Bgn Bantah Akan Masukkan Belalang Dan Ulat Sagu Jadi Menu Makan Bergizi Gratis

Sedang Trending 3 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com, Jakarta Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana membantah berita mengenai rencana memasukkan belalang dan ulat sagu dalam menu Makan Bergizi Gratis (MBG).

Dadan menjelaskan bahwa BGN tidak pernah menetapkan belalang alias ulat sagu sebagai bagian dari standar menu nasional. BGN, kata Dadan, hanya menetapkan standar komposisi gizi nan dapat mengakomodir preferensi dan kebiasaan masyarakat lokal.

"Sepertinya ada kesalahpahaman. BGN tidak menetapkan standar menu nasional, tetapi nan kami tetapkan adalah standar komposisi gizi. Ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa kebutuhan gizi masyarakat tetap tercapai, namun tetap mengakomodir kebiasaan dan kesukaan lokal," jelas Dadan, Selasa, (28/1/2025).

Dadan menambahkan, untuk mencapainya, setiap Satuan Pendidikan Pangan dan Gizi (SPPG) perlu melibatkan mahir gizi. Hal ini bermaksud agar potensi sumber daya lokal serta kebiasaan makan masyarakat bisa diakomodir sesuai dengan kebutuhan gizi nan seimbang.

"Saya mengerti bahwa di beberapa daerah, serangga seperti belalang dan ulat sagu memang sudah menjadi bagian dari pola makan dan sumber protein. Namun, bukan berfaedah semua menu bakal mengandung serangga. Kami tetap berkomitmen untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat," tambahnya.

Kepala BGN: Serangga Bisa Jadi Menu Program Makan Bergizi Gratis

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengungkapkan bahwa serangga dapat menjadi salah satu menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kebijakan ini disesuaikan dengan potensi sumber daya lokal di masing-masing daerah.

“Jika di wilayah tertentu masyarakat sudah terbiasa mengonsumsi serangga, maka serangga bisa menjadi menu di wilayah tersebut,” ujar Dadan dikutip dari Antara, Minggu (26/1/2025).

Menurut Dadan, ragam menu dalam program MBG menunjukkan bahwa Badan Gizi Nasional tidak menerapkan standar menu nan seragam secara nasional. Sebaliknya, nan ditetapkan adalah standar komposisi gizi nasional nan elastis dan dapat disesuaikan dengan potensi lokal.

Dadan menjelaskan bahwa serangga merupakan salah satu sumber protein tinggi nan kaya gizi dan sudah menjadi konsumsi di beberapa wilayah di Indonesia. Selain serangga, dia juga mencontohkan sumber protein lain nan berjuntai pada kesiapan lokal.

“Ada wilayah nan mempunyai banyak telur, ada juga nan kaya ikan. Jadi, sumber protein berjuntai pada potensi wilayah masing-masing,” jelasnya.

Selain protein, Dadan juga membuka kemungkinan ragam menu berbasis karbohidrat. Untuk wilayah nan masyarakatnya terbiasa mengonsumsi jagung, singkong, alias pisang rebus, nasi bisa digantikan oleh bahan pangan tersebut.

“Ini adalah salah satu contoh gimana keberagaman pangan bisa diakomodasi dalam program makan bergizi gratis,” tambah Dadan.

MBG Telah Diterapkan di 31 Provinsi

Hingga saat ini, program MBG telah diterapkan di 31 provinsi di Indonesia dengan support 238 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) nan memproduksi makanan bergizi. Pada periode pertama pelaksanaan, Januari hingga April 2025, program ini menargetkan tiga juta penerima manfaat. Sementara itu, pada periode selanjutnya, April hingga Agustus 2025, jumlah penerima faedah diharapkan meningkat menjadi enam juta orang.

Program MBG merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap makanan bergizi sekaligus memanfaatkan sumber daya pangan lokal secara optimal. “Kami mau memastikan masyarakat di seluruh Indonesia dapat memenuhi kebutuhan gizinya tanpa mengabaikan kearifan lokal,” pungkas Dadan.

Reporter: Muhammad Genantan Saputra/Merdeka

Selengkapnya