Bikin Penasaran, Ternyata Ini Yang Terjadi Pada Otak Saat Minum Kopi

Sedang Trending 6 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX
Jakarta -

Kopi menjadi salah satu minuman nan dipilih banyak orang untuk mengusir kantuk. Biasanya, seseorang merasa lebih antusias saat beraktivitas.

Ternyata perihal ini betul adanya. Sebuah penelitian baru menemukan bahwa minum dua cangkir kopi setelah tengah hari bisa cukup untuk membikin otak dalam keadaan lebih antusias dan bergerak di malam hari.

Namun, kondisi nan muncul di malam hari itu dapat merusak tingkat daya seseorang. Para peneliti di Kanada mengatakan bahwa kafein dapat mengubah struktur dan kompleksitas aktivitas otak selama beragam tahap tidur.

"Meluasnya konsumsi kafein di kalangan masyarakat menjadikan topik ini sebagai pertimbangan kesehatan nan penting," jelas penulis utama studi, Profesor Philipp Thölke, dikutip dari Daily Mail.

Para peneliti dari Montreal University menganalisis kesehatan tidur 40 orang dewasa sehat dengan konsumsi kafein sedang berumur 20 hingga 58 tahun. Para peserta menghabiskan dua malam di klinik tidur, satu malam setelah mengonsumsi 200 mg kafein alias sekitar dua cangkir kopi, dan satu malam lagi setelah mengonsumsi plasebo.

Para peneliti menggunakan kreasi double-blind, sehingga mereka juga tidak mengetahui apakah peserta datang ke klinik dalam kondisi berkafein alias tidak.

Hasil Penelitian

Kualitas tidur para peserta dipantau menggunakan elektroensefalogram (EEG) nan merekam aktivitas otak dengan menangkap sinyal listrik nan dihasilkan oleh otak. Dengan menggunakan EEG tidur, para peneliti berfokus pada beberapa penanda kompleksitas otak dengan mengamati:

  • Seberapa random sinyal otak.
  • Seberapa mudah sinyal tersebut dapat dikompresi.
  • Seberapa konsisten sinyal tersebut dari waktu ke waktu.

Para mahir juga mengawasi pengedaran aktivitas listrik di beragam frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kafein paling mempengaruhi aktivitas otak selama tidur non-REM, ialah siklus nan dianggap sebagai tahap tenang alias istirahat.

Tahap ini terbagi menjadi tiga fase berbeda, ialah seorang tertidur, lampau beranjak dari tidur ringan ke tidur nyenyak.

Pada titik ini, pernapasan, aktivitas otak, dan debar jantung seseorang biasanya melambat, suhu tubuh turun, dan aktivitas mata berhenti. Ini adalah fase nan sangat restoratif nan membantu tubuh memperbaiki jaringan dan otot serta memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Namun, para mahir menemukan bahwa konsumsi kafein setelah tengah hari berakibat negatif pada tahap krusial ini, sehingga mengakibatkan tidur nan kurang restoratif.

"Kafein menunda, tetapi tidak mencegah tidur. Jadi, meskipun kita dapat tidur di bawah pengaruh kafein, otak, dan karenanya juga tidur, dipengaruhi oleh obat tersebut," kata Prof Thölke.

"Hal ini menyebabkan tidur nan lebih dangkal dengan peningkatan pemrosesan info selama tahap tidur, di mana otak biasanya memasuki rehat restoratif nan dalam," sambungnya.

Peneliti juga mencatat sinyal otak tertentu di datar, nan menunjukkan bahwa di bawah pengaruh kafein, otak lebih menyerupai 'keadaan kritis' saat otak paling responsif dan adaptif.

Efek kopi terhadap rasa kantuk

Mereka juga menganalisis gimana usia memengaruhi akibat kafein pada otak dan kesehatan tidur. Umumnya, orang dewasa muda berumur 20 hingga 27 tahun lebih rentan terhadap pengaruh stimulan kafein selama tidur rapid-eye-movement (REM), dibandingkan dengan orang dewasa paruh baya.

Para mahir berteori bahwa perihal ini mungkin terjadi lantaran orang lanjut usia mempunyai lebih sedikit reseptor adenosin di otak. Adenosin adalah unsur kimia nan menumpuk di otak selama jam-jam terjaga, nan akhirnya membikin kita merasa lelah.

Kafein ini bekerja dengan memblokir reseptor adenosin, dan membikin kita merasa lebih terjaga. Para peneliti beranggapan bahwa lantaran orang lanjut usia mempunyai lebih sedikit reseptor, pengaruh pemblokiran kafein mungkin tidak begitu efektif, terutama pada tidur REM.

Namun, selama tidur non-REM, pengaruh kafein secara umum sama di semua golongan usia. Maka dari itu, para peneliti menyimpulkan bahwa kafein mempunyai keahlian untuk merestrukturisasi otak dan mempengaruhi kualitas tidur.

Dalam penelitian ini, mereka mengakui bahwa hanya melibatkan perseorangan sehat sehingga menyimpulkan bahwa temuan tersebut tidak dapat diekstrapolasi ke perseorangan dengan kondisi neurologis alias psikiatris, seperti sindrom kaki resah alias Parkinson.

Hal ini muncul setelah sebuah studi oleh The Sleep Charity tahun lampau menemukan sembilan dari sepuluh orang mengalami beberapa jenis masalah tidur. Kurang tidur telah dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan, termasuk kanker, stroke, dan infertilitas.

Simak Video "Video: Industri Kopi Terancam Jika Tarif 50% AS ke Brasil Diberlakukan "
[Gambas:Video 20detik]
(sao/kna)


Selengkapnya