ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com --
Sejumlah orang tua dan wali siswa di Bandung, Jawa Barat memilih mengirimkan anaknya ke barak militer untuk mendisiplinkan anak-anak nan dianggap bermasalah.
Atas persetujuan orang tua dan wali, para siswa sekarang mengikuti pendidikan di barak militer Rindam III/Siliwangi, Jawa Barat. Kebijakan ini digagas oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Lewat akun YouTube pribadinya, Dedi berbincang dengan family para siswa nan sekarang ditempatkan di barak militer. Para siswa ini disebut sebagai anak-anak nan sudah susah ditangani oleh orang tua maupun pembimbing di sekolah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kriteria itu adalah anak-anak nan sudah mengarah pada tindakan-tindakan kriminal, dan orang tuanya tidak punya kesanggupan untuk mendidik. Jadi jika orang tuanya tidak menyerahkan, kita tidak bakal menerima," kata Dedi dikutip dari unggahan akun Youtube pribadinya, Jumat (2/5).
Dedi menemui Lina, ibu dari seorang siswa nan terlibat dalam kasus pencurian sepatu di sebuah warung internet (warnet). Menurut Lina, anaknya sempat membawa pulang sepatu milik orang lain dan baru menyadari setelah didatangi pemiliknya.
"Dikiranya tuh sepatunya bekas, katanya. Diambil di warnet. Orangnya nyari ke sekolahan, rupanya sepatunya ada di rumah, sudah dibalikin juga. Tapi si orangnya minta ganti, katanya harganya Rp1,2 juta," ujar Lina.
Menanggapi perihal itu, Dedi menekankan pentingnya pencegahan perilaku menyimpang sejak dini.
"Anak Ibu ngambil peralatan orang lain. Kita cegah, Bu. Hari ini sepatu orang, kelak jika tidak segera diubah, tukar nan lain gitu loh," kata Dedi.
Dedi mengingatkan bahwa kebiasaan mencuri bisa menjadi penyakit sosial.
"Itu makanya bahaya, lantaran penyakit. Nyuri itu ada penyakitnya, susah sembuh," ujarnya.
Dedi juga menemui seorang kakak laki-laki nan menyerahkan adik kembarnya ke barak lantaran kerap bolos sekolah. Meskipun kedua orang tuanya tetap ada, sang kakak mengaku prihatin lantaran beragam nasihatnya tak pernah mempan.
"Inginnya dia berguru lagi, berubah perilakunya. Orang tuanya menyerahkan ke sekolah, ridho ya," tutur Dedi.
Kasus serupa juga dialami seorang kakak wanita nan mengirim adiknya ke barak lantaran sering bolos sekolah. Bekal dan duit jajan selalu disiapkan, namun anak tersebut justru dilaporkan sering mengikuti perkumpulan di luar sekolah.
"Nanti sekolahnya tetap di sini, tetap dapat rapor dan ikut ujian. Tapi jika dalam sebulan bisa berubah, saya cemas enggak mau pulang," ucap Dedi.
Kepala sekolah nan turut menemui Dedi menyebut ada empat siswa nan awalnya hendak dikirim, namun satu siswa kabur sebelum masuk barak. Salah satu siswa tersebut diduga sering menemui pacarnya nan berbeda sekolah hingga jarang pulang ke rumah.
"Salah satu siswa ini jarang pulang ke rumah, kemungkinan sering menginap di rumah pacarnya," jelasnya.
Dedi ikut menimpali tidak sedikit para siswa nan tetap duduk di bangku sekolah ini bercintaan berlebihan.
"Rata-rata juga problem adalah anak anak nan berpacarannya berlebihan," kata Dedi.
Di barak, Dedi berbincang dengan para siswa. Ada nan mengaku kerap terlambat, susah tidur, merokok, hingga pernah minum ciu. Beberapa di antaranya apalagi datang atas kemauan sendiri. Dedi menegaskan bahwa semua anak nan ditempatkan di barak telah mendapat izin tertulis dari orang tua mereka.
"Gizinya cukup, istirahatnya cukup, olahraganya cukup, sistem pembelajaran di sekolahnya cukup. Mereka tetap belajar di sekolah, cuman gurunya aja ngajarnya di sana," katanya.
(kay/isn)
[Gambas:Video CNN]