakan level of skill daripada sumber daya manusia.
Beberapa investasi negara-negara luar, salah satunya nan kemarin, satu bulan nan lampau saya ke Sydney, Australia, mereka sangat interest untuk mengembangkan potensi sektor sumber daya manusia. Artinya banyak resources kita kaya, alam kita kaya, apalagi manusia kita banyak. Nah inilah memang nan kelak bakal kita terjemahkan dalam corak strategi-strategi investasi ke depannya.
Banyak sektor sebenarnya nan berkesempatan untuk tumbuh ya. Sangat banyak. Kalau dilihat dari info realisasi investasi terakhir, apakah Bapak memandang ada pergeseran, dari sisi negara penyumbang investasi terbesar untuk Indonesia maupun juga dari sektor-sektor dimana mereka berinvestasi?
Kalau berbincang itu memang dari tahun ke tahun, angka-angkanya itu dikelola ada beberapa negara nan memang menjadi urutan negara nan memberikan kontribusi investasi terbesar di negara kita. Kita sebut saja nan pasti, satu adalah Singapura, nan kedua adalah China, Hong Kong, bagian daripada China itu sendiri, Amerika juga.
Kemudian ada satu nan menarik itu juga datang dari Malaysia. Kita juga memandang ada memang ini dari aspek strategic financing-nya nan masuk dilewatkan dari Malaysia ke sini. Tetapi beberapa negara nan memang dari tahun ke tahun walaupun turun naik di Asia ini, ada Jepang, ada Korea, kemudian beberapa negara-negara Eropa, Australia.
Berbicara dalam konteks ini apakah ada pergeseran minat investor, kami melihatnya dalam strategi perang tarif ini kemungkinan besar sangat ada. Negara kita punya potensi juga sebagai intermediary country, hub country. Hub country ini adalah berbincang kekuatan logistik dan rantai pasok. Artinya hub country ini konsideran nan paling utamanya memandang daripada posisi strategis negara itu.
Yang seperti saya sampaikan tadi, bahwa kita ini adalah intermediary country nan menghubungkan antara timur dan wilayah barat, kemudian utara dan selatan. Jadi ini strategic-nya ini. Dan ini memang jika ditanya apakah pergeseran minat investor, iya pasti bakal ada ke sana. Kemudian juga dalam sektor dalam negeri kita sendiri, kita dengan semangat downstream hilirisasi dan kemandirian ini juga kita memandang pergerakan daripada investasi dalam negeri, PMDN.
Itu angkanya sekarang memang memberikan kontribusi nan cukup signifikan dalam industri infrastruktur, industri jasa. Kemudian berbincang juga sektor downstream lagi, kembali lagi, lantaran memang pemerintahan ini adalah pemerintahan nan tegas untuk berbincang sektor downstream hilirisasi. Karena baru dalam pemerintahan ini konteks hilirisasi ini menjadi nomenklatur.
Kalau dulu kan kementerian kami hanya Kementerian Investasi dan Badan Koordinasi Penanaman Modal. Tapi dalam pemerintahan ini, kementerian kami ini sekarang namanya adalah kementerian investasi dan hilirisasi dan badan koordinasi penanaman modal. Artinya apa? Artinya ada message nan tegas dari pemerintah bahwa kita mau masuk dalam sektor hilirisasi ini sendiri.
Tadi sudah sempat Bapak katakan juga, negara-negara top penanammodal untuk Indonesia. Kita tetap menunggu rilis resminya full untuk 3 bulan I 2025. Kalau kita lihat angka-angkanya dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya seperti apa nih?
Kalau lihat memang trennya tetap sama. Artinya dari segi negara-negara penyumbang kontribusi ini tetap sama. Karena ini memang juga kita monitor memang nomor di 3 bulan pertama 2025 ini sebenarnya adalah keberlanjutan daripada nan terjadi dalam 2024. Kemungkinan kelak itu bakal ada adjustable-nya mungkin dalam 3 bulan ketiga alias Q3-Q4.
