ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pukul 11.58 WIB ambruk 2,86% ke level 6.300. Sejak awal tahun hingga saat ini penanammodal asing telah melakukan jual bersih di seluruh pasar sebesar Rp 18,9 triliun nan terdiri dari pasar regional sebanyak Rp 17,2 triliun dan pasar negosiasi dan tunai sebanyak Rp 1,78 triliun.
Analis Senior Investment Information Mireae Nafan Aji Gusta mengatakan penanammodal asing lari dari pasar modal tanah air dan memilih untuk membawa uanganya ke Amerika Serikat akibat dampak dari kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump.
"Invest in America," ujarnya saat dihubungi oleh detikai.com, Jumat (28/2/2025).
Selain itu sentimen domestiknya adalah berangkaian dengan proyeksi inflasi Indonesia nan untuk headline inflation-nya memang bakal turun di kisaran 0,5%. "Karena sebelumnya kan inflasi kita nan di-release dari BPS pada awal bulan ini per Januari di kisaran 0,76%, ini dipercaya bakal turun lagi begitu kan. Jadi sudah semakin jauh dari Bank of Indonesia's lower boundary, lower boundary of inflation target," katanya.
Kaburnya biaya asing dari Indonesia juga di sorong oleh pemangkasan berat saham Indonesia oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI).
Hari ini, Jumat (28/2/2025), Morgan Stanley Capital International (MSCI) bakal melakukan cutoff perubahan berat saham Indonesia dalam indeks globalnya. Efektif per 3 Maret 2025, MSCI mengurangi berat Indonesia dari 2,2% menjadi 1,5%, nan diperkirakan memicu tekanan jual dari penanammodal asing dalam beberapa hari ke depan.
Dampak pemangkasan berat Indonesia dalam MSCI ini juga semakin terasa dengan penurunan ranking saham Indonesia dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW).
Morgan Stanley mencatat bahwa tren return on equity (ROE) saham-saham Indonesia terus melemah akibat perlambatan ekonomi dan tekanan terhadap sektor siklikal.
Dengan rebalancing nan makin menggerus berat saham Indonesia, penanammodal diharapkan mencermati aliran biaya asing dan volatilitas nan berpotensi meningkat dalam waktu dekat.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, penanammodal kudu lebih selektif dalam memilih saham. Adapun setelah kejadian ini, area support IHSG bakal berada di Rp6.356 dan resist di 6.456.
"Investor dapat condong selektif dalam pemilihan sahamnya dan dapat mencermati perkembangan secara makro dan beberapa emiten yg sdg rilis keahlian Full Year (FY) 2024-nya," ungkap Herditya kepada detikai.com.
Di sisi lain, Analis saham Alfred Nainggolan mengatakan, sentimen koreksi bursa dunia menjadi sentimen pengoreksi bursa IHSG. Selain itu, tindakan jual asing nan masif nan terus berjalan membikin tekanan jual semakin kuat (Herding Behavior).
"Minimnya sentimen domestik , apalagi pemberitaan mega korupsi, "trust" Danantara, Downgrade, hingga laporan keahlian bigbank di awal 2025 yg rendah ikut menekan IHSG. Stabilitas domestik (Ekonomi dan Politik) sedang terganggu, ditambah kondisi eksternal nan berat (Trump, Inflasi, The FED) Rupiah tidak punya tenaga untuk tidak terdepresiasi," jelas Afred.
Meski di tengah beberapa sentimen negatif tersebut, Alfred berpesan pada penanammodal jangka panjang untuk bisa memandang momentum ini sebagai potensi untuk membeli saham di nilai murah. Ia pun membidik rentang support IHSG berikutnya di nomor Rp6.260.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rupiah Semringah Saat IHSG Terperosok ke Level 6.500-an
Next Article IHSG Ambruk, Investor Asing "Kabur" dari Saham-Saham Ini