Ini Kunci Mengungkap Tabir Kasus Kematian Diplomat Muda Kemlu Terlilit Lakban

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jadi intinya...

  • Polisi paparkan perkembangan kasus Arya Daru, ponsel tetap misteri.
  • Psikolog: Bunuh diri tak spontan, perlu telusuri akar masalah.
  • Kriminolog: Bukti kuat bunuh diri, perlu penjelasan ilmiah.

detikai.com, Jakarta Hari ini, Selasa (29/7), Polisi bakal memaparkan perkembangan penyelidikan kasus kematian diplomat muda Kemlu Arya Daru. Satu per satu peralatan milik Arya Daru sudah ditemukan. Hanya menyisakan telepon genggam nan sampai saat ini keberadaannya tetap misteri.

 Polisi juga sudah memeriksa CCTV di letak kejadian. Sejumlah saksi pun telah dimintai keterangan. Termasuk family dan rekan kerja korban. Dari proses nan sudah berjalan, ada dua kemungkinan ialah bunuh diri dan dibunuh. Namun, kalangan akademisi menilai kencederungan paling kuat adalah bunuh diri.

Kompolnas pastikan ada kecocokan antara CCTV, keterangan penjaga indekost, dan istri Arya Daru Pangayunan—diplomat muda nan ditemukan tewas terlilit lakban. Tas kresek nan terekam CCTV juga sudah dianalisis, namun belum bisa dipublikasikan.

Bunuh Diri Bukan Hal Mudah

Psikolog Universitas Pancasila, Aully Grashinta menganalisis, jika penyebab kematiannya adalah bunuh diri, maka perihal itu tidak dilakukan secara spontan.

"Pada umumnya orang nan melakukan tindakan bunuh diri tidak spontan, lantaran tindakan bunuh diri adalah suatu tindakan akumulatif nan merupakan puncak dari kejadian sebelumnya," kata Aully melalui pesan bunyi diterima, Selasa (29/7/2025).

Perlu ditelusuri akar persoalan nan mendorong terjadinya peristiwa bunuh diri. Selalu ada aspek pemicu alias trigger nan mendorong tindakan tersebut dilakukan. Saat perihal itu terpantik, maka seorang nan mau melakukan tindakan bunuh diri langsung mencari caranya.

"Bunuh diri bukan perihal nan mudah! apakah itu dengan langkah menenggak racun obat serangga juga kudu tahu dosisnya sampai dengan tingkat nan mematikan," imbuhnya. 

Telusuri Penyebab Bunuh Diri

Menurutnya, Polisi semestinya tidak hanya berakhir pada konklusi kematian saja. Apakah bunuh diri alias dibunuh. Polisi perlu mengetahui peristiwa nan dilalui Arya sebelum ditemukan tewas. Tujuannya untuk membuka tabir penyebab kematian.

Dia menambahkan, bisa ditelusuri kondisi psikologis hingga aktivitas media sosial dan seluk beluk nan berpotensi memicu terjadinya tindakan bunuh diri.

“Juga dari cara-cara dia mempersiapkan tindakan bunuh diri tersebut jika memang semuanya sinkron, perihal itu bisa disebutkan itu bunuh diri. Tapi jika catatan tidak ada, tidak ada intensi dan tidak indikasi mengarah ke kejadian bunuh diri, kita kudu memandang perihal apa nan mungkin terjadi lainnya," tutupnya.

Kuat Dugaan Bunuh Diri Dibanding Dibunuh

Analisis dugaan bunuh diri juga disampaikan Kriminolog Universitas Indonesia Josias Simon. Menurut dia, dari sejumlah bukti nan diungkap ke publik, dugaan kuat mengarah ke tindakan bunuh diri.

“Kalau dari petunjuk bukti-bukti nan ada, sebenarnya sudah terlihat apa sebab-sebabnya. Dugaan bunuh diri itu lebih terlihat bukti-buktinya. Walau ada kemungkinan dibunuh nan dilakukan secara rapih dan terorganisir namun bukti nan yang ditunjukkan lemah,” kata Josias saat berbincang dengan detikai.com.

Josias meminta kepolisian dapat mengungkapnya dengan ilmiah melalui metode scientific  investigation crime (SCI). 

"Jadi jika memang ini bunuh diri, berfaedah dilakukan sendiri. Tapi gimana bisa melilit kepala sendiri dengan lakban? Itu nan kudu dijelaskan secara saintifik,” tegas Josias.

Josias berharap, kehadiran Kompolnas dalam mengawal jalannya investigasi ini bisa mengurangi keraguan publik dengan kerja-kerja nan sudah diakukan penyelidik. 

"Kompolnas terasa lebih terbuka dan jujur dibanding penyidik, nan ruang geraknya terbatas lantaran prosedur penyidikan. Kompolnas bisa menjelaskan dengan lebih apa adanya. Itu nan memperkuat gimana sebenarnya kejadian itu,” katanya.

Selengkapnya