Analisis Penyebab Ihsg Dibuka Lompat 1% Lebih

Sedang Trending 5 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 63 poin alias menguat 0,96% ke level 6.4601,08 pada pembukaan perdagangan Rabu (23/4/2025).

Bahkan, IHSG kembali menguat 1,27% ke 6.622,02 selang tak sampai separuh jam setelah perdagangan dibuka.

Sebanyak 347 saham naik, 121 saham turun, dan 182 tidak bergerak. Nilai transaksi pagi ini mencapai Rp 2,96 triliun nan melibatkan 4,18 miliar saham dalam 286 ribu kali transaksi.

Nyaris seluruh sektor perdagangan bergerak di area hijau, dengan kenaikan terbesar dicatatkan oleh sektor properti dan teknologi. Adapun sektor peralatan baku menjadi satu-satunya nan mengalami koreksi hari ini.

Adapun saham-saham nan menjadi penopang IHSG pada perdagangan hari ini merupakan saham-saham blue chip. Emiten milik Prajogo Pangestu (BREN) menjadi kontributor terbesar penguatan IHSG sebesar 12,37 indeks poin.

Kemudian ada emiten milik konglomerasi upaya besar RI, BBCA milik Grup Djarum dan DSSA milik Grup Sinarmas, nan masing-masing berkontribusi atas kenaikan 10,24 dan 5,77 indeks poin.

Emiten BUMN juga ikut menjadi penggerak utama keahlian positif IHSG hari ini. Saham BBRI dan TLKM tercatat mengalami apresiasi dengan sumbangan ke IHSG mencapai 4,59 dan 4,57 indeks poin.

Sementara emiten nan menjadi pemberat utama keahlian IHSG adalah emiten tambang emas Grup Salim AMMN yang terkoreksi dan membebani keahlian IHSG sebesar 4,75 indeks poin.

Pagi ini kebanyakan bursa Asia lain juga kompak dibuka menguat mengikuti mobilitas Wall Street nan terapresiasi menyusul potensi akibat perang jual beli AS-China nan lebih teredam. Presiden AS Donald Trump mengindikasikan bahwa tarif final untuk ekspor China ke AS tidak bakal mencapai 145%. Namun, dia menambahkan bahwa bea masuk tersebut tidak bakal menjadi 0%.

Sentimen Pasar

Sentimen pasar bakal perdagangan hari ini lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen dari dalam negeri, terutama mengenai penantian hasil kebijakan moneter dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI).

Namun, sentimen eksternal juga tetap bakal berakibat besar. Menghijaunya Wall Street serta angan meredanya ketegangan AS vs China diharapkan bisa mendongkrak keahlian saham hari ini.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) diselenggarakan pada Selasa dan Rabu pekan ini (22-23 April 2025). Salah satu nan menjadi perhatian ialah suku kembang (BI rate) di tengah ketidakpastian dunia saat ini dan panasnya perang dagang.

Sebelumnya, BI rate ditahan pada Maret 2025 di level 5,75%. Hal ini sesuai dengan proyeksi dari beragam lembaga/institusi.

Konsensus detikai.com nan dihimpun dari 19 lembaga/institusi secara kebanyakan memberikan proyeksi bahwa BI tampaknya bakal menahan suku bunganya di level 5,75% pada bulan ini. Namun demikian, ada tiga lembaga nan memperkirakan bahwa BI bakal menurunkan suku bunganya ke 5,50%.

Keputusan BI pada bulan ini sangat ditunggu mengingat sedang tingginya ketdakpastian dunia akibat perang jual beli Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Perang jual beli dikhawatirkan bisa memperlambat ekonomi bumi dan banyak negara mengingat ekspor nan bisa terganggu. Di sisi lain, perang jual beli juga membikin ketidakpastian meningkat dan membikin mata duit banyak negara dalam tekanan.

Kebijakan Trump membawa bank sentral ke dalam dilema apakah kudu menurunkan suku kembang demi mendongkrak pertumbuhan alias mempertahankan suku kembang demi menjaga nilai tukar.

Sejumlah negara sudah memangkas suku kembang demi menjaga pertumbuhan mulai dari bank sentral Singapura, Eropa, dan India. Sebaliknya, bank sentral Turki justru mengerek suku bunga.

Selain soal penantian hasil suku bunga, pelaku pasar nan akhir-akhir ini terpa banyak ketidakpastian soal tarif membikin keputusan investasi beranjak ke instrumen nan lebih konservatif, diantaranya seperti emas dan mata duit Yen Jepang.

Emas pada kemarin sempat sukses menyentuh level US$ 3.500,5 alias level tertinggi untuk intraday sepanjang masa.

Harga emas diperkirakan tetap bisa melambung lagi seiring dengan penurunan indeks dolar AS alias DXY nan sudah jatuh ke bawah level 100, menandai level terendah sejak Februari 2022.

Selain itu, ketidakpastian soal tarif trump sampai akibat perlambatan ekonomi, serta angan penurunan suku kembang membawa prediksi nilai emas semakin melesat.

Bank investasi besar Goldman Sachs dan UBS telah merilis prakiraan nilai emas nan sangat optimis untuk 2025-2026, nan menunjukkan potensi lonjakan nan dapat membikin logam mulia mencapai titik tertinggi nan belum pernah terjadi sebelumnya.

Goldman Sachs telah memantapkan dirinya sebagai salah satu bunyi paling optimis tentang emas, dengan perkiraan terbaru mereka nan memproyeksikan nilai bakal mencapai US$3.700 per troy ons pada akhir tahun 2025.

Target ambisius ini dilengkapi dengan prediksi nan lebih mengejutkan ialah US$4.000 per ons pada pertengahan tahun 2026.

Selain emas, penanammodal juga memburu yen jepang untuk aset safe haven.

Kemudian, ada berita dari Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas pertumbuhan ekonomi RI cukup tajam menjadi 4,7% pada 2025 dan 2026.

Proyeksi ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan ramalan di Januari 2025. Saat itu, IMF memproyeksi ekonomi Indonesia bakal tumbuh 5,1%.

Pemangkasan proyeksi ini disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi global, terutama ekonomi China.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Kirim Tim Negosiasi ke AS, IHSG Melejit Lebih Dari 1%

Next Article IHSG Happy Weekend, Sepekan Melesat 3,77% Dekati Level 7.400

Selengkapnya