Apalagi sekarang dengan adanya perang tarif ini, pasti kita bakal lihat mungkin 1-2 bulan, 3 bulan itu pasti bakal terjadi pergerakan. Tetapi ini tetap tetap kita monitor. Tetapi menurut kami angka-angka ini misalnya seperti China, kemudian mungkin beberapa negara seperti Jepang, Korea nan berada di wilayah wilayah-wilayah timur ini mungkin strategic-nya angkanya masih, konsolidasinya tetap tetap sama.
Oke kelak kita lihat ya seandainya ada pengaruh dari perubahan konstelasi akibat ketidakpastian perang jual beli ini. Kalau dari kerangka RPJMN maupun juga Asta Cita dari Presiden Prabowo Subianto, tadi sudah Bapak sebutkan juga di awal sungguh pentingnya peran investasi. Boleh digambarkan gimana peran strategis BKPM untuk mendorong investasi nan berbobot dan berkelanjutan?
Oke, nan saya sampaikan tadi bahwa sekarang kementerian ini adalah Kementerian Investasi dan Hilirisasi. Kemudian di situ ada peran kegunaan daripada Badan Koordinasi Penanaman Modal. Kementerian kami ini Mbak adalah kementerian nan mengelola pelayanan perizinan satu pintu melalui suatu platform nan kita sebut dengan OSS alias Online Single Submission dimana itu kita mengelola pelayanan sekitar 1.700 jenis perizinan.
Kalau kita kenal itu seperti EU. Bahkan sampai izin toko obat dan lain-lain itu keluarnya dari kami melalui platform OSS itu. Kemudian kita berangkaian dengan 18 kementerian dan lembaga. So ditambah lagi dalam pemerintahan ini ada nomenklatur hilirisasi. Jadi berbincang terhadap apa kontribusi daripada kementerian ini terhadap berbincang investasi tapi for sure kementerian ini adalah kementerian nan mengkonsolidasikan dalam kerangka investasi itu.
Strategic investment-nya mau kemana, planning rencananya mau kemana termasuk juga kita memberikan kita mau menjaga terhadap pelayanan daripada perizinan itu sendiri. Ada dua perihal nan menjadi kunci utama sukses daripada investasi bisa tumbuh berkembang dalam suatu negara. Satu adalah pelayanan mengenai perizinan. Kemudahan berinvestasi konteksnya di sini.
Kemudian nan kedua adalah apa, competitiveness. Pak Presiden juga sudah menyampaikan bicara competitiveness. Kita mau investasi nan dilakukan di negara ini baik itu investasi nan datang dari luar maupun dari dalam negeri kudu kompetitif. Karena tanpa itu tidak bakal mungkin orang mau masuk berinvestasi di negara kita. Jadi ini dua aspek utama. Kita memandang adanya challenge alias tantangan nan terjadi.
Angka nan kita lihat di tahun 2024 ada sekitar nomor nan cukup signifikan sekitar Rp 1.500 triliunan unrealisasi investasi. Faktor penyebab utamanya adalah apa? Faktor penyebab utamanya adalah pelayanan, perizinan salah satunya. Kemudahan orang berinvestasi nan kedua. nan ketiga aspek kompetitif. Jadi ini memang nan kudu kita breakthrough.
Dalam lima tahun ke depan nan seperti saya sampaikan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi menuju 8% dan sasaran realisasi investasi dalam lima tahun ke depan sebesar Rp 13.000 triliunan ini adalah tantangan nan besar. Tetapi kami percaya dan percaya jika tiga perihal tadi itu perizinan, kemudahan berinvestasi, dan level of kompetitif berinvestasi di Indonesia bisa kita ciptakan, ini semua perihal nan mudah.
Semua bisa kita achieve. Baik itu dalam sektor hilirisasi, manufacturing, industrialisasi, sektor-sektor lainnya, sektor-sektor nan saya bilang tadi, daya terbarukan, sektor ketahanan pangan, agrikultur, mudah. Karena semuanya ada di sini. Demand semua ada di sini. Tiga aspek ini nan memang kudu serius kita kelola. Kita kelola dengan benar.
