Bos Pakaian Impor Banting Setir Jual Perlengkapan Bayi

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Depok -

Bisnis busana tengah panen pengguna terutama saat ramadan dan menjelang hari raya Idul Fitri, perihal itu diungkapkan Mansyur (46) saat mengenang upaya fesyen nan pernah berjaya. Ia pernah mempunyai lima gerai fesyen di Cengkareng, Jakarta Barat dengan omzet mencapai Rp 30 juta saat Lebaran.

Kisah itu sekarang tinggal kenangan, Mansyur telah banting setir menjadi penjual perlengkapan bayi di Sawangan, Depok namun sisa-sisa busana nan dia jual tetap dipajang di gerai itu. Sekilas gerai milik Mansyur ini memang unik, karena dia memajang perlengkapan bayi dan fesyen secara bersamaan.

"Sebelum upaya ini, tahun 2002 buka toko fesyen di WTC Mangga 2, lampau buka bagian di Bekasi dan pindah ke Cengkareng," ungkap Mansyur di Kios Rumah Balita, Sawangan, Depok, Rabu (12/3/2025).

Bisnis fesyen kala itu memang sangat bagus, Mansyur mengambil kelas menengah atas dengan menjual beragam fesyen impor nan didapatnya dari Pasar Tanah Abang. Penjualan nan terus meningkat membawanya hingga mempunyai banyak cabang, dua dasawarsa menjalankan upaya itu dia menyerah lantaran Pandemi COVID-19.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bisnis nan bergerak di dalam pusat perbelanjaan ini memang sangat terdampak, terutama kala itu Pemerintah membatasi pergerakan masyarakat melalui peraturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dimana omzet upaya milik Mansyur sangat terdampak.

"Barang dari Pasar Tanah Abang mereka impor saya beli grosiran, awalnya penjualan stabil hingga pandemi upaya fesyen ambruk selama empat bulan nggak bisa dapat penghasilan," lanjut Mansyur.

Saat itu dia kudu menanggung semua beban operasional sewa ruko sejumlah Rp 60 juta dan ditambah penghasilan karyawan, meski pemasukan tak kunjung datang. Mansyur sempat mencoba memperkuat hingga Pandemi berlalu, dia tetap berambisi agar tokonya segera pulih namun angan itu tak terwujud. Agar tidak jatuh lebih dalam Mansyur kudu rela menutup upaya nan turut membesarkan namanya itu, duit tabungan senilai Rp 150 juta menjadi modal awal Mansyur untuk membangun upaya perlengkapan bayi.

Ide itu dia dapat dari kerabat nan juga menjalankan upaya serupa, saat Pandemi upaya ini dinilai lebih efektif terutama area Sawangan terdapat beberapa perumahan baru nan tentu mempunyai kesempatan untuk pasar perlengkapan bayi. Tak butuh waktu lama, baik susu maupun pampers cukup diminati masyarakat sekitar.

"Usaha baju sempat tetap buka setelah COVID-19, hanya visitor nggak ada, sewa tetap jalan, tenaga kerja jalan habislah. Saya mencoba banting stir ke jualan perlengkapan bayi modal 150 juta, waktu itu susu sama pampers seri penjualannya," tutur Mansyur.

Kisah Bos Pakaian Impor di Mal Banting Setir Jadi Pedagang Perlengkapan BayiKisah Bos Pakaian Impor di Mal Banting Setir Jadi Pedagang Perlengkapan Bayi Foto: Rifkianto Nugroho

Barang-barang fesyen nan ada di toko itu diboyongnya ke Sawangan, tetap penasaran dengan keberuntungan itu dia turut membuka satu gerai tepat di samping upaya perlengkapan bayinya. Namun penjualan busana impor di Kawasan ini tak cukup bagus hingga Mansyur kudu rela menutup toko busana dan menggabungkannya ke dalam satu gerai perlengkapan bayi.

