Hasan Nasbi Ingatkan Perang India-pakistan Kian Dekat, Indonesia Harus Waspada

Sedang Trending 6 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com, Jakarta - Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Hasan Nasbi, mengingatkan bahwa ancaman bentrok dunia semakin mendekati Indonesia. Terbaru, memanasnya ketegangan antara India-Pakistan disebut menjadi sinyal bahwa perang besar tak lagi jauh dari area Asia Tenggara.

Pernyataan itu disampaikan Hasan saat menjadi pembicara dalam obrolan publik berjudul "Ada Apa dengan Prabowo?" nan digelar Gerakan Milenial Pencinta Tanah Air (GEMPITA) di Jakarta, Sabtu (10/5/2025).

"Perang makin dekat ke negara kita," kata Hasan memperingatkan.

Hasan menjelaskan, situasi di area Asia Selatan sekarang mengarah pada perang terbuka. Ia menyebut adanya laporan bahwa pesawat tempur telah mengebom sejumlah titik strategis di Pakistan.

"Sudah terjadi serangan terbuka. Ketika pesawat mengebom sembilan titik di Pakistan, itu artinya perang terbuka sudah dimulai," tegas Hasan.

Menurut Hasan, bentrok bersenjata antarnegara besar seperti India dan Pakistan, nan keduanya mempunyai senjata nuklir, tidak bisa dipandang sebelah mata oleh Indonesia.

Jarak geografis nan relatif dekat dan akibat ekonomi dunia nan bisa ditimbulkan, menuntut kewaspadaan tinggi dari pemerintah dan masyarakat.

"Perang di mana pun bakal mengganggu stabilitas dunia. Dan minggu ini, perang itu makin dekat ke Indonesia. Hanya butuh beberapa jam penerbangan dari letak konflik," ujarnya.

Hasan menambahkan, belum dapat dipastikan gimana kelanjutan eskalasi antara India dan Pakistan. Namun dia menegaskan bahwa potensi gangguan terhadap kawasan, termasuk Indonesia, perlu diantisipasi.

Perang India - Pakistan, Munculkan Ancaman Nyata bagi Ekonomi Indonesia?

Perang antara India dan Pakistan, nan meletus baru-baru ini, menimbulkan kekhawatiran global, termasuk Indonesia. Meskipun secara geografis jauh, bentrok berskala besar ini berpotensi memberikan akibat signifikan terhadap perekonomian Indonesia, terutama pada sektor ekspor komoditas utama. Pertanyaan utamanya adalah: Apa dampaknya, siapa nan terdampak, di mana dampaknya terasa, kapan dampaknya muncul, kenapa terjadi akibat ini, dan gimana Indonesia dapat mengatasinya?

Anggota Komisi I DPR, Dave Laksono, menekankan akibat perang ini terhadap Indonesia. "Konflik apapun itu pasti bakal berakibat jelek pada regional dan juga Indonesia, mengingat India dan Pakistan merupakan salah satu trading partners kita nan cukup signifikan di beragam macam sektor," ujarnya. Ia menambahkan bahwa ketegangan di wilayah tersebut bakal berakibat signifikan pada perdagangan Indonesia dan pertumbuhan ekonomi. Oleh lantaran itu, Indonesia perlu mendorong perdamaian dan diplomasi untuk menyelesaikan bentrok ini.

 Dampak langsung mungkin tidak sebesar negara-negara tetangga, tetapi akibat tidak langsungnya patut diwaspadai. Penurunan ekspor komoditas utama seperti batu bara dan minyak kelapa sawit menjadi ancaman nyata bagi perekonomian Indonesia. Gangguan rantai pasokan dunia juga berpotensi meningkatkan biaya logistik dan memicu inflasi. Situasi ini memaksa Indonesia untuk mempertimbangkan kembali strategi ekonomi dan politik luar negerinya.

Ancaman terhadap Ekspor Komoditas Utama

India merupakan pasar ekspor batu bara terbesar kedua bagi Indonesia. Konflik ini menyebabkan pengalihan anggaran pemerintah India ke sektor pertahanan, sehingga mengurangi permintaan batu bara impor, termasuk dari Indonesia. Data menunjukkan penurunan ekspor batu bara ke India nan signifikan, mencapai 31,42% pada Maret 2025 dibandingkan periode nan sama tahun sebelumnya. Penurunan ini juga terjadi pada ekspor minyak kelapa sawit (CPO) ke India dan Pakistan, nan merupakan pasar ekspor krusial bagi Indonesia.

Penurunan permintaan akibat bentrok bakal berakibat negatif pada keahlian ekspor sektor ini. Indonesia perlu mencari pasar pengganti untuk mengurangi ketergantungan pada India dan Pakistan. Diversifikasi pasar ekspor menjadi strategi krusial untuk menghadapi situasi ini.

Selain itu, Pakistan juga mengalami penurunan impor batu bara dari Indonesia, meskipun bukan lantaran perang, melainkan lantaran kebijakan pemerintah Pakistan nan mendorong pemanfaatan batu bara lokal. Hal ini menunjukkan pentingnya Indonesia untuk terus meningkatkan daya saing produknya di pasar global.

Reporter: Muhammad Genantan Saputra/Merdeka

Selengkapnya