ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Astronaut membikin miso di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Ternyata, kuliner unik Asia nan dibuat lewat proses fermentasi kacang kedelai tersebut lebih gurih jika dibuat di luar angkasa.
Pembuatan miso di ISS adalah bagian dari riset oleh peneliti asal Massachusetts Institute of Technology. Mereka melakukan penelitian dengan membikin miso di tiga letak ialah Cambridge, Amerika Serikat; Kopenhagen, Denmark, dan ISS.
Di tiga letak tersebut, peneliti secara serentak melakukan fermentasi pasta kacang kedelai untuk membikin miso. Hasilnya, miso yang dibuat di luar angkasa terasa lebih enak dibanding miso "made in USA" dan miso "made in Denmark."
Miso adalah bahan nan banyak digunakan oleh makanan unik Jepang, dibuat dari kacang kedelai rebus, garam, bijian seperti beras, dan jamur berjulukan koji (Aspergillus oryzae).
Peneliti sudah mempersiapkan tiga bahan pembuatan Miso, kemudian dikirim ke dua letak di Bumi dan satu letak di orbit. Di ISS, bahan baku miso melalui proses fermentasi selama 30 hari. Miso tersebut ditempatkan di kotak dan dipantau suhu, kelembaban, tekanan, paparan cahaya, dan radiasi.
Miso yang dibuat di AS menggunakan kotak nan sama dengan miso di ISS, sedangkan miso di Denmark menggunakan kotak nan berbeda.
ISS kemudian mengirim miso yang dibuat di orbit kembali ke Bumi untuk dianalisis dan dibandingkan dengan dua miso buatan Bumi.
Analisis nan dilakukan meliputi genome sequencing, pemeriksaan bentuk seperti tekstur dan warna, serta pertimbangan "rasa."
Ada beberapa perbedaan nan terdeteksi pada miso dari luar angkasa. Contohnya, populasi dua kuman Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus warneri lebih besar. Bakteri jenis Bacillus velezensis juga hanya ditemukan di miso luar angkasa.
Ketiga miso mengeluarkan aroma nan serupa dan mengandung masam amino nan memberikan rasa asin. Namun, miso buatan ISS punya rasa lebih "berkacang" dan "terpanggang."
Citra rasa ini adalah hasil dari kandungan pyrazine yang muncul lantaran proses fermentasi dipercepat lantaran suhu di ISS lebih tinggi.
Temuan ini, menurut Science Alert, bisa dijadikan referensi untuk perbedaan nan dihadapi manusia saat mengarungi antariksa. Apalagi, "cita rasa" manusia lebih tumpul dalam kondisi gravitasi mikro.
"Fermentasi di ISS menggambarkan bahwa sistem kehidupan pada skala mikroba bisa berkembang luar biasa berjuntai pada keragaman mikrobial, menunjukkan potensi kehidupan di luar angkasa," kata Maggie Coblentz dari MIT.
(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:
Video:Perang Dagang Trump Bikin Investor Cemas, IHSG Kena Trading Halt
Next Article Peneliti Temukan Cara Aneh tapi Ampuh Setop Wabah Demam Berdarah