ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Peran Google dalam memfasilitasi teknologi untuk Israel rupanya lebih besar dari nan pernah diungkap sebelumnya.
Sebuah laporan baru dari The Washington Post, Google berulang kali bekerja sama dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Kementerian Pertahanan Israel (IDM) untuk memperluas akses pemerintah ke perangkat AI.
Pada 2021, Google menandatangani perjanjian komputasi awan alias cloud senilai US$1,2 miliar dengan pemerintah Israel, nan dinamai project Nimbus, berbareng dengan Amazon.
Dokumen internal menunjukkan bahwa tenaga kerja Google berulang kali meminta akses nan lebih besar ke teknologi AI perusahaan atas nama Israel. Tindakan ini dimulai tak lama setelah serangan nan terjadi di Gaza Palestina, Oktober 2023 lalu.
Seorang tenaga kerja di bagian cloud Google dilaporkan meningkatkan permintaan dari IDM untuk akses nan lebih besar ke Vertex, demikian dikutip dari Engadget, Kamis (23/1/2025)
Dalam sebuah dokumen, seorang tenaga kerja diduga memperingatkan IDM jika beranjak ke Amazon, nan bakal membikin Google kehilangan bisnisnya.
Dokumen lain nan ditemukan pada November diduga menunjukkan tenaga kerja tersebut berterima kasih kepada rekan kerjanya lantaran telah membantu permintaan dari Israel.
Dokumen tambahan dari 2024 menunjukkan permintaan nan bersambung hingga November 2024, dengan seorang tenaga kerja meminta IDF menerima akses ke teknologi Gemini AI untuk mengembangkan asisten AI-nya sendiri.
Permintaan tersebut adalah untuk meningkatkan pemrosesan audio dan dokumen, tetapi tidak jelas untuk apa teknologi ini digunakan dalam perihal operasi militer.
Berita ini memberikan titik terang pada protes tenaga kerja atas perjanjian Google Cloud dengan pemerintah Israel.
Sebelumnya, tenaga kerja Google melakukan protes dan menentang hubungan perusahaan dengan Israel sejak perjanjian dimulai. Protes itu kemudian bersambung membawa seruan dari para karyawannya agar Google keluar dari Nimbus.
Sebaliknya, Google telah memecat lebih dari 50 tenaga kerja lantaran memprotes perjanjian tersebut lantaran apa nan disebutnya sebagai "perilaku nan mengganggu."
Pada pertengahan 2024, lebih dari 100 tenaga kerja Google, nan terdiri dari para manajer dan personil golongan kewenangan asasi manusianya, dilaporkan mengirim email kepada perusahaan untuk meninjau kembali perjanjian Nimbus, tetapi Google mengabaikannya.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Google Pixel Senasib Dengan Iphone 16, Dilarang Dijual di RI
Next Article Google Pantau Aktivitas Kamu 24 Jam, Begini Cara Hentikannya