ARTICLE AD BOX
detikai.com, Jakarta Tumbuhnya upaya homestay di letak wisata favorit rupanya belum dibarengi dengan keahlian finansial maupun kualitas jasa bagi wisatawan. Temuan ini mendorong Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk memberikan training kepada pelaku desa wisata dan pengelola homestay agar usahanya terus berkembang dan dapat bersaing dengan hotel berbintang.
“Tahun ini melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat, ITB memberikan training kepada pelaku industri homestay di kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, dengan penekanan pada kesiapan akses permodalan dan penguatan kreasi interior rumah singgah,” kata Ketua Tim Pengabadian Masyarakat ITB, Isti Raafaldini Mirzanti dikutip Rabu (25/6/2025).
Tercatat 35 orang pelaku industri homestay di Desa Friwen, Waigo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, mengikuti training pengembangan kapabilitas destinasi wisata nan diselenggarakan pada Senin 23 Juni 2025.
Pelatihan langsung disampaikan dosen-dosen ITB nan berasal dari Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) dan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) dengan materi training meliputi Kokreasi Desain Interior nan berkarakter, Pembuatan Pitch Deck untuk Kesiapan Investasi, dan Penyusunan Laporan Keuangan Terstandar.
Penguatan Literasi Keuangan
“Kolaborasi antara universitas dan organisasi lokal menjadi fondasi krusial dalam menciptakan proses pembuatan nilai (value creation) nan relevan dan berkelanjutan. Kami percaya, ketika pengetahuan pengetahuan diterapkan langsung di lapangan, hasilnya tidak hanya berakibat akademis, tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat,” ungkap Isti.
Program ini juga mengedepankan penguatan kapabilitas upaya dan literasi finansial masyarakat sebagai komponen kunci pengembangan usaha. Sonny Rustiadi, master upaya dari ITB, menyatakan bahwa literasi finansial adalah prasyarat agar upaya masyarakat tidak hanya bertahan, tetapi juga layak untuk mendapatkan pendanaan dari investor. Dengan pendekatan ini, pelaku upaya dapat menyusun rencana upaya nan sehat dan visioner.
Dari sisi desain, Yuni Maharani, master kreasi interior dari ITB, menekankan pentingnya identitas nan kuat untuk membedakan homestay lokal di pasar wisata nan kompetitif.
“Homestay bukan sekadar tempat menginap. Ia membawa cerita, identitas, dan karakter lokal. Ketika elemen-elemen ini disusun dengan baik melalui desain, maka daya tarik homestay bakal meningkat drastis di mata wisatawan,” jelasnya.
Jadi Inisiatif Berkelanjutan
Zartikazahra Nurulfiqri, personil Tim Pengabdian Masyarakat ITB, menjelaskan bahwa konten training disusun berasas kurikulum nan dirancang oleh Yuni Maharani dengan metode partisipatif melalui media flash card dan canvas. Metode ini terbukti bisa membangun antusiasme serta keterlibatan masyarakat secara aktif.
“Kami berambisi program ini bisa menjadi inisiatif berkepanjangan bagi masyarakat Desa Friwen, dimulai dari sektor pariwisata, dan nantinya metode serupa bisa diterapkan di sektor-sektor pendukung lainnya dalam ekosistem ekonomi desa,” ujar Zulfikar Rifan, personil tim lainnya.
Salah satu peserta terbaik dalam program ini adalah Sherly, pemilik Friwen Star Homestay, nan dikenal aktif dan antusias sepanjang aktivitas berlangsung. Ia mengaku mendapatkan banyak wawasan baru mengenai pentingnya identitas homestay dan standar layanan. Materi training dari dosen-dosen ITB bakal segera diterapkan guna meningkatkan kualitas jasa dan tampilan penginapan miliknya agar lebih menarik bagi visitor nan datang.
Model Pengembangan Ekonomi Desa
Program ini juga mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat. Insemina Wawiyai, Kepala Kampung Friwen mengatakan program ini bukan hanya mendukung homestay nan sudah berjalan, tetapi juga menjadi pemicu bagi anak-anak muda kampung untuk berani berwirausaha.
“Kami bukan hanya diajarkan sebagai penyedia penginapan, tapi juga penyedia sayuran, pemandu wisata, dan pembuat aktivitas menarik nan bisa dijual kepada wisatawan,” ungkap Insemina.
Dengan kunjungan visitor di Raja Ampat nan meningkat pesat sejak 2022, ITB berambisi program ini dapat menjadi model pengembangan ekonomi desa berbasis potensi lokal nan dapat direplikasi di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) lainnya di Indonesia. Ke depan, program ini juga bakal mengangkat pendekatan matchmaking penanammodal seperti Bandung Pitching Day untuk mempertemukan pelaku upaya lokal dengan calon penanammodal potensial.