ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya melemah pada pembukaan perdagangan hari ini usai dolar AS nan stabil setelah AS dan China mencapai kesepakatan kerangka kerja untuk melonggarkan pembatasan ekspor.
Merujuk Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada pembukaan perdagangan hari ini Rabu (11/6/2025) dibuka menguat 0,03% di posisi Rp16.260/US$1. Sementara pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditutup terapresiasi 0,03% di level Rp16.265/US$1 pada Selasa (10/6/2025).
Adapun indeks dolar AS (DXY) menguat 0,02% ke nomor 99,12 pada hari ini Rabu (11/6/2025) pukul 09:00 WIB. Sementara pada perdagangan sebelumnya DXY naik 0,16% di level 99,09.
Nilai tukar dolar stabil terhadap mata duit utama lainnya termasuk rupiah pada hari Rabu, setelah AS dan China menyetujui kerangka kerja untuk perjanjian perdagangan nan diharapkan oleh para penanammodal berpotensi membuka jalan untuk menyelesaikan perang jual beli nan merugikan antara dua ekonomi terbesar di bumi tersebut.
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan bahwa pejabat AS dan China mengakhiri pembicaraan nan dicermati dengan saksama di London nan berjalan selama dua hari dan sepakat untuk mengembalikan gencatan senjata perdagangan nan dicapai bulan lampau di Jenewa ke jalur nan benar.
Kerangka kerja tersebut mencakup penyelesaian pembatasan ekspor China terhadap mineral tanah jarang dan magnet, dan juga bakal menghapus beberapa pembatasan ekspor AS nan baru-baru ini diberlakukan.
"Hal terpenting adalah perinciannya dan nan terpenting adalah apakah ini dapat membantu membangun kembali kepercayaan antara Presiden Xi dan Presiden Trump, nan jelas telah rusak sejak Perjanjian Jenewa diterbitkan," ujar Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank.
"Namun, tetap terlalu awal untuk mengatakan bahwa kami tahu bahwa kami sedang dalam proses membangun perjanjian perdagangan AS-China nan baru dan kuat."
Sebagian besar tahun ini didominasi oleh kekhawatiran penanammodal atas kemungkinan bahwa kebijakan Presiden AS Donald Trump nan tidak menentu dapat menjerumuskan ekonomi AS ke dalam resesi, dan pada gilirannya merugikan pertumbuhan global.
Erosi kepercayaan penanammodal terhadap aset AS telah sangat merusak dolar, nan telah turun lebih dari 8% sepanjang tahun ini.
Di kemudian hari, penanammodal bakal mencermati laporan inflasi konsumen AS nan dapat mencerminkan akibat ekonomi tarif terhadap harga, nan berpotensi menentukan arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) untuk sisa tahun ini.
The Fed diperkirakan bakal mempertahankan suku kembang tetap minggu depan, dengan para pedagang memperkirakan nyaris dua kali pemotongan suku kembang sebesar 25 pedoman poin pada akhir tahun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(Susi Setiawati/rev)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rupiah Menguat, Dolar AS Jatuh ke Level Rp 16.200-an
Next Article Rupiah Masih Labil, Dolar Dibuka Turun Tipis ke Rp16.490