Ini Kisah Mal Pertama Indonesia Yang Tak Boleh Jual Barang Mahal

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Pusat perbelanjaan alias mall menjadi tujuan sebagian masyarakat untuk rekreasi berbareng family alias kerabat. Di antara sejumlah mall di Jakarta, ada salah satu mall tertua dan pertama di Indonesia, ialah Sarinah.

Belum banyak orang tahu Sarinah menyimpan kisah menarik di baliknya, termasuk mengenai pelarangan menjual peralatan mahal, tak seperti mal-mal masa kini.

Sarinah & Ambisi Soekarno

Pendirian Sarinah tak terlepas dari ambisi Presiden Soekarno membangun proyek mercusuar.

Pada dasawarsa 1960-an, Soekarno memang berambisi memulai banyak proyek agar Indonesia terlihat "wah" di mata dunia. Apalagi kala itu Indonesia bakal menjadi tuan rumah Asian Games 1962. Padahal, dari segi ekonomi, inflasi sedang tinggi dan tak semestinya presiden memulai banyak proyek konsumtif.

Namun, Soekarno tetap menginisiasi proyek konstruksi, seperti Hotel Indonesia, Gelora Bung Karno, dan juga pusat perbelanjaan pertama alias mal di Indonesia. Jurnalis Rosihan Anwar dalam Sukarno, Tentara, PKI: Segitiga Kekuasaan Sebelum Prahara Politik (2006) menceritakan, dalih Soekarno membikin mall pertama adalah sebagai solusi mengatasi kesulitan rakyat di bagian sandang dan pangan.

Dia mau mal tak berkarakter kapitalis, tapi kudu berorientasi ekonomi sosialis. Mal tersebut bakal menjadi tempat promosi bagi peralatan produksi dalam negeri, khususnya hasil pertanian dan perindustrian. Seluruh peralatan pun kudu dijual murah alias tidak terlalu tinggi, sehingga mall pertama ini bisa menjadi stabilisator harga.

"Kalau di department store harganya hanya Rp50, di luar department store, orang tidak berani menjual Rp100," kata Soekarno memberikan contoh bahwa nilai murah di mall pasti bakal diikuti pasaran, dituliskan ulang oleh R. Soeharto dalam Saksi Sejarah (1984).

Pembangunan mal pertama ini baru terlaksana pada 17 Agustus 1962. Kala itu, Soekarno menamai mal tersebut sebagai Sarinah nan merupakan nama pengasuh Soekarno saat kecil. Dia berambisi tempat tersebut bisa menjadi tonggak sejarah perkembangan Indonesia, seperti Sarinah nan mengasuhnya dari mini hingga dewasa.

Sekalipun ekonomi carut-marut, pendanaan Sarinah berasal dari duit rampasan alias tukar rugi perang dari Jepang.

Kontraktornya berasal dari Jepang nan juga membangun Jembatan Musi di Palembang. Lalu, rancangan gedung dibantu oleh arsitek Denmark. Soekarno sendiri menjadi Presiden Direktur PT Sarinah. Dia memantau langsung setiap perkembangan pusat perbelanjaan pertama itu.

Singkat cerita, tepat empat tahun kemudian, pada 17 Agustus 1966, Sarinah resmi dibuka. Peresmian Sarinah mencatat rekor serbaneka pertama. Dia menjadi mall pertama di Asia Tenggara nan berisikan ruangan berpendingin udara pertama dan eskalator pertama.

Ketika awal beroperasi, Sarinah menjelma menjadi etalase produk buatan Indonesia. Tentu semuanya dijual murah. Sayang, Soekarno tak bisa lama memandang itu karena kudu lengser sebagai Presiden RI pada 1967. Begitu juga Sarinah nan tak lagi jual peralatan murah, karena orientasi ekonomi Indonesia turut mengalami perubahan di kekuasaan presiden baru.

Setelah Sarinah, kita tahu mal di Jakarta bermunculan satu per satu. Sampai sekarang, ada 96 mall di Jakarta. Tentu, sekarang cita-cita Soekarno nan mau menjadikan mall sebagai sentra peralatan murah makin susah terwujud.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Gak Cuma Soal Perang Dagang, Bos MI Ungkap Sebab Gejolak IHSG

Next Article Daftar Konglomerat Pemilik Mal Terbesar di Jakarta

Selengkapnya