Dokter Ceritakan Ngerinya Kondisi Warga Termasuk Anak-anak Di Gaza Yang Kelaparan

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX
Jakarta -

Gaza saat ini tengah dilanda musibah kelaparan. Seorang master di wilayah tersebut itu menyampaikan seberapa ngerinya kondisi penduduk akibat kelaparan.

Wakil koordinator medis untuk Medecins Sans Frontieres (Dokter Lintas Batas), Dr Mohammed Abu Mughaisib, mengungkapkan kondisi mengerikan tentang gimana kelaparan melumpuhkan tubuh manusia, mulai dari rasa lapar awal hingga kerusakan organ-organ vital.

"Dalam enam hingga 24 jam pertama tanpa makanan, tubuh mulai membakar persediaan glikogennya. Ini adalah gula tersimpan nan berfaedah sebagai bahan bakar darurat," jelas Dr Abu Mughaisib nan dikutip dari NDTV World, Senin (28/7/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada hari pertama hingga ketiga, setelah glikogen habis, tubuh beranjak menggunakan lemak. Tubuh mengubahnya menjadi keton untuk menjaga otak tetap berfungsi.

Pada titik ini, tubuh memasuki kondisi mode memperkuat hidup sepenuhnya.

Dari dua hingga lima hari, dampaknya menjadi semakin parah. Tubuh mulai memecah jaringan ototnya sendiri, termasuk organ-organ vital, seperti jantung, agar bisa tetap hidup.

"Tubuh mengorbankan jaringannya sendiri hanya untuk memperkuat hidup. Saat itulah anak-anak berakhir menangis," tambah Dr Abu Mughaisib.

Tak hanya menggambarkan anak-anak dan penduduk nan kelaparan, Dr Abu Mughaisib juga mengalaminya sendiri.

"Selama beberapa bulan terakhir, saya memperkuat hidup dengan satu kali makan sehari. Dan dalam beberapa hari terakhir, saya apalagi hanya makan satu kali setiap dua hari," terang Dr Abu Mughaisib.

"Bukan lantaran saya tidak mampu, tetapi lantaran tidak ada nan bisa dibeli. Pasar betul-betul kosong," sambungnya.

Laporan terbaru merinci gimana tenaga kesehatan kolaps lantaran kelaparan saat mengangkut pasien. Pengemudi ambulans kelaparan, hingga anak-anak banyak nan sekarat.

Dr Abu Mughaisib mengatakan tim medis diharapkan bisa menyelamatkan nyawa penduduk Gaza. Namun, nyawa mereka sendiri juga perlahan-lahan dilahap kelaparan.

"Ini bukan hanya tentang kelaparan, tetapi tentang penghancuran perlahan kehidupan, kemampuan, dan kemanusiaan. Ini kudu dihentikan, menggunakan makanan, air, dan support sebagai senjata di bumi ini, sama sekali tidak dapat diterima," tegasnya.

(sao/naf)


Selengkapnya