ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Bank Indonesia (BI) menilai ekonomi Indonesia tetap jauh dari krisis. Kondisi nan terjadi belakangan ini, seperti anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pelemahan nilai tukar rupiah dinilai hanya sementara
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP) BI Solikin M Juhro mengatakan esensial ekonomi tetap terjaga baik. Ini terlihat dari info inflasi dan pertumbuhan ekonomi nan dinilai tetap terjaga di tahun ini.
"IHSG nan turun drastis, ketahanan nilai tukar seakan-akan ekonomi kita jelek, padahal enggak, esensial kita tetap bagus. Saya berani percaya ini tetap jauh (dari kondisi krisis)," kata Solikin dalam Taklimat Media di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (26/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait pelemahan nilai tukar rupiah, Solikin menilai tetap dalam pemisah esensial meskipun posisi itu merupakan nan terendah sejak 1998.
Pelemahan rupiah saat ini disebut berbeda dengan kondisi krisis saat itu, di mana terjadi lonjakan signifikan atas nilai tukar rupiah dari level Rp 2.500-an/US$ ke Rp 16.000-an/US$. Saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyentuh level Rp 16.566.
"Bank sentral menjaga nilai tukar sesuai sistem pasar dan fundamentalnya. Kalau ekonomi kita bagus, maka nilai tukar nggak bakal gonjang-ganjing," terang Solikin.
IHSG juga terlihat mulai rebound. Sempat ambruk ke level 5.967 pada Senin (24/3), sekarang IHSG sudah kembali ke level 6.472 per pukul 16.25 WIB.
"Saham kita lihat rebound lagi, nan jelas BI bakal terus mengawal, menjaga dan kemudian kebijakan itu dilihat dari pasar dan mengawal dengan beragam sistem kebijakan pemerintah," ucapnya.
Solikin menekankan pihaknya terus menjaga dan memonitor kebijakan dari pasar dan mengawal sistem koordinasi kebijakan dengan pemerintah.
"Kita kuatkan kreasi kebijakan lebih prudent, semua kita kawal sehingga kita menunjukkan resiliensi pada saat terjadi krisis global," imbuhnya.
(aid/hns)