Data Knkt: Kecelakaan Pelayaran Turun 3 Tahun Terakhir

Sedang Trending 8 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com --

Jumlah kecelakaan pelayaran nan diinvestigasi oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menurun dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

Merujuk info di website KNKT, pada 2023, jumlah kecelakaan pelayaran sebanyak tujuh kasus. Terdiri dari satu peristiwa tenggelam dan enam kasus terbakar.

Lalu pada 2024, ada enam kasus kecelakaan pelayaran. Terdiri dari satu peristiwa tenggelam dan lima kasus terbakar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara pada 2025 ini, ada lima kasus kecelakaan pelayaran. Terdiri dari empat peristiwa tenggelam dan satu peristiwa tubrukan. Data 2025 ini belum termasuk kasus terbaru tenggelamnya kapal motor penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya. Kasus ini baru dimulai investigasinya.

Saat dihubungi, Plt Ketua Sub Komite Keselamatan Pelayaran KNKT Anggiat Pandiangan mengatakan info nan dimiliki KNKT tidak terlalu komplit karena berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2013, KNKT mengharapkan laporan dari syahbandar, operator kapal dan nakhoda kapal.

Sesuai PP itu, kata dia, ada kriteria kecelakaan kapal nan wajib dilakukan investigasi oleh KNKT, ialah kecelakaan Kapal dengan berat lebih dari GT 100 (seratus Gross Tonage) untuk kapal penumpang, kapal penyeberangan, dan kapal ikan. Artinya, kecelakaan kapal penumpang, penyeberangan, dan kapal ikan di bawah GT 100 tidak jadi bahan investigasi KNKT.

Lalu kecelakaan kapal dengan berat lebih dari GT 500 (lima ratus Gross Tonage) untuk kapal peralatan dan kapal tangki.

"Kecuali ada permintaan unik dari Presiden dan Menteri, walaupun tidak masuk kategori tersebut, bakal dilakukan investigasi juga," kata Anggiat saat dihubungi, Jumat (4/7).

Berdasarkan investigasi nan dilakukan oleh KNKT selama ini, aspek penyebab kecelakaan pelayaran biasanya tidak tunggal.

Anggiat mengatakan dalam laporan investigasi KNKT biasanya dicantumkan aspek kontribusi nan menyebabkan kecelakaan pelayaran.

"Faktor kontribusi itu faktor-faktor nan turut menyebabkan terjadinya kecelakaan itu. Misalnya cuaca. Oke jika cuacanya tidak ada, mungkin tidak terjadi kecelakaan. Tapi ada lagi misalnya aspek perawatan, misalnya lambungnya itu ada nan keropos. Akhirnya terjadi kecelakaan," ujar Anggiat.

Kecelakaan pelayaran jadi sorotan setelah Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali pada Rabu (2/7) malam kemarin.

Kapal nahas ini berlayar dari Ketapang, Banyuwangi menuju Gilimanuk Bali pukul 22.56 WIB, Rabu (2/7). Kapal tenggelam tak lama setelah lepas jangkar dari Ketapang.

Data manifes penumpang, KMP Tunu mengangkut 65 orang, terdiri dari 53 penumpang dan 12 kru kapal.

Hingga hari ini, Jumat, tim SAR campuran mencatat total 36 korban telah sukses dievakuasi, dengan rincian 6 meninggal dunia, 30 orang selamat.

Sejauh ini 30 orang sukses diselamatkan, 21 di antaranya penduduk Ketapang alias Banyuwangi dan 9 penduduk Gilimanuk Bali. Sedangkan korban nan tetap dalam pencarian berjumlah 29 orang.

(yoa/wis)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya