Batas Waktu Penjualan Kian Dekat, Siapa Jadi Beli Tiktok Di As?

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Pengguna TikTok di Amerika Serikat (AS) mungkin mengalami deja vu minggu ini. Masa depan aplikasi video pendek asal China ini sekali lagi menemui tenggat waktunya lantaran larangan beraksi di Amerika Serikat.

Perusahaan induk TikTok, ByteDance, diketahui kudu menjual operasi aplikasinya di AS paling lambat 5 April, setelah Presiden Donald Trump memperpanjang pemisah waktu pada Januari. Jika belum mendapatkan penjualnya, Tiktok bisa kembali menghadapi larangan beraksi di AS.

Mengutip CNN, Selasa (1/4/25), tetap banyak pertanyaan tentang status kesepakatan potensial ini. Meski beberapa pihak nan berkeinginan telah mengusulkan diri untuk membeli aplikasi tersebut, dan Trump telah menyatakan keinginannya untuk membantu memfasilitasi kesepakatan dan mempertahankan akses ke platform tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami mempunyai banyak calon pembeli, ada minat nan besar terhadap TikTok. Keputusan ini bakal menjadi keputusan saya," kata Trump kepada wartawan di Air Force One, beberapa hari lalu.

"Saya mau TikTok tetap eksis." lanjutnya.

Beberapa penawar terkemuka telah muncul sebagai pembeli potensial Tiktok. Di antaranya mantan pemilik Los Angeles Dodgers, miliarder Frank McCourt dan penanammodal terkenal Kevin O'Leary. Nama lainnya seperti influencer media sosial, Jimmy Donaldson (alias MrBeast), pendiri Employer.com, Jesse Tinsley, hingga perusahaan AI Perplexity.

Beberapa media berita, termasuk Politico, NPR, dan Bloomberg , juga melaporkan bahwa Oracle - mitra teknologi TikTok di AS saat ini - adalah pesaing utama untuk mengambil alih operasi aplikasi tersebut di AS. Kesepakatan semacam itu kabarnya dapat melibatkan ByteDance nan mempertahankan sebagian saham di TikTok, serta peningkatan investasi dari penanammodal Amerika nan ada di perusahaan tersebut.

Trump juga telah mengemukakan kemungkinan bahwa biaya kekayaan negara AS nan baru diusulkan dapat mengakuisisi sebagian alias seluruh aplikasi tersebut, meskipun dia tidak memberikan perincian tentang gimana pengaturan tersebut bakal bekerja.

Wakil Presiden JD Vance - nan ditunjuk Trump untuk mengawasi potensi kesepakatan TikTok berbareng penasihat keamanan nasional Michael Waltz - sempat mengatakan pada Maret lalu, bahwa nyaris pasti ada kesepakatan nan bakal mempertahankan akses pengguna AS ke Tiktok sebelum pemisah waktu tanggal 5 April.

"Hampir pasti bakal ada kesepakatan tingkat tinggi nan menurut saya dapat memenuhi kekhawatiran keamanan nasional kita, memungkinkan adanya perusahaan TikTok Amerika nan berbeda," kata Vance.

Trump sendiri mengatakan pada awal Maret bahwa dia mungkin bakal memperpanjang pemisah waktu TikTok lebih lanjut jika kesepakatan tidak tercapai pada tanggal 5 April. Namun, Vance mengatakan kepada NBC bahwa "kami mau menyelesaikannya tanpa perpanjangan."

Dalam beberapa hari terakhir, Trump telah mencoba mempermanis kesepakatan dengan menyarankan bahwa dia dapat mengurangi tarif impor China sebagai bagian dari penjualan TikTok.

"Mungkin saya bakal mengurangi beberapa poin (tarif) jika saya mendapat persetujuan untuk sesuatu. Saya belum melakukannya, mungkin saya bakal melakukannya." kata Trump.

Lantas, apakah TikTok bakal tutup lagi di AS, kemungkinan besar bakal berjuntai pada apa nan dikatakan Trump tentang proses kesepakatan.

Jika tidak ada kesepakatan, mitra teknologi TikTok - termasuk Apple, Google, dan Oracle - secara teknis dapat dikenai denda besar jika mereka terus mendukung aplikasi tersebut. Namun, jika Trump mengindikasikan bahwa dia bakal memerintahkan Departemen Kehakiman untuk tidak menegakkan hukum, perusahaan-perusahaan tersebut mungkin merasa cukup percaya untuk terus mendukung TikTok di AS.

(eds/eds)

Selengkapnya