Blackmores 'toksik' Australia Tak Punya Izin Edar Di Ri, Dijual Ilegal Di Lapak Online

4 hari yang lalu

ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Baru-baru ini, ratusan penduduk Australia mengusulkan gugatan class action terhadap perusahaan suplemen raksasa Blackmores. Hal ini didasari oleh dugaan tingginya kadar vitamin B6 di sejumlah produk, nan berpotensi toksik alias beracun.

Dua produk nan dikaitkan dengan potensi toksik di Australia adalah Blackmores Super Magnesium+ dan Ashwagandha+.

Bagaimana dengan produk Blackmores nan beredar di Indonesia? Kepala BPOM RI Prof Taruna Ikrar menuturkan jenis nan menjadi sorotan di Australia tidak mempunyai nomor izin edar di Indonesia. Berarti produk tersebut tidak diedarkan secara resmi di Indonesia.

"Betul ada produsen nan disampaikan oleh TGA (Therapeutic Goods Administration Australia), intinya produk itu tidak mempunyai nomor izin edar di Indonesia. Oleh lantaran itu, produk ini, tidak ada agunan dari pemerintah Indonesia bahwa produk itu bisa dipasarkan dalam negeri kita," kata Taruna ketika ditemui awak media di Jakarta Pusat, Selasa (22/7/2025).

Meski begitu, berasas hasil penelusuran BPOM RI, jenis produk tersebut dijual secara terlarangan di toko online. Prof Taruna menuturkan pihaknya segera berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk melakukan takedown link penjualan tersebut.

Ini dilakukan sebagai langkah pengamanan untuk mencegah akibat kesehatan rawan mengenai konsumsi suplemen tersebut.

"Kami telah melakukan penelitian dan rupanya ada beberapa tempat dijual di ecommerce, dan kami bersurat kelak ke Kementerian Komunikasi dan Digital untuk di-takedown," tandas Prof Taruna.

BPOM RI mewanti-wanti pelaku upaya nan mengedarkan produk suplemen terkait, lantaran tidak mempunyai izin edar di Indonesia. Orang nan nekat menjual terancam pidana penjara hingga 12 tahun dan denda maksimal Rp 5 miliar.

"BPOM secara terus-menerus melakukan pengawasan pre- dan post-market untuk memastikan suplemen kesehatan nan beredar di Indonesia tetap memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu, serta tidak mengandung bahan berbahaya/dilarang," ujar pihak BPOM RI melalui keterangan resmi nan diterima detikaicom.

BPOM RI Imbau Lapor Bila Keluhkan Gejala

Pihak BPOM RI meminta masyarakat untuk melapor jika mengalami indikasi alias keluhan nan berangkaian dengan konsumsi obat dan suplemen apapun. Pelaporan bisa dilakukan melalui media berikut:

Contact Center HALOBPOM 1500533
Aplikasi e-MESOT.pom.go.id.

"BPOM juga mengimbau masyarakat untuk segera melaporkan kepada BPOM melalui Contact Center HALOBPOM 1500533 alias Balai Besar/Balai/Loka POM terdekat andaikan mengetahui alias mempunyai informasi, mencurigai aktivitas produksi, peredaran, promosi, iklan suplemen nan tidak sesuai ketentuan maupun berbahaya, di media daring," ujar pihak BPOM RI.

Kejadian di Australia

Penggugat utama Dominic Noonan-O'Keeffe mulai mengonsumsi suplemen magnesium Blackmores pada Mei 2023. Ia mengaku mengalami indikasi parah berupa kelelahan, sakit kepala, tegang otot, palpitasi jantung, dan kehilangan sensasi.

Menurut pengacara, Dominic akhirnya didiagnosis mengalami neuropati (gangguan saraf) nan berangkaian dengan asupan vitamin B6 secara berlebihan. Meski sudah berakhir mengonsumsi Blackmores sejak awal 2024, Dominic mengaku tetap merasakan nyeri dan indikasi lain sampai saat ini.

Polaris Lawyers sebagai perwakilan penggugat menuding asupan vitamin B6 di dalam Blackmores ada sebanyak 29 kali lipat asupan harian.

"Sangat mengkhawatirkan ketika melangkah di lorong vitamin di toko obat manapun di Australia dan memandang suplemen vitamin mengandung kadar B6 nan jauh di atas asupan harian nan direkomendasikan," ujar Founder dan Kepala Polaris Lawyers, Nick Mann, dikutip dari News com au.