Ilmuwan Beberkan Fakta Hajar Aswad Berwarna Hitam

Sedang Trending 6 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com — Hajar Aswad, batu nan berada di salah satu dudut Kabah, awalnya disebut berwarna putih dan bisa memancarkan sinar. Namun seiring bertambahnya waktu, batu tersebut berangsur-angsur berubah menjadi warna hitam.

Dalam sumber tradisional Islam, diceritakan Hajar Aswad berubah menjadi warna hitam lantaran menyerap dosa-dosa umat manusia di bumi.

Namun para intelektual mempunyai teorinya tersendiri mengenai perubahan ini. Ada intelektual nan menyebut batu tersebut sekelas dengan batu akik, tetapi ada pula teori menyebut Hajar Aswad dikategorikan sebagai batu meteor.

Akan tetapi, para mahir beranggapan bahwa pengkategorian Hajar Aswad sebagai batu meteor alias metorit dianggap paling dekat jika merujuk pada kisah Hajar Aswad itu sendiri nan berasal dari surga. Apalagi, kebenaran sejarah mengungkap terdapat jejak-jejak meteorit di dekat Kabah, tempat Hajar Aswad berada.

E. Thomsen dalam studi "New Light on the Origin of the Holy Black Stone of the Ka'ba" (1980) menceritakan, pada 1932 seorang peneliti berjulukan Philby di Al-Hadidah menemukan kawah tumbukan meteor nan kelak disebut Wabar. Setelah diukur, kawah tersebut berukuran lebih dari 100 meter. Ditemukan pula beberapa pecahan meteor di sekitar kawah dan gurun.

Secara garis besar, pecahan meteor tersebut terbentuk dari leburan pasir dan silika nan bercampur dengan nikel. Seiring waktu, kata Thompson, campuran tersebut memunculkan lapisan warna putih dari dalam, tapi di bagian luar terbungkus cangkang hitam. Warna hitam ini dihasilkan dari nikel nan diperoleh dari ledakan Nikel dan Ferum (besir) di luar angkasa.

Beranjak dari pengamatan ini, Thomsen menyebut, ciri-ciri pecahan meteor sesuai dengan gambaran Hajar Aswad.

"Misalkan, warna putih (red, nan dipancarkan Hajar Aswad) mungkin berasal dari paparan bagian dalam inti hasil campuran unsur kimia itu," katanya, dikutip Minggu (16/3/2025).

Menurutnya, lapisan warna putih itu sangat rentan dan tidak tahan lama. Atas dasar ini, lapisan tersebut berada dalam lapisan batuan berwarna hitam nan menyelimutinya. Artinya, batuan berwarna putih itu tak kekal dan bisa menghilang seiring waktu, sehingga kelak hanya tersisa batuan berwarna hitam saja.

Oleh lantaran itu, dalam narasi Hajar Aswad mengenai perubahan warna memang betul bisa ada penjelasannya secara sains. Berarti, bukan disebabkan oleh penyerapan dosa-dosa manusia. Sementara, bintik-bintik putih nan berada dalam Hajar Aswad kiwari merupakan sisa-sisa kaca dan batu pasir.

"Batu meteor itu kemungkinan batu nan sama dengan Hajar Aswad," tulis Thomsen.

Pembuktian empirik lain juga menyangkut usia batu. Penelitian lain menjelaskan usia batu tersebut sesuai dengan jangkauan pengamatan orang Arab kuno. Kemungkinan besar, batuan tersebut dibawa ke Makkah melalui jalur dari Oman.

Namun, teori Hajar Aswad berasal dari batu meteor juga punya kelemahan. Peneliti itu menyebut batu meteor tak bisa mengapung, tak bisa pecah menjadi pecahan kecil, hingga susah menahan erosi.

Akan tetapi, sejauh ini teori paling dekat mengenai Hajar Aswad adalah teori meteorit, sehingga kata Thomsen "akan lebih tepat untuk meneliti material nan berasal dari meteor."


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video:Jurus Amankan Rekening Agar Tak Kena Penipuan SMS Dari BTS Palsu

Selengkapnya