Breaking! Ihsg Jatuh Makin Dalam

Sedang Trending 8 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com — Indeks Harga Saham Gabungan merosot semakin dalam pada sesi II hari ini, Senin (23/6/2025). Hingga pukul 14.58 WIB, indeks turun 2,24% alias 155 poin ke level 6.752,09. 

Sebanyak 565 saham turun, 106 naik, dan 126 tidak bergerak. Nilai transaksi jelang penutupan perdagangan mencapai Rp 10,18 triliun nan melibatkan 20,9 miliar saham dalam 1,12 juta kali transaksi. 

Sebagai informasi, IHSG pagi ini juga sempat turun lebih dari 2%, tetapi kemudian terpangkas menjadi -1,7% pada akhir sesi I. 

Direktur Reliance Sekuritas mengatakan, sentimen utama anjloknya saham hari ini datang dari kekhawatiran peningkatan tensi geopolitik di timur tengah. Apalagi jika melibatkan negara-negara lain.

"Semalam sebagaimana diberitakan bahwa trump mengumumkan telah menghancurkan akomodasi nuklir Iran meski kemudian dibantah oleh Iran bahwa nan dihancurkan sudah bukan tempat akomodasi tersebut. Entah betul alias tidak, adanya keterlibatan AS ini nan memicu kekhawatiran tambahan," ungkap Reza kepada detikai.com, Senin (23/6/2025).

Anjloknya IHSG terjadi seiring pelaku pasar nan tetap berada dalam mode risk-off alias hati-hati, lantaran sejumlah kekhawatiran nan mencuat, terutama tensi geopolitik di Timur Tengah dan sejumlah rilis info ekonomi nan memperkuat sikap hawkish the Fed.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan pasukan Amerika Serikat telah melancarkan serangan pada tiga letak nuklir di Iran, ialah di Fordow, Natanz, dan Isfahan, pada Sabtu malam (21/6/2025) Waktu setempat'

Dilansir dari Reuters, Trump menyebut militer AS menyerang tiga situs nuklir Iran tersebut dalam serangan nan "sangat sukses".

Trump telah mempertimbangkan serangan itu selama berhari-hari. Pesawat pembom B-2 Amerika digunakan dalam operasi akhir pekan itu.

Masuknya AS dalam bentrok Israel-Iran ini membawa situasi geopolitik semakin memanas dan meluas. Keterlibatan AS bisa mengundang negara besar lain untuk terlibat mulai dari Rusia, China, hingga negara-negara Eropa.

Sementara itu Iran membuka kesempatan untuk menutup SelatHormuz. Saluran milik negara, Press TV, melaporkan bahwa legislatif telah mencapai konsensus untuk menutup selat tersebut. Keputusan final berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran dan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Selat ini, nan memisahkan Iran dan Oman, merupakan jalur utama bagi pengiriman minyak dari negara-negara di Teluk Persia.

Selat tersebut menghubungkan Teluk Persia dengan laut lepas dan menjadi salah satu titik tersumbat minyak paling kritis di dunia.

Iran diketahui mengontrol dua jalur pelayaran strategis nan sangat krusial bagi perdagangan minyak dunia, ialah Selat Hormuz dan Laut Merah.

Selat Hormuz mengangkut sekitar 20% dari pasokan minyak bumi dan 30%-35% untuk LNG secara global. Sementara Laut Merah mengangkut sekitar 12% minyak bumi dan 6% LNG.

Kekhawatiran semakin diperparah lantaran Iran semalam menyatakan secara resmi memblokir selat Hormuz. Macquaite memproyeksikan nilai minyak bisa sampai US$ 240 per barel, dengan dugaan 15 juta barel minyak per hari terganggu.

Sementara itu, Bloomberg memproyeksi nilai minyak bisa tembus US$ 130 per barel dan mengimplikasi inflasi AS memanas sampai 3,9% secara tahunan (yoy).

Goldman Sachs dan perusahaan konsultan Rapidan Energy.Harga minyak bisa melonjak di atas US$$100 per barel jika selat itu ditutup dalam waktu lama.

Kenaikan nilai minyak bisa berakibat luas terhadap inflasi global. Inflasi nan semakin memanas ini cukup dikhawatirkan lantaran bisa menunda prospek penurunan suku kembang dan membawa pengaruh suku kembang tinggi memperkuat lebih lama.

Outloook ekonomi bakal kembali risk off dan perhatian bakal beranjak ke aset nan sensitif terhadap sektor daya dan komoditas, serta aset untuk safe haven seperti emas.

Harga minyak bumi sudah terbang 11% sejak perang Iran vs Israel meletus pada 13 Juni 2025.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Analis Sebut Pasar Saham RI Jadi Primadona, Ini Alasannya

Selengkapnya