ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Lembaga pemeringkat Fitch kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB (satu tingkat di atas level terendah investment grade) dengan outlook stabil pada 11 Maret 2025.
Keputusan ini mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia jangka menengah nan baik serta rasio utang Pemerintah terhadap PDB nan rendah. Fitch juga memandang adanya sejumlah tantangan khususnya mengenai pendapatan pemerintah nan tetap rendah, beberapa parameter struktural termasuk PDB per kapita serta parameter tata kelola nan relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara lain pada ranking BBB (peers).
Ke depan, Fitch menilai Sovereign Credit Rating (SCR) Indonesia berpotensi meningkat andaikan terdapat perbaikan signifikan pada aspek struktural, peningkatan pendapatan pemerintah, dan peningkatan ketahanan eksternal nan ditandai antara lain dengan peningkatan persediaan devisa secara berkepanjangan alias penurunan kerentanan ekonomi Indonesia terhadap gejolak nilai komoditas.
Menanggapi keputusan Fitch tersebut, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan afirmasi rating Indonesia pada ranking BBB dengan outlook stabil menunjukkan kepercayaan bumi internasional terhadap stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia nan tetap terjaga, didukung oleh permintaan domestik nan kuat, support shopping publik, investasi swasta nan solid dan program hilirisasi.
Hal ini didukung oleh kredibilitas kebijakan dan sinergi bauran kebijakan nan kuat antara Pemerintah dan Bank Indonesia di tengah ketidakpastian dunia nan tetap tinggi.
"Ke depan, Bank Indonesia bakal terus mencermati perkembangan ekonomi dan finansial dunia dan domestik, merumuskan dan melaksanakan langkah-langkah nan diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan keuangan, termasuk mempererat sinergi kebijakan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, serta terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sejalan dengan program Asta Cita," ungkap Perry, dalam rilis, Selasa (11/3/2025).
Pada laporannya, Fitch memperkirakan ekonomi Indonesia bakal tumbuh 5,0% pada 2025 terutama didukung oleh permintaan domestik nan kuat, serta support shopping publik untuk support sosial dan proyek infrastruktur. Investasi swasta juga bakal tetap kuat didorong oleh pelonggaran kebijakan moneter nan moderat, serta berkurangnya ketidakpastian kebijakan pasca pemilu tahun 2024, dan aktivitas hilirisasi nan berlanjut.
Pada sisi eksternal, Fitch memproyeksikan bahwa defisit transaksi melangkah bakal melebar sebesar 1,3% pada 2025 seiring dengan pelemahan permintaan global, meningkatnya proteksionisme perdagangan, dan penurunan nilai komoditas, nan berakibat pada penurunan surplus perdagangan. Sementara itu pada sisi inflasi, Fitch memperkirakan bahwa inflasi tahun 2025 bakal tetap terjaga pada kisaran 2,5±1% dan mendukung stabilitas makroekonomi.
Ke depan, Perry mengatakan Bank Indonesia terus berkomitmen memperkuat efektivitas kebijakan moneter guna menjaga inflasi tahun 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%, dengan tetap mendukung upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk meningkatkan sinergi dengan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk menjaga stabilitas inflasi volatile food.
Fitch memproyeksikan bahwa kehati-hatian fiskal tetap bakal terus bersambung dengan defisit fiskal sebesar 2,5% pada tahun 2025. Di sisi lain, Fitch juga menilai bahwa akibat dari efisiensi anggaran dan realokasi kepada program antara lain untuk makan bergizi cuma-cuma tetap perlu ditinjau lebih lanjut.
Pada sisi utang pemerintah, Fitch memperkirakan bahwa utang pemerintah tetap bakal mengalami tren nan menurun pada kisaran 39,1% PDB pada tahun 2028 dari sebesar 40,4% pada tahun 2025. Fitch sebelumnya mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada BBB dengan outlook stabil pada 15 Maret 2024.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: BI Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan 5,75% di RDG Februari
Next Article Banyak Kemudahan Investasi untuk Gen Z: Bisa Mulai Rp50.000