ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Akses internet nan sigap dan terjangkau bisa meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga mencapai 10 persen.
Utusan Khusus Presiden RI Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, menyatakan ekspansi akses internet untuk semua penduduk RI bisa mendongkrak pertumbuhan Indonesia dengan signifikan.
Ia mengutip riset McKinsey yang menyatakan kesiapan konektivitas internet dengan nilai nan terjangkau bisa mempercepat laju pertumbuhan ekonomi RI sekitar 0,7-1,3 persen untuk setiap 10 persen populasi Indonesia.
"Katakanlah 1 persen itu sudah 10-11 persen. Jadi ini adalah kesempatan bagi kita," kata Hashim dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2025, Rabu (26/2/2025).
Potensi ini, jelasnya, menunjukkan bahwa target pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen adalah ambisi nan realistis.
Dia menilai selama ini persoalan Indonesia adalah dalam perihal eksekusi beragam rencana pembangunan. Jika rencana-rencana tersebut bisa dieksekusi dengan baik, ekonomi RI bisa tumbuh jauh lebih cepat.
"The proof of the pudding is in the execution. Ini adalah kesempatan bagi kita. Saya makin optimistis, jika ada nan mau debat mengenai nomor ini, kita debat," kata Hashim.
Perbandingan nilai internet RI
Digital 2025 Global Overview Report melaporkan komparasi nilai internet di banyak negara dunia. Dalam laporannya, disebutkan nilai internet fixed broadband di Indonesia US$0,41 (Rp 6.707) per Mbps. Peringkatnya ke-12 tertinggi di dunia.
Beberapa negara lain di area Asia Tenggara mematok nilai lebih murah. Misalnya Fillipina dibanderol US$0,14 (Rp 2.290) per Mbps, Malaysia US$0,09 (Rp 1.472) Vietnam US$0,04 (Rp 654), Singapura US$0,03 (Rp 490), dan Thailand US$0,02 (Rp 327) per Mbps.
Sementara itu, Uni Emirat Arab jadi negara dengan nilai internet termahal mencapai US$4,31 (Rp 70.511) per Mbps. Harga terendah ada di Rumania senilai US$0,01 (Rp 163) per Mbps.
Untuk nilai paket fixed broadband, Indonesia tercatat US$12 (Rp 196.320). Beberapa negara tetangga mempunyai nilai nan lebih murah. Thailand tercatat senilai US$11,6 (Rp 189.776) dan Vietnam US$ 6,49 (Rp 106.176).
Namun, nilai di Indonesia tetap lebih murah dibandingkan Singapura senilai US$21,32 (Rp 348.795). Begitu juga Fillipina dan Malaysia masing-masing US$17,33 (Rp 283.518) dan US$14,51 (Rp 237.383).
UEA tetap menduduki ranking teratas mencapai US$85,48 (Rp 1,3 juta). Harganya jauh di atas ranking kedua dan ketiga dalam laporan ialah Norwegia (US$44,10 alias Rp 721.476) dan Arab Saudi (US$40,85 alias Rp 668.306).
Tiga negara dengan nilai paket terendah adalah Mesir senilai US$2,50 (Rp 40.900) Rumania US$1,40 (Rp 22.904). Sementara Bulgaria menjadi nan paling murah dalam daftar sebanyak US$1,37 (Rp 22.413).
(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Marak Pencurian Data, Begini Solusi Keamanan Super Canggih AMD
Next Article Cek 8 Perusahaan nan Dulu Pegang Izin BWA, Ada Bolt dan IM2