ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com --
The Voice of Hind Rajab, movie tentang anak wanita Palestina nan tewas dibunuh militer Israel, bakal debut dalam Venice Film Festival 2025. Film itu hasil karya sineas Tunisia Kaouther Ben Hania.
Selain tayang perdana, movie berasas kisah nyata itu juga masuk nominasi memperebutkan Golden Lion nan merupakan bingkisan tertinggi bagi movie nan berkompetisi di Venice Film Festival.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Film tersebut, seperti diberitakan Deadline pada Selasa (22/7), mengisahkan seorang gadis muda Palestina, Hind Rajab, nan dibunuh pasukan Israel di Gaza tahun lampau berbareng enam personil keluarganya.
Rajab dan keluarganya sedang melarikan diri dari Kota Gaza ketika kendaraan mereka dibombardir, menewaskan paman, bibi, dan tiga sepupunya.
Rajab dan sepupu lainnya selamat dan menghubungi Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) untuk meminta bantuan. Mobil itu belakangan ditemukan, baik Rajab dan paramedis, dalam kondisi meninggal dunia.
Kematian Rajab memicu protes global, terutama di Universitas Columbia. Para mahasiswa mengganti nama Hamilton Hall menjadi Hind's Hall. Rapper Amerika Macklemore juga merilis lagu protes berjudul Hind's Hall.
[Gambas:Video CNN]
"Pada 29 Januari 2024, relawan Bulan Sabit Merah menerima panggilan darurat. Seorang gadis berumur lima tahun terjebak di dalam mobil nan sedang ditembaki di Gaza, memohon pertolongan," bunyi sinopsis resmi movie itu.
"Sambil berupaya agar gadis itu tetap terhubung, mereka melakukan segala nan mereka bisa untuk memanggil ambulans. Namanya Hind Rajab."
Ben Hania selaku sutradara, dalam sebuah pernyataan, mengatakan pertama kali mengetahui kisah Rajab saat berkampanye untuk filmnya nan bakal dirilis pada 2024, Four Daughters.
Film tersebut memulai debutnya di Festival Film Cannes pada tahun 2023 dan memenangkan penghargaan dokumenter serta mendapatkan nominasi Academy Awards 2024.
"Saya sedang berada di tengah-tengah kampanye Oscar untuk Four Daughters, dan secara mental bersiap untuk akhirnya memasuki tahap praproduksi untuk movie nan telah saya tulis selama sepuluh tahun," tulisnya.
Saat transit di LAX, kata Ben Hania, segalanya berubah. Ia mendengar rekaman audio Hind Rajab memohon bantuan. Ia mengaku merasakan ketidakberdayaan dan kesedihan nan luar biasa.
"Reaksi fisik, seperti tanah bergeser di bawah saya. Saya tidak bisa melanjutkan hidup seperti nan direncanakan," tuturnya.
"Inti dari movie ini adalah sesuatu nan sangat sederhana, dan sangat susah untuk dijalani. Saya tidak bisa menerima bumi di mana seorang anak meminta support dan tidak ada nan datang."
"Rasa sakit itu, kegagalan itu, milik kita semua. Kisah ini bukan hanya tentang Gaza. Kisah ini berbincang tentang duka nan universal. Kisah ini berbincang tentang duka nan universal," tulisnya.
"Dan saya percaya bahwa fiksi (terutama ketika diangkat dari peristiwa nyata nan terverifikasi dan menyakitkan) adalah perangkat sinema nan paling ampuh. Lebih efektif daripada kebisingan buletin terkini alias kelupaan saat menggulir layar. Sinema dapat melestarikan kenangan. Sinema dapat melawan amnesia."
The Voice of Hind Rajab berdurasi 89 menit dan dibintangi Amir Hlehel, Clara Khoury, Motaz Malhees, dan Saja Kilani.
Belum ada info penayangan The Voice of Hind Rajab di Indonesia.
(chri)