Uang sisa upaya itu Mansyur alihkan ke sektor pertanian singkong di kampung halamannya di Lampung, diketahui Lampung merupakan wilayah penghasil singkong bagi Indonesia. Di sana Mansyur mempunyai dua hektar lahan tanam singkong dan menyewa tiga hektar lainnya untuk menambah penjualan saat panen.

"Kita sudah coba fesyen nggak begitu ngangkat, sehingga kita nge-down dan toko sebelah tutup. Akhirnya banting setir lagi, dilarikan ke pertanian cari kondusif ke kebun singkong di Lampung.

Memiliki dua sumur pemasukan, Mansyur mengaku tetap mempunyai rasa penasaran terhadap upaya fesyen karena dia lebih senang fesyen meski dia tak mempunyai background pendidikan di bagian itu. Mansyur juga kerap menggunakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI untuk mendatangkan pakaian-pakaian terbaru. Tak hanya sekali, Mansyur memanfaatkan KUR BRI hingga tiga tahap mulai dari KUR Rp 20, 30 hingga 100 juta. Saat pandemi dia sempat mendapat keringanan untuk bayar KUR dengan program restrukturisasi.

"KUR BRI waktu saya tetap buka di Mal Cengkareng, ditawari KUR berjenjang dari Rp 20 juta ada mantri datang ke toko, lenyap itu dapat lagi Rp 30 hingga Rp 100 juta. Pas COVID-19 sempat dapat keringanan, sangat alhamdulillah membantu lantaran bisa nggak bayar beberapa bulan," lanjut Mansyur.

Semakin meningkatnya eskalasi penyebaran Covid-19 di seluruh Indonesia, mengakibatkan menurunnya aktivitas ekonomi dan aktivitas usaha, khususnya upaya mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dalam rangka membantu UMKM tersebut, pemerintah memutuskan membebaskan pembayaran kembang dan penundaan pokok angsuran KUR untuk upaya nan terkena akibat COVID-19.

Pembebasan pembayaran kembang dan penundaan pembayaran pokok KUR tersebut juga diikuti relaksasi ketentuan KUR dengan memberikan perpanjangan jangka waktu dan tambahan plafon.

"Kebijakan ini mulai bertindak pada 1 April 2020. Mereka nan bakal mendapat pembebasan kembang dan penundaan pembayaran angsuran pokok KUR paling lama 6 bulan, kudu memenuhi penilaian penyalur KUR masing-masing," ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai rapat via video conference, di Jakarta, Rabu (8/4/2020)dikutip dari laman kur.ekon.go.id.

Kebijakan restrukturisasi menjadi upaya dari perbankan untuk menyehatkan kembali upaya nasabah, meski begitu bank juga bakal berpatokan kepada dua pilar seperti upaya nan tetap mempunyai prospek kedepan dan tentunya pengguna nan mempunyai itikad baik. Nantinya bank bisa saja memberikan solusi seperti penurunan suku bunga, perubahan struktur kredit, alias penambahan plafon demi upaya kembali pulih.

Seperti nan didapatkan oleh Mansyur, terbukti hingga saat ini dia bisa melewati angin besar pandemi dan usahanya kembali melangkah meski dibantu dengan upaya penjualan perlengkapan bayi. Mansyur juga mengikuti perkembangan era dengan turut membikin QRIS agar dapat memudahkan pelanggan, salah satu pengguna Mansyur menyebut telah sering berbelanja perlengkapan bayi dan membayarnya dengan QRIS.

"Terbantu sih ya dengan adanya QRIS ini, saya cukup sering shopping apapun asal ada QRIS saya bayar pakai QRIS lantaran simpel. Saya di sini shopping popok untuk anak saya," ujar Dewa saat membeli perlengkapan bayi di gerai Mansyur, Rabu (12/3/2025).

Kini Mansyur melanjutkan perjalanan upaya fesyennya berdampingan dengan perlengkapan bayi nan tetap dibutuhkan masyarakat Sawangan, Depok sembari memantau penjualan singkong di Lampung.

(ara/ara)

Selengkapnya