Dedi Mulyadi Debat Siswi Sma Cikarang: Anda Miskin, Jangan Sok Kaya

Sedang Trending 6 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com --

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berdebat dengan remaja wanita berjulukan Aura Cinta nan disebut baru lulus dari SMAN 1 Cikarang Utara sekaligus korban penggusuran rumah di bantaran kali.

Perdebatan itu mengenai pelarangan sekolah menggelar wisuda alias perpisahan.

Dedi mengatakan wisuda alias perpisahan membebani orang tua lantaran kudu membayar. Menurut Dedi, tanpa perpisahan, siswa tidak bakal kehilangan kenangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dedi menyebut kenangan bagus di masa sekolah tak hanya kala perpisahan melainkan masa-masa ketika belajar.

"Tanpa perpisahan emang kehilangan kenangan? Kenangan bagus itu saat proses belajar tiga tahun," kata Dedi dalam video di akun YouTube pribadinya.

Sementara Aura Cinta mengatakan jika tidak ada perpisahan, siswa tidak bisa merasakan berkumpul terakhir dengan teman-teman.

"Saya ngerasa kan udah lulus ya. Kalau misalkan enggak ada perpisahan kita tuh enggak bisa kumpul bareng alias rasain gimana-gimana kumpulnya interaktif sama teman-teman itu pak," ujar Aura.

Dedi kembali mempermasalahkan soal biaya untuk perpisahan nan dikeluarkan orang tua.

"Rumah aja enggak punya, bayar perpisahan gimana speakupnya. Harusnya saya kritik ya harusnya speakupnya begini, kritik gubernur lantaran gubernur membebani rakyat sekolah kudu bayar iuran kritik gubernur lantaran membiarkan orang tua membiarkan orang tua dibebani untuk pembayaran sekolah kritik gubernur lantaran membiarkan banjir,"kata Dedi.

Dedi mengatakan pemerintah berupaya menurunkan beban orang tua dengan kebijakan sekolah gratis. Dengan begitu, orang tua tidak boleh mengeluarkan biaya.

Aura kemudian menjelaskan dirinya bukan bermaksud mengkritik melainkan menyampaikan aspirasi lantaran merasa tidak setara adiknya tidak bisa merasakan perpisahan alias wisuda.

"Bukan mengkritik Pak lebih tepatnya itu menurut saya itu kayak gitu tuh perlakuannya enggak adil," ujar Aura.

Kemudian, Dedi mempersilakan jika siswa mau mengadakan wisuda alias perpisahan tetapi kudu diselenggarakan secara berdikari dan tidak melibatkan sekolah.

Sebab, kata dia, pelibatan pihak sekolah rentan dirundung lantaran menyelenggarakan wisuda alias perpisahan lantaran dianggap mencari untung.

Ia juga menegaskan siswa kudu bertanggung jawab dengan segala akibat nan berpotensi terjadi jika menyelenggarakan wisuda/perpisahan mandiri.

"Kalau besok pada aktivitas perpisahan orang mabuk-mabukkan tanggung jawab sendiri, jika besok perpisahan ada tawuran tanggung jawab sendiri tidak bawa lembaga lantaran bagi saya di Jawa Barat biaya pendidikan kudu murah tidak boleh ada beban bagi orang tua," kata Dedi.

Dedi kemudian bertanya ke orang tua Aura. Orang tua remaja itu setuju tetap ada perpisahan demi mental dan kenangan anak.

"Pilih duit itu disimpan untuk kuliah alias dihabiskan untuk perpisahan?" kata Dedi.

"Kalau bisa ada perpisahan tapi jangan membebani," jawab orang tua Aura.

Dedi mengingatkan agar style hidup family itu tidak terlalu tinggi. Ia juga mempermasalahkan sekarang penduduk meminta penggantian rumah nan digusur.

"Kalau saya tega-tegaan, saya layak tukar enggak? Tanah negara, kebutuhan untuk rakyat, proyek kabupaten. Saya ngapain keluarin duit Rp10 juta untuk ibu, udah kasih orang miskin aja nan lain," kata Dedi.

"Saya juga miskin," kata orang tua remaja itu.

"Kenapa miskin style orang kaya? Ini kudu dibenerin langkah berpikir begini," kata Dedi.

"Saya enggak usah bantu ya?" imbuh Dedi.

Setelahnya, Aura memotong dan menyatakan tidak setuju.

"Enggak gitu, Pak. Kan saya waktu dibikin video Tiktok itu kan captionnya bukan untuk meminta kerohiman alias apa pun, saya hanya minta keadilan aja," kata Aura.

"Waktu digusur itu enggak ada musyawarah, hanya ada Satpol PP datang," imbuhnya.

Dedi kemudian bertanya gimana jika negara meminta agar family itu bayar duit sewa di tanah nan mereka tempati.

"Saya balik, tinggal di tanah orang lain kudu bayar enggak sama nan punya tanah? Kalau saya kembali nuntut, Pemda-nya suruh minta tagihan dihitung beberapa tahun ke belakang bayar tiap tahun," ujar Dedi.

"Bapak kan bisa lihat dulu latar belakang saya, saya miskin alias gak, bisa bayar alias enggak," jawab Aura.

"Kamu miskin enggak?" tanya Dedi.

"Iya, saya mengakui," jawab Aura.

"Kenapa miskin pengen hidup bergaya, sekolah kudu ada perpisahan? Kan Anda merasa miskin. Kenapa orang miskin enggak merasa prihatin?" ujar Dedi.

Aura Cinta kembali menegaskan dirinya tidak menolak kebijakan melarang perpisahan, tapi dia mau perpisahan tetap diperbolehkan asal dengan biaya nan kecil.

"Apa pun itu saya mendukung, hanya jangan dihapus, Pak, enggak semuanya bisa terima. Terus jika misalnya kayaknya wisuda dihapus, dan bapak juga minta pajak saya, padahal saya miskin," ujar Aura.

"Bukan minta pajak, saya balik. Anda miskin, tapi jangan sok kaya. Orang miskin itu prihatin membangun masa depan. Seluruh pengeluaran ditekan, digunakan untuk positif, bisnis, pengembangan mandiri, lah ini rumah enggak punya, tinggal di bantaran sungai," ujar Dedi.

(fra/yoa/fra)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya