ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Gerakan boikot Tesla makin parah dan kian meluas. Showroom Tesla di beragam negara bagian Amerika Serikat (AS) digeruduk ratusan demonstran.
Aksi boikot Tesla ini ditengarai beberapa faktor. Salah satunya, banyak nan mengkritik tindakan pemangkasan besar-besaran di pemerintahan federal nan dilakukan Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE) di bawah kepemimpinan Musk.
Penyerangan showroom Tesla tadinya hanya segelintir. Namun, tindakan ini meluas pasca Jaksa Agung Pam Bondi berjanji untuk menindak vandalisme terhadap Tesla. Presiden AS Donald Trump juga mengatakan tindakan tersebut sebagai terorisme domestik. Bahkan, Trump mengatakan tindakan boikot Tesla ilegal.
Selain kritik soal pemangkasan anggaran pemerintah, Musk juga dihujat pasca pose kontroversial pada pelantikan Trump nan disebut-sebut mirip 'salute' ala Nazi. Sikap politik Musk nan mendukung partai sayap kanan Jerman dan tuduhan tak berdasar terhadap politisi Inggris juga menambah kebencian masyarakat terhadap orang terkaya di bumi tersebut.
Demonstrasi ini merupakan bagian dari aktivitas "Tesla Takedown" nan dimulai pada 15 Februari terhadap perusahaan kendaraan listrik milik Musk.
Gerakan protes ini dimulai oleh tokoh dan kreator movie Hollywood, Alex Winter, dan Joan Donovan, seorang asisten guru besar Jurnalisme dan Studi Media Baru di Universitas Boston.
DOGE telah memangkas ribuan PNS pemerintah AS, dan mengusulkan perampingan nan bakal menghasilkan pengurangan nyaris 20% dari tenaga kerjanya pada 15 Mei mendatang.
Lebih dari 80 demonstrasi dijadwalkan datang pada akhir pekan lalu, dan lebih dari 70 demonstrasi direncanakan hingga akhir April, menurut situs web Tesla Takedown.
Tesla Takedown merupakan aktivitas nan menyerukan orang-orang agar menjual mobil Tesla, membuang saham dan berasosiasi dengan aktivitas tersebut.
Di pinggiran kota Boston, Dedham, sekitar 100 demonstran berkumpul di showroom Tesla. Begitu juga di wilayah pinggiran Philadelphia, West Chester, nan mempunyai jumlah demonstran nan sama.
Wilayah Baltimore menjadi salah satu jumlah peserta demo terbesar hingga 300 demonstran. Sementara di Washington, DC, lebih dari 50 demonstran berkumpul pada siang hari di luar showroom, mereka memegang spanduk dan menari diiringi lagu-lagu dari Beyonce dan Daft Punk ketika para pengemudi nan lewat membunyikan klakson mereka sebagai corak dukungan.
Sara Steffens, seorang mantan wartawan dan advokat kebijakan, mengatakan bahwa dia dan Melissa Knutson, seorang wiraswasta, untuk mengubah demonstrasi menjadi sebuah pesta dansa.
Knutson mengatakan bahwa dia mau meniru suasana musik nan dia lihat di sebuah demonstrasi di Maryland.
"Kita kudu berbahagia lantaran ini adalah perjalanan panjang, dan kita kudu mengembangkan aktivitas kita untuk melawan otoritarianisme ini," kata Knutson dikutip dari CNN, Selasa (18/3/2025).
Keterlibatan Musk di Pemerintah AS Rusak Reputasi Tesla
Opini negatif tentang Musk pelan-pelan bakal merusak reputasi Tesla. Kepala situs otomotif Edmunds Jessica Caldwell mengatakan, perhatian negatif juga dapat membikin konsumen lebih banyak berpikir dan mempertimbangkan opsi EV dari merek lain selain Tesla.
Caldwell mengatakan bahwa pangsa pasar Tesla telah melemah sebelum adanya protes ini, lantaran banyak produsen mobil nan telah memperkenalkan mobil listrik baru ke pasar.
"Saya membayangkan beberapa (investor Tesla) berambisi bahwa ini adalah gejolak jangka pendek dan bakal lancar kembali ke depannya," katanya. "Sulit untuk mengatakannya pada saat ini," imbuhnya.
Ia menilai, tetap terlalu awal untuk mengatakan apakah para pemilik Tesla bersedia menjual kendaraan mereka lantaran kritik terhadap Musk.
"Tidak semua orang bisa membikin keputusan itu," katanya.
Boikot Starlink Dimulai
Terbaru, Starlink ikut kena getahnya. Internet berbasis satelit tersebut bermaksud menghubungkan masyarakat di area terpencil nan tak terjangkau jaringan seluler dan broadband. Saat ini, Starlink tetap mendominasi industri jasa internet satelit, tetapi perlahan-lahan mulai ditinggalkan.
Dikutip dari The Guardian, banyak pengguna nan berlangganan Starlink menunjukkan rasa kekecewaan terhadap sikap politik Musk. Bahkan, tak sedikit nan berkomitmen untuk berakhir menggunakan Starlink sepenuhnya.
Barry Nisbet, seorang pemain biola Skotlandia nan bisnisnya di Shetland menggabungkan musik dengan pelayaran, menyebut penghormatan kontroversial Musk di aktivitas pelantikan Trump sebagai salah satu argumen dia meninggalkan Starlink, meskipun perihal itu merugikannya.
"Saya sudah lama merasa tidak nyaman dengan Musk dan perannya dalam pemilu AS. Monopoli [bisnis Musk] juga sangat membikin saya terganggu," kata Nisbet, dikutip dari The Guardian.
Maraknya pengguna nan meninggalkan Starlink di Eropa menjadi momentup tepat bagi jasa internet satelit buatan Eropa nan bisa dijadikan alternatif. Eutelsat asal Prancis mendadak mengalami lonjakan nilai saham hingga 500% sejak perselisihan antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
CEO Eutelsat mengatakan kepada Bloomberg bahwa layanannya bakal menggantikan Starlink di Ukraina dalam beberapa bulan ke depan.
Viasat dari Inggris juga dilaporkan sudah berbincang dengan pemerintah Eropa untuk menggantikan Starlink milik Musk.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Gagal Uji Coba Ketujuh, Roket SpaceX Starship Elon Musk Meledak
Next Article Iran Bantah Bertemu dengan Elon Musk: Cerita nan Dibuat-buat