ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Harga bitcoin dan mata duit mata uang digital lainnya mencapai rekor tertinggi pada 2024. Kondisi ini mendorong banyak orang untuk berinvestasi demi meraih keuntungan, namun juga meningkatkan akibat penipuan di sektor ini.
Melansir Techtarget.com, pada 2023, penipuan mengenai mata uang digital meningkat signifikan, dengan kerugian lebih dari US$5,6 miliar alias sekitar Rp91,5 triliun berasas info FBI's Internet Crime Complaint Center. Angka ini mencerminkan kenaikan 45% dibandingkan 2022, sementara nilai mata uang digital nan melonjak di 2024 semakin menarik perhatian para penipu.
Meskipun mata uang digital tergolong tren baru, para penipu menggunakan metode lama untuk menipu korban. Berikut merupakan beberapa modus penipuan mata uang digital nan sering terjadi.
1. Skema Investasi Bitcoin
FBI mengungkapkan bahwa skema investasi merupakan jenis penipuan nan paling banyak dilaporkan. Dalam skema ini, penipu berpura-pura menjadi manajer investasi berilmu nan menjanjikan untung besar dari investasi kripto.
Untuk memulai, korban diminta bayar sejumlah duit di muka. Namun, alih-alih mendapatkan keuntungan, duit tersebut justru digelapkan, dan penipu juga bisa mencuri info pribadi korban dengan dalih verifikasi dana.
Skema lainnya melibatkan penggunaan support selebritas palsu. Penipu memasang foto figur publik di akun, iklan, alias tulisan tiruan agar tampak seolah-olah selebritas tersebut mendukung investasi tersebut.
2. Rug Pull
Modus rug pull terjadi ketika penipu mengembangkan proyek baru seperti NFT alias koin mata uang digital untuk mengumpulkan dana, lampau melarikan duit tersebut. Pemrograman proyek ini dibuat sedemikian rupa agar penanammodal tidak bisa menjual asetnya setelah pembelian.
Salah satu kasus terkenal adalah skema Squid Coin, nan terinspirasi dari serial Netflix Squid Game. Harga token Squid sempat melonjak dari 1 sen menjadi US$90 sebelum akhirnya tidak bisa diperdagangkan dan nilainya jatuh ke nol, dengan total kerugian sekitar US$3 juta.
3. Love scam
Penipuan mata uang digital juga marak terjadi di aplikasi kencan. Dalam skema ini, penipu membangun hubungan jangka panjang secara daring dan berupaya mendapatkan kepercayaan korban sebelum akhirnya meminta duit dalam corak kripto.
Begitu mendapatkan uang, penipu langsung menghilang. Modus ini dikenal sebagai pig butchering scams dan menyebabkan kerugian konsumen sebesar US$1,179 miliar pada 2023 menurut info FTC.
4. Phishing
Phishing tetap menjadi metode nan sering digunakan dalam pencurian info kripto. Penipu mengirim email dengan tautan rawan ke situs tiruan nan meminta info pribadi, termasuk kunci dompet kripto.
Tidak seperti kata sandi nan bisa diubah, kunci dompet mata uang digital hanya tersedia satu kali dan tidak dapat diperbarui. Jika kunci ini dicuri, pengguna kudu membikin dompet baru.
5. Serangan Man-in-the-Middle
Serangan ini terjadi ketika pengguna mengakses akun mata uang digital di tempat umum. Penipu dapat menyadap jaringan Wi-Fi untuk mencuri kata sandi dan kunci dompet mata uang digital korban.
Untuk menghindari akibat ini, pengguna disarankan menggunakan VPN nan mengenkripsi info saat berselancar di internet. Dengan demikian, peretas tidak dapat mengakses info sensitif.
6. Giveaway Palsu di Media Sosial
Banyak unggahan di media sosial nan menawarkan bingkisan bitcoin gratis. Beberapa dari mereka apalagi menggunakan akun tiruan selebritas untuk menarik korban.
Saat mengklik tautan giveaway ini, korban diarahkan ke situs tiruan nan meminta pembayaran untuk verifikasi akun. Selain kehilangan uang, korban juga berisiko terkena serangan phishing.
7. Skema Ponzi
Skema Ponzi menggunakan biaya penanammodal baru untuk bayar penanammodal lama, tanpa investasi nyata di dalamnya. Para pelaku menjanjikan untung besar dengan akibat mini untuk menarik korban baru.
Pada 2024, kerabat Jonathan dan Tanner Adam menjalankan skema Ponzi dengan menjanjikan imbal hasil 13,5% per bulan melalui bot nan diklaim bisa mengeksploitasi selisih nilai kripto. Total biaya nan mereka kumpulkan mencapai US$60 juta, nan akhirnya digunakan untuk membeli peralatan mewah.
8. Bursa Kripto Palsu
Penipu sering kali membikin platform pertukaran mata uang digital tiruan dengan iming-iming untung besar. Korban baru menyadari penipuan ini setelah kehilangan biaya deposit mereka.
Untuk menghindari jebakan ini, penanammodal disarankan hanya menggunakan platform nan telah dikenal luas seperti Coinbase, Crypto.com, dan Cash App. Melakukan riset sebelum memasukkan info pribadi juga sangat dianjurkan.
9. Penipuan Lowongan Kerja
Penipu juga menyamar sebagai perekrut alias pencari kerja untuk mendapatkan akses ke akun mata uang digital korban. Dalam modus ini, korban ditawari pekerjaan menarik tetapi kudu bayar biaya training dalam corak kripto.
Beberapa peretas juga menyusup ke perusahaan dengan berpura-pura sebagai pekerja lepas. Pada 2022, seorang insinyur Sky Mavis menjadi korban setelah mengunduh arsip dari seorang perekrut tiruan di LinkedIn, nan rupanya berisi kode rawan untuk mencuri US$600 juta.
10. Serangan Flash Loan
Pinjaman kilat (flash loan) memungkinkan trader membeli token di satu platform dengan nilai lebih rendah dan menjualnya di platform lain untuk mendapatkan keuntungan. Namun, sistem ini rentan dimanipulasi oleh peretas.
Penipu menggunakan biaya pinjaman untuk menciptakan ilusi permintaan tinggi, lampau membatalkan pesanan setelah nilai naik. Pada Februari 2023, Platypus Finance mengalami serangan flash loan nan menyebabkan kerugian sebesar US$8,5 juta.
11. Penipuan Berbasis AI
Dengan berkembangnya kepintaran buatan (AI), penipu menemukan langkah baru untuk menipu penanammodal kripto. AI digunakan untuk membikin chatbot nan memberikan nasihat investasi alias mempromosikan token palsu.
AI juga dapat menciptakan deepfake muka selebriti seperti Bill Gates alias Elon Musk untuk mendukung proyek mata uang digital fiktif. Ciri unik dari penipuan ini adalah janji untung besar dalam waktu singkat.
Dengan maraknya beragam modus penipuan kripto, penanammodal kudu lebih waspada dan berhati-hati dalam berinvestasi. Memeriksa kredibilitas proyek, menghindari tawaran nan terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, serta menggunakan keamanan digital nan ketat dapat membantu mengurangi akibat menjadi korban.
(ayh/ayh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Simak! Ini Dia Emiten Sehat Dari Sektor Perbankan RI
Next Article Indodax Naikkan Pajak Transaksi Pembelian Kripto, Ini Alasannya