Apple Sebar Notifikasi Ke Pemilik Iphone, Isinya Tanda Bahaya

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNBC Indonesia - Apple menebar peringatan ke puluhan penduduk Iran nan iPhone-nya disebut menjadi sasaran spyware pemerintah.

TechCrunch menerima laporan soal serangan hacker tersebut dari Miaan Group, organisasi kewenangan digital nan konsentrasi di rumor Iran, dan Hamid Kashfi, peneliti keamanan siber nan tinggal di Swedia. Miaan Group dan Kashfi mengaku berbincang dengan penduduk Iran nan menerima notifikasi dari Apple.

Miaan Group membeberkan soal tiga kasus penyadapan warga Iran oleh pemerintah. Dua penduduk Iran nan menjadi sasaran tinggal di negara tersebut, sedangkan satu orang lagi tinggal di Eropa. Mereka menerima peringatan pada April bulan lalu.

"Dua orang di Iran berasal dari family dengan sejarah panjang aktivitas politik menentang Republik Islam Iran. Banyak personil family mereka telah dihukum meninggal dan mereka tidak pernah ke luar negeri. Saya percaya ada tiga gelombang serangan, dan ini hanya pucuk gunung es," kata Amir Rashidi dari Miaan Group.

Rashidi menjelaskan kemungkinan besar pemerintah di kembali serangan siber tersebut adalah Iran. Namun, dia menegaskan bahwa perlu ada penyelidikan lebih jauh untuk mencapai kesimpulan.

Kashfi, pendiri perusahaan keamanan DarkCell, menyatakan bahwa dia memandu dua korban untuk melakukan forensik awal. Namun, dia tidak bisa memberikan kepastian soal kreator spyware yang digunakan dalam serangan. Beberap korban kemudian memilih tidak meneruskan proses penyelidikan.

"Hampir semua korban ketakutan dan langsung tidak membalas lagi pesan kami setelah diberitahu kasus ini sangat serius," kata Kashfi.

Dalam beberapa tahun terakhir, Apple mengirim notifikasi ke pengguna iPhone yang menjadi sasaran perangkat mata-mata milik pemerintah seperti Pegasus buatan NSO Group alias Graphite buatan Paragon. Software "jahat" nan memata-matai pengguna HP ini dikenal sebagai spyware bayaran alias komersial. 

Notifikasi dari Apple membantu peneliti nan konsentrasi terhadap spyware untuk mencatat peristiwa pembobolan di beberapa negara, termasuk India dan Thailand.

Apple pada April lampau menyatakan bahwa sejak 2021, peringatan spyware telah disebar ke pengguna di lebih dari 150 negara. Namun, Apple tidak mengungkapkan nama-nama negara alias jumlah pengguna iPhone yang dikirimi notifikasi.

Korban software mata-mata disarankan untuk menghubungi golongan pejuang kewenangan digital berjulukan AccessNow.

Pejabat pemerintah Indonesia juga sempat menjadi sasaran software mata-mata ForcedEntry buatan NSO Group asal Israel. Pada 2022, Reuters melaporkan bahwa lebih dari selusin pejabat sipil dan militer Indonesia menjadi sasaran ForcedEntry.

Selain Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, sasaran peretasan yang disebut Reuters adalah pejabat TNI, diplomat dan penasihat di Kementerian Pertahanan nan saat itu dipimpin oleh Prabowo Subianto dan Kementerian Luar Negeri nan ketika itu dipimpin oleh Retno Marsudi.

Enam dari pejabat dan penasihat nan menjadi sasaran menyatakan kepada Reuters bahwa mereka menerima e-mail dari Apple Inc pada November 2021, menyatakan bahwa Apple menduga para pejabat disasar oleh "serangan oleh oknum nan disponsori oleh negara".

Upaya peretasan ke iPhone para pejabat itu, menggunakan ForcedEntry, software nan dikembangkan oleh NSO Group. Peranti lunak ini memanfaatkan celah di iPhone sehingga bisa mengakses info tanpa memerlukan respons pengguna.

Lembaga pengawas keamanan siber Citizen Lab mempublikasikan tentang software ini pada September 2021. Bahkan, peneliti keamanan Google mendapuk ForcedEntry sebagai "teknik paling canggih" nan pernah mereka lihat, dalam blog pada Desember.

Celah nan dimanfaatkan oleh ForcedEntry telah ditutup oleh Apple pada September tahun lalu. Pada November, Apple mulai mengirimkan pesan ke "beberapa pengguna nan diduga menjadi sasaran".


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Pahami Aturan Pajak & Bea Masuk Baru Ini, Sebelum Beli iPhone 16

Selengkapnya