Pelayanan perizinan, kemudahan berinvestasi. Kemudahan berinvestasi ini memang juga kita kudu kawal mereka mulai dari start, masuk sampai mereka ongoing. Dan kita harapkan investasi ini adalah investasi nan growth. Taruhlah mereka pertama masuk investasi ini dan kita harapkan investasi nan selanjutnya kudu growth.
Tentunya di situ pada akhirnya kudu ada nilai daya saing, kompetitif nan ada di sini. Ini nan kudu kita jaga dan kita kelola. Dan kami percaya dan percaya, jika ini bisa kita manage dalam lima tahun ke depan, berbincang konteks pertumbuhan ekonomi 8 persen, insyaallah bakal kita capai.
Optimistis ya?
Sangat optimis.
Tadi juga sudah sempat singgung hilirisasi menjadi konsentrasi krusial pemerintah. Makanya ditambahkan juga nomenklatur hilirisasi di kementerian ini. Kalau unik untuk tahun ini, apa nan difokuskan pemerintah mengenai dengan hilirisasi ini? Sektor mana?
Tentunya menjawab itu, satu, konteks hilirisasi ini ada di kementerian kami, dan kita punya satu kedeputian, nan unik kita sebutkan dengan deputi hilirisasi. Dari periode nan sebelumnya sebenarnya sudah masuk, di kementerian investasi ini kita punya peta jalan alias roadmap daripada hilirisasi tersebut. Kita meng-cluster, ada sekitar 28 komoditi strategik nan bakal kita prioritaskan.
Bukan komoditi nan lain tidak kita prioritaskan. Tetapi ada 28 komoditi strategik nan kita prioritaskan. Kenapa? Karena 28 komoditi ini adalah komoditi nan kita lihat daripada aspek persediaan resource-nya nan besar. Jadi ini nan memang, lantaran kita juga kudu konsentrasi dalam mengelola hilirisasi. Kita sudah punya 28 komoditi. Kemudian juga di sini kita sedang memperdalam terhadap strategi investasi melalui pengembangan kawasan.
Kita punya kurang lebih sekitar 166 area industri. Kemudian ada sekitar 25 area ekonomi khusus. Kita juga punya area free trade zone Sabang dan Batam Bintan. Ini FTC Batam, Bintan bakal kita strategikan nan tadinya Enclave bakal kita perbesar menjadi satu provinsi Kepulauan Riau. Dan strategi-strategi ini nan memang nan kita korelasikan dengan hilirisasi.
Kembali seperti nan saya sebutkan, kita sudah punya nomor sasaran US$ 618 miliar untuk realisasi investasi di sektor hilirisasi dengan kekuatan 28 komoditi tadi. Komoditi tadi itu 28 ada dalam klaster mineral, batu bara, oil and gas, klaster kehutanan, klaster perikanan, dan beberapa klaster nan lain sebenarnya juga klaster dalam industri pariwisata, dalam industri IT, teknologi, dan telekomunikasi.
Sebelumnya Pak Wamen juga sempat menyebut salah satu sektor nan potensial di Indonesia ini adalah daya terbarukan, EBT. Seperti apa keberlanjutan investasi di sektor EBT ini menyusul adanya sejumlah perubahan kebijakan?
Di luar hilirisasi, memang sektor investasi di industri daya baru terbarukan adalah salah satu strategi nan memang lagi kita juga galang secara komprehensif. Seperti nan saya sampaikan tadi, berbincang terhadap daya terbarukan ini, kita juga punya potensi nan sangat luar biasa. Itu jika kita bisa konsolidasi ada potensi daya sampai kepada 3.600 GW potensial nan bisa kita develop.
Sumbernya dari mana? Seperti nan saya sebutkan tadi, sebagai negara nan dilalui oleh Ring of Fire, wilayah Sumatera, Jawa, Sulawesi khususnya, ini kita punya potensial biotermal nan sangat luar biasa. Itu sekarang sudah ada install sekitar 672 MW pembangkit listrik daripada daya terbarukan. Dan ini sebenarnya angkanya tetap sangat kecil, lantaran potensinya tetap bisa sampai ribuan GW dari geothermal.
