Ceo Buka-bukaan Happy Pecat Karyawan Diganti Ai

Sedang Trending 18 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Kemunculan teknologi kepintaran buatan (artificial intelligence/AI) sebagai pengganti tenaga kerja manusia rupanya disambut baik oleh bos-bos perusahaan besar. Hal ini diungkap oleh seorang konsultan teknologi terkemuka.

Dalam wawancara dengan Gizmodo, Elijah Clark, konsultan AI untuk perusahaan-perusahaan besar, membeberkan sikap para CEO tentang AI.

"CEO sangat antusias dengan kesempatan nan dibawa oleh AI. Saya sendiri adalah seorang CEO, saya berani bilang, saya antusias. Saya juga telah melakukan PHK lantaran AI," katanya.

Dia kemudian memaparkan alasannya memilih memanfaatkan teknologi AI daripada terus mempekerjakan manusia.

"AI tidak pernah mogok kerja. Tidak minta penghasilan naik. Sebagai CEO, Anda tak perlu berurusan dengan hal-hal seperti itu lagi," kata Clark.

Futurism menyatakan sikap Clark serupa dengan banyak CEO lain nan tidak canggung dalam menyatakan niat mengganti tenaga kerja manusia dengan AI. Sebuah startup bahkan mengiklankan produk "agen penjualan AI" mereka dengan billboard besar bertuliskan "Setop Mempekerjakan Manusia."

Sam Altman, CEO Open AI dan Dario Amodel, CEO Anthropic juga telah acapkali memperingatkan bahwa teknologi AI nan mereka kembangkan bisa menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan.

Teknologi AI berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir sejak ChatGPT diluncurkan oleh OpenAI. Namun, efektivitas teknologi AI termasuk chatbot sebagai pengganti pekerja manusia tetap menjadi tanda tanya besar. Sebagai jasa pelanggan, misalnya, robot chat tetap sering "melantur" alias sebaliknya "lelet" dibandingkan dengan pekerja manusia.

Namun, ancaman AI tetap nyata. Pemimpin perusahaan tetap bisa melakukan PHK besar-besaran dan beraksi dengan jumlah tenaga kerja jauh lebih sedikit, tetapi mengerjakan lebih banyak tugas dengan support perangkat AI. 

Menurut Clark, faedah AI menggantikan manusia bagi CEO sangat jelas dang sederhana ialah efisiensi dan laba.

Ia menceritakan langkahnya memecat 27 dari 30 pekerja di tim support sales-nya beberapa waktu lalu. Setelah pemecatan tersebut, menurutnya, tim nan dia pimpin bisa menyelesaikan pekerjaan nan tadinya memerlukan waktu seminggu, hanya dalam sehari.

"Dalam perihal efisiensi, masuk logika untuk menyingkirkan manusia," kata Clark.


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kecerdasan Buatan Buka Peluang Besar, Startup AI RI Unjuk Gigi

Selengkapnya