ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Prof Taruna Ikrar buka bunyi mengenai kejadian keracunan makan bergizi cuma-cuma (MBG) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia menuturkan BPOM saat ini sedang masuk proses pemeriksaan untuk mengetahui penyebab keracunan.
Prof Taruna mengatakan pihaknya juga terus berkoordinasi dengan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Kupang untuk mengetahui tindak lanjut nan perlu dilakukan.
"Yang hubungannya dengan kejadian luar biasa di NTT. kami sampai detik ini tetap berkoordinasi dengan balai besar Kupang (NTT), untuk turun langsung, untuk menangani langsung, untuk bertindak, termasuk mitigasinya, dan termasuk mencegah kejadian ini berulang untuk berikutnya," kata Prof Taruna ketika ditemui awak media di Jakarta Pusat, Jumat (25/7/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prof Taruna menuturkan pihaknya juga bakal menyelidiki Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) nan menyediakan menu MBG di tempat kejadian tersebut. Pada saat ini, dia tetap menunggu hasil uji laboratorium dan jika hasil keluar, bakal segera diumumkan.
"Sekarang lab kami sedang bekerja untuk memastikan apa penyebabnya, dan kelak jika ada hasilnya kami sampaikan, untuk ada mitigasi dan tata langkah penyelesaiannya, ujar Prof Taruna.
"Intinya MBG ini adalah program nan perlu dikawal habis-habisan. Kalau ada terjadi, kita tentu perlu mencari penyebabnya, dan memitigasi lagi agar tidak kejadian lagi," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan sebanyak 140 siswa SMP Negeri 8 Kupang, NTT dilaporkan keracunan menu MBG. Sejumlah siswa melaporkan makanan nan dibagikan terasa asin dan asam.
Kejadian bermulai Selasa pagi pukul 07.30 WITA, ketika aktivitas pelajaran dimulai, beberapa siswa mulai izin ke toilet lantaran sakit perut.
"Jadi proses aktivitas belajar mengajar sekitar pukul 07.30. Sudah ada siswa kami nan bolak-balik bilik mandi, rupanya mereka mencret dan ada nan sakit perut," kata Kepala SMPN 8 Kupang, Maria Theresia Roslin Lana, dikutip dari detikBali.
Kemudian belasan siswa dirujuk ke rumah sakit. Namun, kasusnya semakin banyak hingga mencapai 140 siswa. Mereka dilarikan ke beberapa rumah sakit seperti RSUD S.K Lerik, RS Mamami, RS Siloam, RSUD Prof W.Z Johannes, dan RS Leona.
(avk/kna)