Geothermal ini sendiri bisa kita sebagai daya terbarukan, ada industri hilirisasi juga di situ. Kemarin saya sudah berbincang dengan teman-teman Pertamina Geothermal Energy. Ada konsep nan namanya develop of hydrogen di situ. Di mana kita memanfaatkan daripada pembangkit listrik nan berasal daripada sumber geothermal ini untuk kita mengembangkan industri hidrogen.
Industri hidrogen ini adalah sumber komoditi material nan hijau nan punya nilai nan sangat besar. Sehingga ini kita juga bisa meningkat daripada kekuatan potensi nan bisa kita hasilkan secara keekonomian. Kemudian berbincang di sektor nan lain, dengan negara nan memang dilewati oleh garis khatulistiwa, kita juga punya kekuatan untuk me-develop terhadap industri pembangkit listrik tenaga surya.
Tetapi ini memang juga kudu kita kelola secara komprehensif terhadap rumor ini, lantaran disini ada rumor strategik terhadap posisional nan daya serap dan lain-lain. Itu sih nan kira-kira gambaran nan dalam waktu dekat nan bisa kita lihat.
Ya, mengenai dengan bingkisan demografi, kemudian juga pada saat pembentukan Danantara, Presiden Prabowo Subianto juga salah satu nan diamanatkan untuk konsentrasi pada investasi nan bisa menyerap banyak tenaga kerja, investasi nan padat karya seperti itu. Kalau dari existing insentif nan sudah ada, apakah menurut Bapak perlu lagi insentif-insentif tambahan? Apa nan bakal dipersiapkan oleh pemerintah mengenai dengan investasi padat karya ini?
Oke, berbincang terhadap bingkisan demografi, berbincang terhadap penyerapan tenaga kerja, mungkin sebelum saya masuk saya mau memberikan info bahwa di tahun 2024, selain nomor realisasi investasi nan kita bisa achieve melampaui daripada sasaran Rp 1.650 triliun, itu ada sumbangsih juga nomor nan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja baru.
Ada nomor 3,5 juta nan terjadi di 2024. Di TW1 ini selain nomor Rp 465 triliun realisasi nan sudah ini sesuai dengan target, di situ juga ada nomor kurang lebih sekitar 500 ribuan apa namanya tenaga kerja ini. Kemudian berbincang terhadap sektor itu, insentif apa? Berbicara insentif, tentunya ada beberapa strategi insentif nan memang kementerian kami ini salah satu nan memberikan terhadap insentif.
Insentif itu diberikan sebenarnya untuk gimana kita bisa me-leverage kembali lagi dalam aspek kompetitif daripada investasi itu sendiri. Insentif tax allowance salah satunya nan biasa kita berikan, tax holiday, master list. Kemudian ada beberapa insentif terhadap adjustable fiskal dan lain-lain. Tetapi ini kita berikan ada kriterianya, kita bakal berikan terhadap investasi satu dalam sektor kita lihat value numbernya.
Kemudian kita juga memandang penyerapan tenaga kerjanya. Apabila ini penyerapan tenaga kerjanya cukup signifikan, maka itu menjadi salah satu aspek kita untuk memberikan insentif. Di samping itu pun, kickback baliknya daripada insentif itu sendiri, kita sekarang banyak mengelola di luar daripada CSR dan lain-lain, kita juga memberikan ini kepada program-program vokasi pengiriman anak-anak baksa kita untuk sekolah di luar negeri dan lain-lain.
Ini dalam rangka juga kita memperkuat tenaga kerja dari kita, gimana bisa kita mengharapkan andaikan investasi ini berkembang, mempunyai multiplier effect, ada direct-nya, ada indirect-nya. Direct-nya tentu mungkin di situ langsung ada penyerapan tergala. Tapi indirect-nya itu dengan adanya masuknya investasi, tentunya ini bakal terciptanya suatu ekosistem upaya nan baru. Ekosistem upaya nan baru ini pun memberikan kontribusi nan sangat signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Apa pesan Bapak di tengah ketidakpastian ini, dinamika, tantangan, pesan untuk penanammodal baik domestik maupun juga dunia mengenai dengan kesiapan dan komitmen Indonesia sebagai negara tujuan investasi?
