Dokter Di Gaza Juga Kelaparan, Pingsan Saat Tangani Pasien

Sedang Trending 10 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com --

Krisis kelaparan di Gaza tidak hanya melanda penduduk Palestina, tetapi juga tenaga medis nan bekerja menangani korban agresi Israel. Sejumlah master apalagi kelelahan dahsyat hingga pingsan di tengah tugasnya.

Dokter Mohammad Saqer nan bekerja di Rumah Sakit Nasser, Gaza Selatan, menjadi salah satu orang nan mengalami kejadian tersebut. Ia pingsan saat bekerja di bangsal dan langsung bekerja lagi setelah pulih.

"Rekan-rekan master menangkap saya saat pingsan, memberi saya infus dan gula. Ada master nan membawa minuman Tango dan saya langsung meminumnya," ujar Saqer, seperti diberitakan CNN pada Sabtu (26/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya bukan penderita diabetes. Ini lantaran kelaparan. Tidak ada gula. Tidak ada makanan," lanjutnya.

Saqer mengatakan, jumlah tenaga medis di rumah sakitnya nan pingsan ketika kerja terus bertambah drastis dalam beberapa hari terakhir. Dokter hingga perawat itu pingsan lantaran kelaparan dan kelelahan.

Ia juga mengakui pasokan makanan di rumah sakitnya begitu terbatas. Bahkan, setiap harinya Saqer hanya mendapatkan satu piring nasi untuk dikonsumsi.

Saqer mengibaratkan situasi ironis itu seperti orang kelelahan nan merawat orang kelelahan lainnya.

"Energi kami terkuras secara fisik, dan kami diminta untuk merawat pasien nan sama-sama kelelahan," ujarnya.

"Orang nan kelelahan merawat orang lain nan kelelahan, nan lapar merawat nan lapar, nan lemah merawat nan lemah," sambung Saqer.

Pengakuan serupa diungkapkan Ahmad Al-Farra, kepala Rumah Sakit Al-Tahrir. Farra mengatakan kondisi mental tenaga medis di rumah sakitnya juga menurun drastis akibat bentuk nan tidak bugar.

A Palestinian child reacts as he waits to receive food from a charity kitchen, amid a hunger crisis, in Gaza City, July 24, 2025. REUTERS/Dawoud Abu AlkasKrisis kelaparan di Gaza tidak hanya melanda penduduk Palestina, tetapi juga tenaga medis nan bekerja menangani korban agresi Israel. (REUTERS/Dawoud Abu Alkas)

Dokter dan perawat nan bekerja di rumah sakit itu kemudian menjadi lenyap tenaga untuk merawat pasien dengan optimal.

Pasokan makanan juga nyaris lenyap imbas dapur rumah sakit telah kehabisan makanan. Di sisi lain, dapur kemanusiaan internasional nan semula menjadi salah satu pemasok juga tutup akibat tidak ada persediaan.

"Sebagian besar dari mereka sekarang menderita depresi, lemas, hingga susah konsentrasi," ujar Farra.

"Semua orang bekerja di rumah sakit tanpa makanan. Dokter dan perawat bekerja 24 jam dengan perut kosong," katanya.

PBB melaporkan bahwa seluruh masyarakat Gaza, sekitar 2,1 juta jiwa, sekarang berada dalam kondisi rawan pangan. Mereka tak lagi mempunyai akses nan pada makanan nan cukup, bergizi, dan aman.

Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menyebut 900 ribu anak kelaparan, sementara 70 ribu lainnya menunjukkan indikasi malnutrisi.

Lebih dari 100 organisasi kemanusiaan internasional telah mengeluarkan peringatan berbareng awal pekan ini. Mereka menyebut bahwa para relawan dan rekan kerja mereka mulai melemah akibat kekurangan makanan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres lantas mengecam kekuatan dunia lantaran mengabaikan penderitaan penduduk Palestina nan menghadapi kelaparan di Gaza, menyebut krisis ini sebagai 'kegagalan moral' nan menunjukkan runtuhnya solidaritas global.

"Saya tidak dapat menjelaskan tingkat ketidakpedulian dan kelambanan nan kami lihat dari terlalu banyak pihak di organisasi internasional, kurangnya belas kasih, kurangnya kebenaran, kurangnya kemanusiaan," kata Guterres dalam pidato video di Majelis Global Amnesty International.

(frl/asr)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya