Bagaimana Hubungan As Dengan Negara Mayoritas Muslim Di Bawah Trump?

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com --

Donald Trump resmi menjadi presiden Amerika Serikat usai dilantik pada Senin (20/1) waktu setempat.

Relasi AS dengan banyak negara termasuk negara Muslim dan kebanyakan Muslim pun jadi perhatian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di pemerintahan sebelumnya, hubungan AS dan negara-negara Muslim alias kebanyakan Muslim tegang lantaran agresi Israel. Selama operasi itu, Negeri Paman Sam memihak dan terus mengucurkan support ke pemerintahan Benjamin Netanyahu.

Lalu, gimana hubungan AS dengan negara Muslim alias kebanyakan Muslim di bawah Trump?

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Sya'roni Rofii mengatakan Trump bakal melakukan kalkulasi jeli untuk meningkatkan hubungan AS dengan negara Muslim.

"Trump tentu saja bakal membikin kalkulasi mengenai politik luar negeri AS ke depan. Trump sudah pasti menganggap negara-negara Muslim sebagai mitra strategis," kata Sya'roni saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (20/1).

Lebih lanjut, Sya'roni menilai sekarang negara-negara Muslim tak lagi menjadikan AS sebagai referensi utama lantaran kehadiran China dan Rusia. Ini menjadi PR Trump.

⁠Trump, kata dia, juga tampaknya bakal tetap mengambil kebijakan ketat untuk negara-negara seperti Iran dan Yaman.

"Sehingga bagi Trump ini bakal menjadi pekerjaan rumah nan kudu diselesaikan," ungkap Sya'roni.

Para pengamat juga memandang Trump bakal mengkampanyekan the Deal of Century nan mengarah ke normalisasi negara-negara Arab alias negara Muslim dengan Israel.

The Deal Century merupakan kerangka untuk menyelesaikan bentrok Israel-Palestina dengan pendekatan ekonomi.

Namun, kemungkinan Trump melebarkan upaya membantu normalisasi Israel dengan negara Muslim/mayoritas Muslim berjuntai proposal dia.

"Pada periode sebelumnya sasaran Trump adalah memenangkan hati negara-negara Muslim melalui Deal of Century. Ini tergantung pendekatan Trump," kata Sya'roni.

Saat ini, sejumlah negara-negara Arab, terutama Arab Saudi, mensyaratkan kemerdekaan Palestina untuk normalisasi dengan Israel.

Guru besar sejarah nan juga mengkaji rumor Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, mengatakan ada tuntutan hubungan baik negara Muslim dengan Israel.

"Maka tentu Trump harusnya terpicu dapat menyelesaikan masalah Palestina terutama realisasi kemerdekaan," ujar Yoon.

Trump , kata dia, juga punya kepentingan di Timur Tengah untuk memperkuat upaya di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).

"Bisa saja negosiasi dealnya adalah mendorong normalisasi dan pada saat nan sama mendorong kemerdekaan Palestina. Saya kira sudah saatnya Trump mengambil inisiatif ini," ungkap Yoon.

(isa/bac)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya