ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku kembang referensi alias BI Rate sebesar 25 pedoman poin (bps) menjadi 5%. Keputusan ini diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 19-20 Agustus 2025.
Lantas, gimana kembang angsuran perbankan? Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai memang industri perbankan lambat menurunkan suku kembang kredit. Hal itu terlihat pada Juli 2025 saat suku kembang angsuran tercatat sebesar 9,16% alias relatif stagnan dibanding bulan sebelumnya.
"Penurunan suku kembang angsuran perbankan tetap melangkah lambat. Pada Juli 2025, suku kembang angsuran tercatat sebesar 9,16%, tetap relatif sama dengan bulan sebelumnya," kata Perry dalam konvensi pers virtual, dikutip lagi Kami (21/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Perry, suku kembang angsuran perbankan perlu terus diturunkan agar dapat mendorong peningkatan penyaluran angsuran alias pembiayaan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Pada Juli 2025 pertumbuhan angsuran perbankan melambat menjadi 7,03% (yoy) dari bulan sebelumnya 7,77% (yoy).
Kemudian, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI) Josua Pardede menilai langkah BI memangkas suku kembang referensi ke 5,00% saya nilai tepat dan terukur. Alasan utamanya, pertama inflasi inti terkendali dan tetap dalam sasaran, kedua output gap tetap negatif, aktivitas tetap di bawah potensi sehingga ada ruang menstimulasi permintaan tanpa memicu lonjakan harga,
Selain itu, penurunan suku kembang referensi dilakukan lantaran esensial valas dinilai telah membaik, terutama pada pasokan devisa dari konversi DHE lebih besar, sehingga tekanan pasar valas mereda serta akibat terhadap rupiah lebih kecil. Ia juga menilai penurunan suku kembang referensi ini juga menjadi pendorong bank untuk menurunkan suku kembang kredit.
"Karena itulah BI berani melanjutkan pemangkasan suku kembang sembari menegaskan tujuan mendorong penurunan suku kembang angsuran perbankan agar transmisi ke pertumbuhan lebih kuat," kata dia kepada detikaicom.
Ada tiga pendorong nan membikin penurunan kembang angsuran semakin mungkin terjadi dalam beberapa bulan ke depan. Pertama likuiditas sistem bertambah lewat normalisasi operasi moneter dan KLM menurunkan CoF agregat.
Kedua, kejuaraan angsuran meningkat lantaran pertumbuhan pinjaman lesu bank terdorong memotong margin untuk menarik debitur berkualitas. Ketiga, ekspektasi BI tetap dovish jika satu kali pemangkasan lagi terjadi di akhir tahun/awal 2026, tekanan menurunkan nilai angsuran bakal makin besar.
"Kami perkirakan pola penyesuaian bank bakal gradual dan tersegmentasi, segmen upaya korporasi top tier, KPR berprofil akibat rendah biasanya lebih dulu mendapat penyesuaian suku kembang angsuran lebih dulu, sementara segmen UMKM/konsumsi turun belakangan lantaran biaya akibat dan biaya akuisisi lebih tinggi," ungkapnya.
Sementara, menanggapi penurunan BI Rate tersebut, PT Bank Mandiri Tbk memandang langkah BI menurunkan BI Rate sebesar 25 pedoman poin menjadi 5,00% sebagai kebijakan moneter nan akomodatif dan selaras dengan kebutuhan menjaga stabilitas di tengah dinamika perekonomian dunia maupun domestik.
SCorporate Secretary Bank Mandiri M. Ashidiq Iswara penyesuaian suku kembang angsuran di Bank Mandiri, pihaknya bakal mempertimbangkan dengan kondisi likuiditas hingga kebijakan moneter nan berlaku.
"Penyesuaian suku kembang angsuran dan simpanan bakal kami lakukan secara prudent dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas internal, dinamika pasar, serta arah kebijakan moneter nan berlaku," kata dia dalam keterangan tertulis.
Meski begitu, penyesuaian suku kembang referensi ini diharapkan dapat mendukung momentum pertumbuhan ekonomi nasional dengan tetap memperhatikan kondisi inflasi nan terkendali dan nilai tukar nan relatif stabil.
"Sejalan dengan perihal tersebut, Bank Mandiri bakal terus menjaga peran intermediasi secara sehat dan selektif, khususnya dalam mendukung sektor-sektor produktif nan berorientasi pada penguatan ekonomi kerakyatan," tuturnya.
(kil/kil)