ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi menilai praktik ekonomi nan tidak setara terjadi nyaris di seluruh desa di Indonesia. Hal inilah nan kemudian membikin masyarakat di desa terjerat oleh kemiskinan.
Ia menyebut kondisi ini sangat bertentangan dengan Undang-undang dasar tahun 1945, nan menekankan pada terwujudnya masyarakat nan adil. Padahal keadilan merupakan perihal krusial dalam menciptakan kemakmuran dan membikin negara jadi lebih maju.
"Praktik-praktik ekonomi nan tidak setara itu terjadi di desa-desa di seluruh Indonesia, nan membikin desa alias masyarakat desa miskin," katanya dalam obrolan dengan Ombudsman RI di Jakarta Selatan, Kamis (12/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi Arie mencontohkan panjangnya pengedaran pupuk nan membikin harganya naik acapkali lipat. Dalam perihal ini, nan pada akhirnya menikmati subsidi pupuk bukanlah para petani di desa.
Ia menjelaskan, nilai pupuk bersubsidi dari pabrik adalah Rp 2.300 per kilogram. Dengan perkiraan biaya angkut Rp 300-400 per kg, nilai pupuk harusnya naik jadi Rp 2.600-2.7000. Namun kenyataannya nilai nan beredar di pasaran menjadi Rp 4.800-5.000 per kg.
Menurutnya ketidakadilan semacam itu kerap terjadi di desa nan tidak terbatas untuk pupuk saja. Karena argumen itu pemerintah meluncurkan program Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih nan diharapkan dapat menciptakan ekonomi nan lebih adil.
Adapun saat ini 79.740 Kopdes Merah Putih sudah terbentuk dari total 80.000 nan dicanangkan pemerintah. Menurut Budi Arie ada 3 provinsi nan belum mencapai 100% dalam pembentukan Kopdes Merah Putih, ialah Papua Pegunungan, Papua Selatan dan Papua Barat.
Menjawab tudingan pembentukan Kopdes Merah Putih nan disebut terburu-buru, Budi Arie menyebut pemerintah justru membikin sejarah. Ia menyatakan belum ada satu negara pun nan bisa membentuk 80 ribu Kopdes dan dengan waktu relatif cepat.
"Ini membikin sejarah, Indonesia membikin sejarah. Kita cepat, bukan grasa-grusu. Masa pemerintah kerja sigap buat rakyat nggak boleh. Nggak grasa-grusu lantaran semuanya dikawal," tutupnya.
(ily/rrd)