Gelar Zikir Sambut Hut Ri Ke-80, Menag Ingatkan Arti Merdeka Dalam Perspektif Spiritual

Sedang Trending 10 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com, Jakarta - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengingatkan bahwa kemerdekaan bukan sekadar lepas dari kolonialisme fisik, tetapi juga pelepasan dari segala corak penindasan dan ketertindasan jiwa. 

Hal itu disampaikan Menag saat memberi sambutan dalam aktivitas Zikir dan Doa Kebangsaan nan digelar Kementerian Agama di area Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat malam (1/8/2025).

Acara nan menjadi pembuka rangkaian Bulan Kemerdekaan tersebut digelar Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag dan dihadiri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Arifatul Choiri Fauzi, Wakil Menteri Sekretaris Negara Juri Ardiantoro, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Miftachul Akhyar, dan tokoh kepercayaan dari sejumlah daerah. 

Hadir pula enam tokoh lintas agama, Majelis Dzikir Hubbul Wathon, ketua ormas Islam, majelis taklim, serta para santri dari sejumlah pondok pesantren.

Dalam sambutannya, Menag menyampaikan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 bukan hanya momen politik, tetapi juga peristiwa spiritual. Proklamasi nan dibacakan pada hari Jumat, 9 Ramadan 1364 Hijriah, mencerminkan keberkahan dan keterhubungan antara perjuangan kemerdekaan dengan nilai-nilai keimanan.

“Ini bukan kebetulan. Para proklamator menyadari betul bahwa hari itu bukan sekadar tanggal, tapi juga momentum ilahiah. Zikir dan angan menjadi bagian dari kekuatan bangsa ini sejak awal berdiri,” ujar Menag.

Menurutnya, dalam tradisi Islam, terdapat empat istilah utama nan menggambarkan makna kemerdekaan: istiqlal, tahrir, hurriyah, dan in‘itaq. Namun, kata kunci dari semuanya adalah istiqlal, ialah kemerdekaan dari kolonialisme dan kekuasaan nan zalim.

“Tanpa istiqlal, tidak mungkin ada hurriyah, tidak mungkin ada tahrir, dan tidak mungkin ada In'itaq. Karena itu, Masjid Istiqlal bukan sekadar bangunan, tetapi nazar bangsa atas nikmat kemerdekaan,” paparnya.

Dia juga mengingatkan bahwa kemerdekaan sejati kudu diisi dengan perjuangan untuk menghadirkan keadilan sosial. Salah satu indikatornya adalah terpenuhinya gizi anak bangsa dan akses pendidikan nan merata.

"Presiden kita selalu menekankan bahwa kemerdekaan tidak sempurna jika tetap ada anak-anak kelaparan. Bagaimana masa depan bangsa ini jika generasi mudanya kekurangan gizi? Maka pemberian gizi sehat dan pendidikan adalah corak konkret pengisian kemerdekaan,” tegasnya.

Pada hari Rabu, Presiden Prabowo Subianto menghadiri konvensi ke-19 Uni Parlemen Negara-Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam OKI alias Parliamentary Union of The OIC Member States, di Senayan. Presiden kembali menegaskan sikap Indonesia terhad...

Selengkapnya