Infrastruktur Energi Iran Hancur Diserang Israel, Stabilitas Dunia Terancam!

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Fasilitas minyak dan gas milik Iran dibombardir Israel. Serangan tersebut menimbulkan kekhawatiran bakal bentrok nan semakin meluas nan menakut-nakuti kestabilan pasar daya global.

Pada Sabtu malam, Kementerian Perminyakan Iran mengumumkan bahwa Israel menyerang salah satu depo bahan bakar utama, sementara sebuah kilang minyak lainnya di ibu kota Teheran juga terbakar. Tim pemadam kebakaran berjibaku memadamkan api di lokasi-lokasi terpisah tersebut.

Dilansir dari Al Jazeera, Senin (16/6/2025), Iran juga menghentikan sebagian produksi di ladang gas terbesar di dunia, South Pars nan berbatasan langsung dengan Qatar. Hal itu dilakukan setelah serangan Israel memicu kebakaran di letak tersebut pada hari Sabtu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saling serang kedua negara dimulai pada Jumat, ketika Israel melancarkan serangan terhadap situs militer dan nuklir Iran serta membunuh beberapa pejabat militer senior dan intelektual nuklir. Sebagai balasan, Teheran menembakkan rudal balistik dan drone ke beragam kota di Israel.

Serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 80 orang, termasuk 20 anak-anak, serta melukai 800 orang lainnya dalam dua hari terakhir. Otoritas Israel menyatakan bahwa 10 orang tewas akibat serangan jawaban Iran, dengan lebih dari 180 orang terluka.

Serangan mendadak belum pernah terjadi sebelumnya terhadap prasarana daya Iran oleh Israel. Hal itu diperkirakan bakal mengganggu pasokan minyak dari Timur Tengah dan bisa mengguncang nilai daya dunia.

Fasilitas Energi Mana Saja nan Diserang?

Iran mempunyai persediaan gas alam terbukti terbesar kedua di dunia, serta persediaan minyak mentah terbesar ketiga, menurut Badan Informasi Energi (EIA) pemerintah Amerika Serikat. Infrastruktur daya Iran telah lama menjadi sasaran potensial Israel.

Sebelum bentrok terbaru ini memanas, Israel sebagian besar menahan diri untuk tidak menyerang akomodasi daya Iran lantaran tekanan dari sekutu-sekutunya, termasuk AS, nan cemas dampaknya terhadap nilai daya global. Namun, situasi sekarang telah berubah.

Pada Jumat, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memperingatkan jika Iran membalas serangan maka Teheran bakal terbakar. Sabtu malam, kebakaran besar terjadi di dua letak berbeda di Teheran, ialah depot bahan bakar dan gas Shahran di barat laut kota, serta di kilang minyak besar Shahr Rey di selatan kota.

Serangan udara Israel juga menargetkan ladang gas South Pars di lepas pantai provinsi Bushehr, selatan Iran. Ladang ini menyumbang dua pertiga dari produksi gas Iran. Dalam serangan terpisah, kilang gas Fajr Jam, salah satu akomodasi pemrosesan gas terbesar di Iran nan juga mengolah gas dari South Pars turut terbakar.

Kenapa Lokasi-lokasi Ini Penting?

Depot Shahran merupakan pusat penyimpanan dan pengedaran bahan bakar terbesar di Teheran. Terdapat 11 tangki dengan kapabilitas total nyaris 260 juta liter, nan mendistribusikan bensin, solar, dan bahan bakar aviasi ke terminal-terminal di bagian utara ibu kota.

Kilang Minyak Teheran, nan terletak di distrik Shahr-e Rey di selatan kota, dioperasikan oleh perusahaan milik negara dan merupakan salah satu kilang tertua di Iran, dengan kapabilitas penyulingan nyaris 225.000 barel per hari. Gangguan di kilang ini mengacaukan pengedaran bahan bakar di area paling padat masyarakat dan paling krusial secara ekonomi di Iran.

Di selatan, ladang gas South Pars di Teluk mempunyai persediaan gas nan dapat diambil sebanyak 1.260 triliun kaki kubik alias nyaris 20% dari total persediaan global.

Sementara serangan terhadap Kilang Gas Fajr-e Jam di Bushehr menakut-nakuti pasokan listrik dan bahan bakar domestik, khususnya di provinsi-provinsi selatan dan tengah Iran nan sudah berada dalam tekanan tinggi. Menurut perkiraan pemerintah Iran, pemadaman listrik menyebabkan kerugian ekonomi sekitar US$ 250 juta dolar AS per hari.

Di sisi lain, Iran mempertimbangkan untuk menutup Selat Hormuz nan bisa membikin nilai minyak melonjak tajam. Selat Hormuz, nan memisahkan Iran dari Oman dan Uni Emirat Arab, adalah satu-satunya jalur laut menuju Teluk, dengan nyaris 20% konsumsi minyak dunia melewati wilayah ini.

EIA menyebutnya sebagai titik transit minyak paling vital di dunia. Serangan Israel pada hari Jumat telah mendorong nilai minyak naik hingga 9% sebelum perlahan mereda.

(ily/kil)

Selengkapnya