Fenomena Manusia Silver, Realitas Pahit Di Tengah Megahnya Kota Jakarta

1/10

Foto nan diambil pada 7 April 2025 ini menunjukkan manusia silver Keris Munandar (kanan), saudaranya Ari Munandar (kiri), dan tetangganya Riyan Ahmad Fazriyansah menumpang di bagian belakang truk kontainer untuk mencapai persimpangan di Jakarta. (Yasuyoshi CHIBA/AFP)

1/10

Keberadaan manusia silver merupakan kejadian sosial nan terjadi di sejumlah kota besar di Indonesia, salah satunya Jakarta. (Yasuyoshi CHIBA/AFP)

1/10

Untuk mendapat penghasilan, mereka rela mengecat tubuh dengan cairan berwarna perak. (Yasuyoshi CHIBA/AFP)

1/10

Manusia silver sering terlihat di perempatan jalan raya alias sekitar rambu lampau lintas. (Yasuyoshi CHIBA/AFP)

1/10

Mereka berambisi bisa mendapatkan duit dari para pengguna kendaraan bermotor. (Yasuyoshi CHIBA/AFP)

1/10

Berbagai argumen melatarbelakangi orang sampai memilih menjadi manusia silver, salah satunya persoalan ekonomi di tengah sulitnya lapangan kerja dan minimnya akses pendidikan serta keahlian. (Yasuyoshi CHIBA/AFP)

1/10

Menjadi manusia silver merupakan pengganti alias jalan lain bagi sebagian kalangan untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup. (Yasuyoshi CHIBA/AFP)

1/10

Keberadaan manusia silver menjadi simbol gimana sebagian masyarakat merespons krisis ekonomi dengan langkah nan paling dasar—dengan berjuang untuk memperkuat hidup. (Yasuyoshi CHIBA/AFP)

1/10

Eksistensi manusia silver mencerminkan kegagalan pemerintah dalam menyediakan jaring pengaman sosial serta akses lapangan kerja nan memadai. (Yasuyoshi CHIBA/AFP)

1/10

Di Jakarta, kejadian manusia silver merupakan sebuah realitas pahit nan mempertontonkan kesenjangan sosial hidup di antara megahnya kota metropolitan. (Yasuyoshi CHIBA/AFP)