ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, buka-bukaan soal sentimen nan memengaruhi melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 4,67% dalam sepekan terakhir.
Iman mengatakan, terdapat beragam aspek dunia dan domestik nan berkontribusi terhadap tekanan pasar. Iman menyoroti kebijakan tarif perdagangan dan suku kembang Amerika Serikat (AS) nan memengaruhi keluarnya aliran biaya asing dari pasar saham Indonesia.
"Trump 2.0 tidak mudah. Saat ini, sekitar 70% biaya dunia tetap mengalir ke aset berbobot tinggi di AS. Selain itu, ancaman tarif jual beli terus muncul, seperti nan sebelumnya terjadi pada Meksiko dan Kanada, serta Uni Emirat Arab," jelas Iman kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta. Jumat (28/2/25).
Selain aspek tarif, kebijakan pajak pertambahan nilai (VAT) di AS nan diharapkan menurun rupanya tidak sesuai ekspektasi. Meski ada angan penurunan VAT, tetapi realitasnya justru menunjukkan tren berbeda.
"Sementara itu, suku kembang AS nan tetap tinggi membikin penanammodal lebih memilih aset dengan akibat rendah dibandingkan saham di emerging markets," tambah Iman.
Iman juga menyoroti tren hengkangnya penanammodal asing di pasar saham Indonesia. Tercatat, hingga 27 Februari 2025, penanammodal asing mencatatkan net sell nyaris Rp 19 triliun secara year to date (YtD) alias sejak awal 2025. Kondisi ini berbanding terbalik dengan tahun lampau nan tetap mencatatkan net buy Rp 17 triliun.
"Kita lihat, dari kuartal IV-2024 hingga awal 2025 asing terus melakukan tindakan jual. Meskipun transaksi di pasar meningkat, tekanan jual dari penanammodal asing tetap tinggi," kata Iman.
Dari sisi domestik, perubahan komposisi penanammodal juga menjadi tantangan bagi pergerakan IHSG. Sebelumnya 70% pasar dikuasai penanammodal domestik dan ritel, sehingga ketika nilai turun, mereka bisa menyerapnya.
"Sekarang, dengan 40% kepemilikan asing, ketika mereka keluar, pasar jadi lebih rentan," jelasnya.
Selain itu, para penanammodal pun diketahui tengah mencermati laporan finansial emiten nan telah dirilis. Pasalnya, Beberapa emiten mencatat pertumbuhan, tetapi tetap di bawah konsensus analis, sehingga tetap memicu tindakan jual.
(wed/wed)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rupiah Semringah Saat IHSG Terperosok ke Level 6.500-an
Next Article IHSG Dibuka Melesat, Selangkah Lagi Balik ke Level 7.600