Pesan kami adalah bahwa nan pertama kepada bumi investasi, baik nan berasal daripada luar negeri maupun dalam negeri, message nan pertama adalah tegas bahwa pemerintah saat ini betul-betul mengerti dan serius bahwa sektor investasi ini adalah sektor nan mempunyai kekuatan, memberikan pengaruh nan sangat signifikan terhadap sasaran pertumbuhan ekonomi. Itu satu.
Dalam pengelolaannya ini kita pun mempersiapkan beberapa langkah-langkah strategis. Satu, dalam tiga aspek itu, kemudahan perizinan, kemudahan berinvestasi, kemudian aspek competitiveness. Kita sebagai juga kementerian nan mengelola pelayanan perizinan, tentunya kita sekarang terus membenah-berbenah.
Kita tidak sebutkan juga apa namanya sistem platform nan kami kelola, ini memang tetap banyak catatannya. Tetapi ini nan terus kita benahin terhadap pelayanan platform online single submission. Kemudian dalam waktu dekat pun kita bakal menerapkan mengenai rumor mengenai fiktif positif, di mana kita mau memberikan pelayanan perizinan dan kepastian nan sigap kepada para pelaku investasi nan bakal masuk.
Kemudian kita juga lagi mengembangkan strategi pemberian diskresi izin terhadap perizinan, terhadap insentif di wilayah area-area kawasan, baik itu area industri, area ekonomi khusus, dan juga apa namanya free trade zone, di mana ini agar kita mengharapkan semua terjadi kemudahan, tetapi kemudahan tanpa menghilangkan esensi.
Kita juga tidak mau kita terlalu terbuka tanpa kita juga mempertimbangkan banyak aspek lainnya, aspek politik, aspek sosial, aspek ekonomi di internal negara kita sendiri. Artinya apa? Karena kan memang izin itu alias semacam kajian dan lain-lain itu pada intinya adalah juga kita kudu menjaga tatanan nan ada di negara kita sendiri.
Tetapi kita mencari titik tengah. Di wilayah dan strategik ini nan sudah kita pikirkan dan kita rencanakan, kita bakal melakukannya ini unik untuk di wilayah-wilayah kawasan. Karena memang kita strategik investasi nan bakal kita kembangkan ke depan ini adalah strategi investasi dalam wilayah kawasan.
Dalam wilayah area kelak kita bisa mengelola banyak hal, beragam kemudahan nan bakal kita berikan dan kita bakal terus melakukan monitoring, kita juga dari sisi perizinan, kapan dia siap masuk berinvestasi, izinnya kita keluar. Mungkin ada beberapa perihal nan kita bisa postpaid tetapi tetap kudu dijalankan dalam aspek persyaratan-persyaratannya.
Tetapi kita bakal memberikan kemudahan nan luar biasa untuk bisa memang serapan investasi ini bisa masuk dan terealisasi. Dan kemudian juga kita lihat ada beberapa aspek adjustable terhadap inisiatif. Kalau nan selama ini normalnya kita kasih tax holiday, tax allowance, kemudian master list, kita juga memandang beberapa insentif nan mengenai dengan fiskal dan lain-lain, nan untuk kita lihat bisa memberikan kontribusi terhadap competitive investment itu bisa terjadi di negara kita, kita bakal lakukan.
Ini memang nan terus kita godok, kita persiapkan secara internal. Kembali lagi, menyikapi strategi perang jual beli tarif, menyikapi strategi resiprokal tarif nan dilakukan oleh Amerika, tentunya ini selain negosiasi keluar, strategi kita berbincang ke Amerika, aliansi kita nan lain dengan Eropa, China, Jepang dan lain-lain, tentunya secara internal juga kita kudu melakukan reformasi nan struktural. Sehingga memang secara trade dan investment kita bisa segera achieve targetnya.