Apsifor Ungkap Sosok Diplomat Arya Daru Di Mata Orang Sekitar

Sedang Trending 18 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com --

Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) mengungkap sosok diplomat muda mahir Kementerian Luar Negeri Indonesia, Arya Daru Pangayunan alias ADP (39) di mata orang sekitarnya.

Ketua Umum Apsifor Nathanael E. J. Sumampouw mengatakan gambaran kepribadian almarhum berasas hasil pemeriksaan psikologis dengan metode autopsi psikologis.

"Almarhum merupakan perseorangan nan dikenal lingkungannya sebagai pribadi dengan karakter positif. Beliau bertanggung jawab, suportif terhadap rekan kerja, pekerja keras, sangat diandalkan, dan merupakan perseorangan nan peduli terhadap lingkungannya," kata Nathanael dalam konvensi pers, Selasa (29/7).

Nathanael juga menyebut pihaknya tak menemukan dugaan bullying alias perundungan di lingkungan kerja Arya. Sebab, di mata rekan kerjanya, Arya justru merupakan sosok nan kerap memberikan motivasi.

"Mengenai bullying kami mendapatkan info malah sebaliknya, di lingkungan kerja nan berkepentingan dipersepsikan oleh pemimpin sebagai staff nan sangat bisa diandalkan," tutur dia.

"Dipersepsikan oleh rekan kerja menjadi kolega nan sangat positif, bertanggung jawab dan juga tempat bertanya dan memberikan motivasi kepada rekan kerja dan kebudayaan kepada junior," sambungnya.

Namun, sebagai sosok nan selalu berupaya menampilkan karakter diri dan kualitas diri di lingkungan, Arya disebut mengalami kesukaan dalam mengekspresikan emosi negatif nan kuat, terutama dalam situasi tekanan nan tinggi.

"Tekanan tersebut dihayati secara mendalam sehingga mempengaruhi gimana almarhum memandang dirinya, memandang lingkungan, memandang masa depan. Almarhum berupaya menginternalisasi beragam emosi negatif nan dirasakan dan berupaya tidak menunjukkannya di depan orang lain," ucap dia.

Nathanael menyebut karakter kepribadian Arya nan berupaya untuk menekan apa nan dirasakan, membuatnya mengalami halangan dalam mengelola psikologis negatif nan dialami secara adaptif dan condong berupaya untuk menutupinya.

"Dinamika dalam diri tersebut membikin almarhum mengalami halangan individual untuk mengakses dukungan, support psikologis dari lingkungan terdekat, dan tenaga kesehatan mental," kata dia.

"Setelah terakumulasi, penghayatan almarhum tersebut mengenai dirinya, masalah tekanan hidup, di bagian terakhir kehidupannya ini, kemudian mempengaruhi proses pengambilan keputusan almarhum mengenai langkah kematian alias upaya untuk mengakhiri kehidupannya," lanjutnya.

Sebelumnya, berasas temuan tim digital forensik dari perangkat komunikasi alias handphone nan dikuasai alias digunakan Arya Daru, terdapat dua segmen nan menggambarkan kemauan bunuh diri.

"Dari handphone tersebut, kami menemukan adanya pengiriman e-mail nan dimiliki alias digunakan oleh pengguna digital evident (bukti digital), alamatnya adalah [email protected] dikirim ke salah satu badan kebaikan nan menyediakan jasa support terhadap orang nan mempunyai emosional nan mengalami emosi tertekan dan putus asa termasuk nan dapat menyebabkan bunuh diri," ujar Ahli Digital Forensik Polri Ipda Saji Purwanto dalam konvensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa.

Perangkat komunikasi tersebut aktif pertama kali pada 29 Juni 2019, dan terakhir digunakan pada 27 September 2022.

Segmen pertama di tahun 2013, tepatnya dimulai dari tanggal 20 Juni sampai dengan 20 Juli. Ipda Saji mengatakan sudah menyampaikan temuan tersebut ke interogator nan menangani perkara.

"Pada intinya adalah menceritakan tentang argumen ada kemauan untuk bunuh diri," kata dia.

Selanjutnya segmen kedua pada tahun 2021, dimulai dari tanggal 24 September hingga 5 Oktober 2021.

"Pengirimannya adalah 9 segmen. Intinya adalah sama, ada niatan nan semakin kuat untuk melakukan bunuh diri lantaran problem nan dihadapi," ungkap Ipda Saji.

(dis/gil)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya