ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Kelapa bulat belakangan mengalami kenaikan nilai nan cukup signifikan. Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkap biang keroknya adalah lantaran pelaku upaya banyak nan melakukan ekspor.
Bydi menyebut saat ini nilai ekspor tengah meningkat, sehingga lebih dipilih oleh pelaku usaha. Akibatnya, pasokan di dalam negeri menipis dan nilai melambung.
"Ya kan ini kan mahal kan lantaran di ekspor ya nilai ekspornya memang lebih tinggi daripada nilai dalam negeri sehingga lantaran semua ekspor, akhirnya jadi langka dalam negeri," kata Budi ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, pihaknya bakal mengumpulkan kembali petani, pelaku upaya alias eksportir, guna menemukan titik tengah. Karena jika terlalu murah, petani dan eksportir bakal merugi, di sisi lain kebutuhan dalam negeri kudu dipenuhi.
"Karena kita juga di dalam negeri membutuhkan, tetapi nilai tentunya juga jika murah kan petani, eksportir kan nggak mau. Jadi kelak kita cari kesepakatan nan lebih baik," ujar dia.
Di tempat berbeda, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman juga merespons mengenai nilai kelapa bulat di tingkat konsumen nan melonjak. Harga kelapa sempat melambung hingga Rp 25.000 per butir.
Amran menerangkan salah satu penyebab nilai kelapa melambung tinggi lantaran adanya permintaan ekspor nan juga tinggi. Dia pun menyebut pihaknya tengah berupaya untuk mempercepat tanam sehingga produksi kelapa dalam negeri meningkat.
"Kita mau baru mau tanam lagi. Kita percepat tanam, kita rehat, dan seterusnya. Sudah diperintahkan Bapak Presiden. Kita rencana memproduksi lagi lantaran demand-nya meningkat," terang Amran saat ditemui di kantornya, Jakarta Selatan, Kamis (17/4/2025).
Menurut Amran, Indonesia menjadi salah satu negara nan memproduksi kelapa bulat terbesar di dunia. Saat ini, produksi kelapa bulat dalam negeri sekitar 1,8-1,9 juta ton per tahun.
Dalam pantauan detikaicom pada Jumat, (11/4) lalu, nilai kelapa bulat alias parut mengalami lonjakan nan signifikan. Salah seorang penjual kelapa parut di Pasar Rawa Bebek, Usin, mengatakan nilai satu butir kelapa bisa mencapai Rp 25.000, tergantung ukuran.
Padahal saat kondisi normal, kelapa parut dijual dengan nilai Rp 10.000-15.000 per butir. Artinya untuk kelapa ukuran kecil, nilai mengalami kenaikan dua kali lipat.
"Sekarang Rp 20.000-25.000, tergantung ukurannya, jika nan mini ya Rp 20.000, jika nan gede Rp 25.000. Kalau lagi normal nan gede paling Rp 15.000, nan mini Rp 10.000," kata Usin saat ditemui detikaicom di lokasi, Jumat (11/4/2025).
(kil/kil)